26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Korban KDRT Trauma Disiksa Suami

Dani Mulya dengan tiga orang anaknya.
Dani Mulya dengan tiga orang anaknya.

 

LANGKAT, SUMUTPOS.CO – Niat mengubah nasib ke Kalimantan bersama suami malah berbuah petaka bagi Dani Mulya. Soalnya, setahun berada di Borneo, Dani yang semula sehat berubah ‘hancur’ saat kembali ke Kab. Langkat. Ia disiksa habis-habisan sama suaminya. Dani berangkat ke Kalimantan ikut Sopyan yang menikahinya tahun 2013 lalu. Karena tak punya pekerjaan tetap di Langkat, Sopyan yang menikah saat berstus duda itu ingin mengadu nasib ke Kalimantan.

Makanya, warga Pasar VI, Simpang Garuda, Tandam Hulu itu memboyong Dany turut serta sekitar Oktober 2013 lalu. Namun, di tempat yang baru, sesuai penuturan Dany, ternyata Sopyan pun tak mendapat pekerjaan menetap, hingga berharap hidup lebih layak pun semakin jauh dari harapan. Mengalami hidup yang demikian, Dani pun kerap mengajak Sopyan balik saja ke kampung karena hidup di rantau sangat menyakitkan.

Desakan Dani inilah jadi awal petaka. Soalnya, setiap Dani minta pulang, Sopyan langsung marah dan tak segan-segan memukulinya. Beragam bentuk penganiayaan diterima Dani. Bahkan sampai saat ini, punggung Dani masih membusuk akibat hantaman kayu dari Sopyan. Tidak hanya itu, Dani pun mengaku sempat mengalami perlakuan tidak manusiawi karena dipasung.

Saat ditemui di rumah orangtuanya di kawasan Padang Tualang, Rabu (14/8) siang. Dani sudah mulai bisa diajak berkomunikasi. Padahal sebelumnya ia selalu menghindar dan ketakutan melihat orang yang tak ia kenal. Meski masih lambat berbicara, tapi trauma yang dialaminya berangsur pulih. Didampingi ketiga anaknya, Sasa Erwika (15),Dewa Ramanda (13) dan Adan Tanjung serta kedua orangtuanya Sugiah dan Tukiman, korban pun menuturkan awal petaka yang menimpanya.

”Aku dibawa ke Kalimantan kami tinggal di sana 6 bulan. Anak-anak aku tidak ikut tapi anaknya (anak Sopyan) yang masih kecil ikut,” katanya. “Tapi selama disana dia tidak ada kerja dan aku makan hanya sekali satu hari, aku sering dipukuli karena minta pulang ke rumah orangtuaku. Di sana kami hidup susah. Sudahlah susah, aku terus dipukuli sampai ni belakang saya sakit (sambil menunjukkan punggungnya yang membusuk-red),” lirihnya.

Tukiman juga mengaku sempat bingung karena saat masih di Kalimantan, setiap kali dihubungi tak pernah Dani yang menjawab. ”Terakhir Sopyan memberi kabar kalau Dani tertabrak kereta hingga tak bisa apa-apa lagi. Sejak saat itu kami putus komunikasi,”jelasnya.

Masih kata Tukiman, seminggu lalu dirinya mendengar kalau mantu dan anaknya sudah pulang ke Tandam. Saat itulah Tukiman mendatanginya. Saat itu ia mendapati Dani dalam keadaan sangat mengenaskan. Dan saat ditanya kenapa bisa seperti itu? Sopyan kembali mengaku kalau Dani ditabrak kereta. ”Makanya kami pulang ke mari lagi pak,” kata Sopyan seperti ditirukan Tukiman.

Karena kasihan, pada Kamis (7/8) lalu, Tukiman pun membawa Dani ke rumahnya di Padang Tualang. ”Biarlah dia hidup bersama kami, mungkin dia bisa cepat sembuh karena kalau kami biarkan disana sama suaminya, kami takut terjadi apa-apa lagi sama dia,” lirihnya.

Masih kata Tukiman, setelah seminggu disini (Padang Tualang) keadaan Dani sudah mulai lebih baik dan mau diajak bicara. ”Bahkan tadi waktu bapak suruh nyanyi dia mau menyanyi,” kenangnya. Ditambahkan Tukiman, atas bantuan salah seorang tetangganya, Dani dibawa mengadu ke Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Langkat untuk selanjutnya dibawa melapor ke Polres Langkat. ”Tapi laporan kami ditolak polisi pak,” kesalnya.

Gagal di polisi, membuat Tukiman pasrah dan saat ini berupaya mengobati anaknya sampai sembuh. ”Tadi aja kami bawa dia ke dukun patah karena tangan kanannya patah, kakinya terkilir sudah begitu punggungnya busuk, makanya kami bingung sekarang. Kami hanya pasrah menunggu kalau ada orang-orang yang baik hati membantu kami agar masalah anak kami ini bisa selesai,”jelasnya sembari berharap menantunya dihukum sesuai perbuatannya.

Walau sudah bisa bicara, tapi Dani terkadang hanya sanggup menggunakan bahasa isyarat untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan padanya. Dari keterangan Dani juga, bahwa selama tinggal di Tandam dirinya juga mengalami penganiayaan di bagian kaki kanannya yang terkilir dan bengkak. Karena menurutnya, mereka juga lama tinggal di Tandam setelah pulang dari Kelimantan. (smg)

Dani Mulya dengan tiga orang anaknya.
Dani Mulya dengan tiga orang anaknya.

