35.6 C
Medan
Saturday, May 25, 2024

Gus Irawan: Zakat Produktif Solusi Entaskan Kemiskinan

DELISERDANG- Zakat yang bersifat konsumtif bisa diganti menjadi zakat produktif. Hal itu dilakukan untuk melahirkan kemandirian bagi kaum mustahik (orang yang berhak menerima zakat). Solusinya, mustahik dibimbing kewirausahaan dan dibimbing agar bisa bangkit dari kemiskinan.

Demikian disampaikan Ketua Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Sumatera Utara Gus Irawan Pasaribu usai melakukan peletakan batu pertama pembangunan menara Masjid Al Ikhlas di Dusun III, Desa Pujimulio Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Deliserdang, Kamis (14/3) siang.
Gus Irawan Pasaribu yang merupakan Direktur Utama PT Bank Sumut membeberkan, pengelolaan zakat bisa memberikan semangat kewirausahaan dengan sistem memberikan modal usaha yang bersumber dari zakat, khususnya zakat mall (harta) ataupun zakat profesi.

Dia menambahkan, di Indonesia mayoritas penduduknya beragama Islam, tapi masih sangat banyak warga yang hidupnya berada di bawah garis kemiskinan. Untuk itu, perlu adanya solusi untuk mengentaskan kemiskinan.

“Zakat produktif merupakan solusi untuk mengentaskan kemiskinan, karena zakat produktif yang dapat mendorong keluarga prasejahtera untuk berusaha mandiri agar keluar dari garis kemikskinan,” tambahnya.

Lebih lanjut, dia membeberkan data Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), potensi zakat di Indonesia mencapai Rp217 triliun, tapi yang terhimpun baru Rp1,5 triliun. Angka tersebut menunjukkan masih rendahnya kesadaran masyarakat berzakat, disebabkan banyaknya umat Islam yang belum memiliki kesadaran untuk menunaikan kewajiban membayar zakat dan belum optimalnya sinergi antar lembaga amil zakat.

Dia menerangkan, zakat produktif, setidaknya dapat diawali dari penyaluran bantuan modal usaha untuk sektor usaha mikro. Hal itu sudah dipraktekkan Gus Irawan melalui Lembaga Amil Zakat (LAZ) Bank Sumut sejak beberapa tahun lalu, yang sumber dananya berasal dari pemotongan 2,5 persen gaji karyawan Muslim di Bank Sumut. Dari zakat produktif itu, sudah lebih 5.000 keluarga prasejahtera yang mendapat bantuan modal usaha mikro.
Tak hanya itu, secara pribadi Gus Irawan melalui Yayasan Murni Gus Irawan Foundation juga menyalurkan zakat produktif berupa modal usaha bergulir untuk mengoptimalkan pemanfaatan dana zakat seluas-luasnya kepada para mustahik.

“Jika setiap pribadi muslim yang berkemampuan sadar membersihkan hartanya, dengan membayar zakat dan setiap perusahaan di Sumut memiliki ribuan karyawan muslim mengorganisasikan pengelolaan zakat profesi, Insya Allah angka kemiskinan di Sumatera Utara bisa ditekan dan tidak akan melihat lagi ada pengemis di jalanan,” ujarnya. “Saya berkeyakinan ini bisa dilakukan kalau segenap elemen pemangku kepentingan, temasuk pemerintah daerah, berkomitmen kuat untuk mengimplementasikannya dan antar elemen penyalur zakat saling bersinergi,” sambungnya.

Sementara itu, dia juga menyebutkan, masjid yang selama ini memiliki fungsi sebagai tempat salat bagi umat Islam, bisa dijadikan sebagai wadah pengembangan ekonomi Islam dan fungsi sosial ekonomi lainnya. Hal itu dimaksudkan sebagai bagian untuk memakmurkan masjid dan meningkatkan kesejahteraan umat.

“Rasulullah pernah menjadi masjid sebagai pusat peradaban Islam, terutama pusat pengembangan ekonomi Islam dan fungsi sosial-ekonomi lainnya,” katanya.

