Pernah Dilapor Kasus Penyekapan
Ternyata sebelum kejadian ini, SA pernah melaporkan Brigadir AT atas kasus penyekapan pada 18 Maret lalu. Didampingi kedua orangtua dan adik bungsunya, warga Kel. Stabat Kota, Kec. Stabat itu mengisahkan kronologi kejadian yang membuatnya trauma itu.
Di ruang SPK Polres Langkat kemarin, SA mengakui berkenalan dengan AT sejak 7 bulan sebelumnya. Dari perkenalan itu, SA mengetahui AT berstatus duda. Belakangan, AT kerap berkunjung ke rumah korban, sampai akhirnya akrab dengan orangtua dan keluarga SA. Karena sosoknya yang begitu baik, SA tak menolak saat AT menyatakan cinta.
Singkatnya, keduanya pun pacaran. Namun, beberapa bulan kemudian, sikap asli AT mulai kelihatan. Ternyata orangnya cemburuan. Bahkan, setiap kali korban keluar rumah, AT selalu mengucapkan kata-kata bernada ancaman kepadanya.
Karena merasa terlalu dikekang, SA mulai berpikir ulang soal hubungannya. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk menyudahi kisah asmaranya. Itulah yang memicu kemarahan AT. Pasca putus, hidup SA ternyata tak tenang.
Pernah suatu waktu, korban yang tengah melintasi kawasan tak jauh dari Polsek Stabat mengendarai sepeda motor, didorong pelaku hingga terjatuh. Beruntung, mobil yang melintas masih sempat berhenti sebelum sempat menabrak korban.
Sejak itu, korban terus dihantui rasa ketakutan. Dan ketakutan SA jadi kenyataan. Senin (17/3) malam, korban yang baru pulang dari rumah kakaknya di kawasan Bambuan, Kel. Perdamean, Stabat, dicegat di kawasan Pajak Lama Stabat.
Kala itu, AT mengendarai mobil sedan bersama seorang temannya. Pelaku yang memarkirkan mobilnya, langsung menarik kuat tangan korban dan memaksanya masuk ke mobil. ”Ayo ikut kau,” kata SA mengulang bentakan AT kala itu. Sementara, Honda Beat yang dikendarai SA dibawa teman AT.
Karena takut, korban coba berontak. Waktu itulah pelaku berang dan menggigit pergelangan kiri SA. Tak puas, kuping, leher dan dahinya juga ditinju.
“Kejadianya sekitar jam 21.35 gitulah pak,“ kisah SA. Begitu berada di dalam mobil, SA langsung diancam sebilah pisau. Bukan sekedar mengancam saja, AT juga sempat menggoreskannya ke pipi SA. Kontan ketakutan SA bertambah. Makanya dia hanya diam saja. Bahkan saat tangannya diikat pun, SA tak lagi berani berontak. Dia dilanda kecemasan tinggi. Dia kawatir AT makin nekat bila dia melawan. Dalam kondisi luka kena gigitan dan juga pukulan, SA dibawa ke kediaman At.