 

LANGKAT, SUMUTPOS.CO – Niat mengubah nasib ke Kalimantan bersama suami malah berbuah petaka bagi Dani Mulya. Soalnya, setahun berada di Borneo, Dani yang semula sehat berubah ‘hancur’ saat kembali ke Kab. Langkat. Ia disiksa habis-habisan sama suaminya. Dani berangkat ke Kalimantan ikut Sopyan yang menikahinya tahun 2013 lalu. Karena tak punya pekerjaan tetap di Langkat, Sopyan yang menikah saat berstus duda itu ingin mengadu nasib ke Kalimantan.

Makanya, warga Pasar VI, Simpang Garuda, Tandam Hulu itu memboyong Dany turut serta sekitar Oktober 2013 lalu. Namun, di tempat yang baru, sesuai penuturan Dany, ternyata Sopyan pun tak mendapat pekerjaan menetap, hingga berharap hidup lebih layak pun semakin jauh dari harapan. Mengalami hidup yang demikian, Dani pun kerap mengajak Sopyan balik saja ke kampung karena hidup di rantau sangat menyakitkan.

Desakan Dani inilah jadi awal petaka. Soalnya, setiap Dani minta pulang, Sopyan langsung marah dan tak segan-segan memukulinya. Beragam bentuk penganiayaan diterima Dani. Bahkan sampai saat ini, punggung Dani masih membusuk akibat hantaman kayu dari Sopyan. Tidak hanya itu, Dani pun mengaku sempat mengalami perlakuan tidak manusiawi karena dipasung.

Saat ditemui di rumah orangtuanya di kawasan Padang Tualang, Rabu (14/8) siang. Dani sudah mulai bisa diajak berkomunikasi. Padahal sebelumnya ia selalu menghindar dan ketakutan melihat orang yang tak ia kenal. Meski masih lambat berbicara, tapi trauma yang dialaminya berangsur pulih. Didampingi ketiga anaknya, Sasa Erwika (15),Dewa Ramanda (13) dan Adan Tanjung serta kedua orangtuanya Sugiah dan Tukiman, korban pun menuturkan awal petaka yang menimpanya.

”Aku dibawa ke Kalimantan kami tinggal di sana 6 bulan. Anak-anak aku tidak ikut tapi anaknya (anak Sopyan) yang masih kecil ikut,” katanya. “Tapi selama disana dia tidak ada kerja dan aku makan hanya sekali satu hari, aku sering dipukuli karena minta pulang ke rumah orangtuaku. Di sana kami hidup susah. Sudahlah susah, aku terus dipukuli sampai ni belakang saya sakit (sambil menunjukkan punggungnya yang membusuk-red),” lirihnya.

Tukiman juga mengaku sempat bingung karena saat masih di Kalimantan, setiap kali dihubungi tak pernah Dani yang menjawab. ”Terakhir Sopyan memberi kabar kalau Dani tertabrak kereta hingga tak bisa apa-apa lagi. Sejak saat itu kami putus komunikasi,”jelasnya.

Masih kata Tukiman, seminggu lalu dirinya mendengar kalau mantu dan anaknya sudah pulang ke Tandam. Saat itulah Tukiman mendatanginya. Saat itu ia mendapati Dani dalam keadaan sangat mengenaskan. Dan saat ditanya kenapa bisa seperti itu? Sopyan kembali mengaku kalau Dani ditabrak kereta. ”Makanya kami pulang ke mari lagi pak,” kata Sopyan seperti ditirukan Tukiman.

Karena kasihan, pada Kamis (7/8) lalu, Tukiman pun membawa Dani ke rumahnya di Padang Tualang. ”Biarlah dia hidup bersama kami, mungkin dia bisa cepat sembuh karena kalau kami biarkan disana sama suaminya, kami takut terjadi apa-apa lagi sama dia,” lirihnya.

Masih kata Tukiman, setelah seminggu disini (Padang Tualang) keadaan Dani sudah mulai lebih baik dan mau diajak bicara. ”Bahkan tadi waktu bapak suruh nyanyi dia mau menyanyi,” kenangnya. Ditambahkan Tukiman, atas bantuan salah seorang tetangganya, Dani dibawa mengadu ke Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Langkat untuk selanjutnya dibawa melapor ke Polres Langkat. ”Tapi laporan kami ditolak polisi pak,” kesalnya.

Gagal di polisi, membuat Tukiman pasrah dan saat ini berupaya mengobati anaknya sampai sembuh. ”Tadi aja kami bawa dia ke dukun patah karena tangan kanannya patah, kakinya terkilir sudah begitu punggungnya busuk, makanya kami bingung sekarang. Kami hanya pasrah menunggu kalau ada orang-orang yang baik hati membantu kami agar masalah anak kami ini bisa selesai,”jelasnya sembari berharap menantunya dihukum sesuai perbuatannya.

Walau sudah bisa bicara, tapi Dani terkadang hanya sanggup menggunakan bahasa isyarat untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan padanya. Dari keterangan Dani juga, bahwa selama tinggal di Tandam dirinya juga mengalami penganiayaan di bagian kaki kanannya yang terkilir dan bengkak. Karena menurutnya, mereka juga lama tinggal di Tandam setelah pulang dari Kelimantan. (smg)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/