Pada acara peletakan batu pertama pembangunan menara Masjid Al Ikhlas itu, Gus
Irawan juga menyalurkan bantuan dari LAZ Bank Sumut sebesar Rp5 juta dan bantuan dari Yayasan Murni Gus Irawan Foundation sebesar Rp10 juta. (ril)

DELISERDANG- Zakat yang bersifat konsumtif bisa diganti menjadi zakat produktif. Hal itu dilakukan untuk melahirkan kemandirian bagi kaum mustahik (orang yang berhak menerima zakat). Solusinya, mustahik dibimbing kewirausahaan dan dibimbing agar bisa bangkit dari kemiskinan.

Demikian disampaikan Ketua Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Sumatera Utara Gus Irawan Pasaribu usai melakukan peletakan batu pertama pembangunan menara Masjid Al Ikhlas di Dusun III, Desa Pujimulio Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Deliserdang, Kamis (14/3) siang.
Gus Irawan Pasaribu yang merupakan Direktur Utama PT Bank Sumut membeberkan, pengelolaan zakat bisa memberikan semangat kewirausahaan dengan sistem memberikan modal usaha yang bersumber dari zakat, khususnya zakat mall (harta) ataupun zakat profesi.

Dia menambahkan, di Indonesia mayoritas penduduknya beragama Islam, tapi masih sangat banyak warga yang hidupnya berada di bawah garis kemiskinan. Untuk itu, perlu adanya solusi untuk mengentaskan kemiskinan.

“Zakat produktif merupakan solusi untuk mengentaskan kemiskinan, karena zakat produktif yang dapat mendorong keluarga prasejahtera untuk berusaha mandiri agar keluar dari garis kemikskinan,” tambahnya.

Lebih lanjut, dia membeberkan data Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), potensi zakat di Indonesia mencapai Rp217 triliun, tapi yang terhimpun baru Rp1,5 triliun. Angka tersebut menunjukkan masih rendahnya kesadaran masyarakat berzakat, disebabkan banyaknya umat Islam yang belum memiliki kesadaran untuk menunaikan kewajiban membayar zakat dan belum optimalnya sinergi antar lembaga amil zakat.

Dia menerangkan, zakat produktif, setidaknya dapat diawali dari penyaluran bantuan modal usaha untuk sektor usaha mikro. Hal itu sudah dipraktekkan Gus Irawan melalui Lembaga Amil Zakat (LAZ) Bank Sumut sejak beberapa tahun lalu, yang sumber dananya berasal dari pemotongan 2,5 persen gaji karyawan Muslim di Bank Sumut. Dari zakat produktif itu, sudah lebih 5.000 keluarga prasejahtera yang mendapat bantuan modal usaha mikro.
Tak hanya itu, secara pribadi Gus Irawan melalui Yayasan Murni Gus Irawan Foundation juga menyalurkan zakat produktif berupa modal usaha bergulir untuk mengoptimalkan pemanfaatan dana zakat seluas-luasnya kepada para mustahik.

“Jika setiap pribadi muslim yang berkemampuan sadar membersihkan hartanya, dengan membayar zakat dan setiap perusahaan di Sumut memiliki ribuan karyawan muslim mengorganisasikan pengelolaan zakat profesi, Insya Allah angka kemiskinan di Sumatera Utara bisa ditekan dan tidak akan melihat lagi ada pengemis di jalanan,” ujarnya. “Saya berkeyakinan ini bisa dilakukan kalau segenap elemen pemangku kepentingan, temasuk pemerintah daerah, berkomitmen kuat untuk mengimplementasikannya dan antar elemen penyalur zakat saling bersinergi,” sambungnya.

Sementara itu, dia juga menyebutkan, masjid yang selama ini memiliki fungsi sebagai tempat salat bagi umat Islam, bisa dijadikan sebagai wadah pengembangan ekonomi Islam dan fungsi sosial ekonomi lainnya. Hal itu dimaksudkan sebagai bagian untuk memakmurkan masjid dan meningkatkan kesejahteraan umat.

“Rasulullah pernah menjadi masjid sebagai pusat peradaban Islam, terutama pusat pengembangan ekonomi Islam dan fungsi sosial-ekonomi lainnya,” katanya.

Pada acara peletakan batu pertama pembangunan menara Masjid Al Ikhlas itu, Gus
Irawan juga menyalurkan bantuan dari LAZ Bank Sumut sebesar Rp5 juta dan bantuan dari Yayasan Murni Gus Irawan Foundation sebesar Rp10 juta. (ril)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/