31.7 C
Medan
Wednesday, May 29, 2024

Anak-anak Bawa Cangkul dan Arit Tawarkan Jasa Bersihkan Makam

Mengais Rezeki saat Tradisi Ziarah Kuburan Jelang Ramadan di Tebingtinggi

Nyekar atau ziarah ke kuburan menjelang Ramadan menjadi tradisi umat Islam di berbagai daerah Sumatera Utara, seperti di Kota Tebingtinggi; tempat pemakaman umum (TPU) Bandar Sono, TPU Kampung Durian dan TPU Sarkawi.

SOPIAN-Tebingtinggi

MENUNGGU: Anak-anak pembersih makam berkumpul menunggu peziarah  datang  TPU Bandar Sono, Tebingtinggi.//sopian/sumut pos
MENUNGGU: Anak-anak pembersih makam berkumpul menunggu peziarah yang datang di TPU Bandar Sono, Tebingtinggi.//sopian/sumut pos
TPU Bandar Sono di Jalan SM Raja, Kota Tebingtinggi memiliki ciri tersendiri menjelang datangnya bulan suci Ramadan. Bukan saja diramaikan para peziarah, para anak-anak tampak berkumpul di seputar TPU tersebut. Anak-anak itu ternyata menawarkan jasa untuk membersihkan makam. Dari jasa itu, anak-anak mendapat upah. Tak cuma itu, pedagang bunga sekaligus air rempah wewangian sebagai pelengkap untuk berziarah dijual di setiap menuju pintu masuk menuju TPU Bandar Sono. Sejumlah pengemis juga memanfaatkan situasi ini. Mereka berkumpul di pinggiran makam berharap sedekah dari peziarah.

Salah seorang anak pembersih kuburan,Frans (9) bocah pelajar sekolah dasar (SD) hanya memerlukan peralatan pembersih yaitu cangkul dan arit untuk membersihkan makam dari rerumputan hingga semak belukar yang menutupi makam. Dia mengaku usai pulang sekolah bisa mendapatkan upah mulai dari Rp30 ribu hingga Rp50 perharinya.

“Sudah dua tahun belakangan ini menjadi pembersih makam musiman, pendapatan  perharinya tergantung dengan banyaknya peziarah yang datang,” kata Frans sambil tertawa.

Frans bersama taman-temannya tidak saling berebutan untuk mendapatkan pelanggan. Mereka mengaku memasang tim untuk saling bergantian sehingga tidak terjadi keributan di antara teman-temannya. “Setiap tim terdiri dari 3 orang anak, perlengkapan cangkul dan arit harus disiapkan,” kata Frans lagi.
Kata Frans, mereka tidak mematokan harga untuk memberikan jasa kepada peziarah, sesuai hasil tawar menawar. Bahkan peziarah dengan ikhlas memberikan uangnya kalau mereka merasa senang. “Ada juga yang memberikan Rp2.000,dan ada juga memberikan Rp20.000 permakam, yang penting mereka (peziarah) bisa senang dengan kami dan tidak merasa terganggu,” ujar Frans.

Keberuntungan ini juga berpihak kepada para pengemis. Sulaiman penderita tunanetra salah satunya. Sulaiman berharap belaskasihan setiap peziarah dalam memberikan sedekahnya. Dia mengaku dalam seharinya bisa mendapatkan penghasilan Rp15.000 hingga Rp30.000. “ Keberuntungan ini saya dapat setahun sekali,apabila datangnya bulan suci Ramadan,” tuturnya.

Salah seorang peziarah, Hartono (42) bersama istrinya warga Kota Medan sengaja datang ke Kota Tebingtinggi untuk berziarah kemakam orangtuanya yang sudah meninggal dunia. Menanggapi anak-anak pembersih kuburan yang ramai, dia tidak ambil pusing. Bahkan katanya, dia bisa terbantu untuk bisa membersihkan makam orangtuanya. “Kehadiran anak-anak pembersih kuburan musiman itu biasa saja dan tidak mengganngu para peziarah, bahkan justru kita bisa terbantu. Untuk uang yang harus kita keluarkan dalam membayar upah tidak dipatokan, ya, tergantung keikhlasan kita saja,” pungkas Hartono. (*)

Mengais Rezeki saat Tradisi Ziarah Kuburan Jelang Ramadan di Tebingtinggi

Nyekar atau ziarah ke kuburan menjelang Ramadan menjadi tradisi umat Islam di berbagai daerah Sumatera Utara, seperti di Kota Tebingtinggi; tempat pemakaman umum (TPU) Bandar Sono, TPU Kampung Durian dan TPU Sarkawi.

SOPIAN-Tebingtinggi

MENUNGGU: Anak-anak pembersih makam berkumpul menunggu peziarah  datang  TPU Bandar Sono, Tebingtinggi.//sopian/sumut pos
MENUNGGU: Anak-anak pembersih makam berkumpul menunggu peziarah yang datang di TPU Bandar Sono, Tebingtinggi.//sopian/sumut pos
TPU Bandar Sono di Jalan SM Raja, Kota Tebingtinggi memiliki ciri tersendiri menjelang datangnya bulan suci Ramadan. Bukan saja diramaikan para peziarah, para anak-anak tampak berkumpul di seputar TPU tersebut. Anak-anak itu ternyata menawarkan jasa untuk membersihkan makam. Dari jasa itu, anak-anak mendapat upah. Tak cuma itu, pedagang bunga sekaligus air rempah wewangian sebagai pelengkap untuk berziarah dijual di setiap menuju pintu masuk menuju TPU Bandar Sono. Sejumlah pengemis juga memanfaatkan situasi ini. Mereka berkumpul di pinggiran makam berharap sedekah dari peziarah.

Salah seorang anak pembersih kuburan,Frans (9) bocah pelajar sekolah dasar (SD) hanya memerlukan peralatan pembersih yaitu cangkul dan arit untuk membersihkan makam dari rerumputan hingga semak belukar yang menutupi makam. Dia mengaku usai pulang sekolah bisa mendapatkan upah mulai dari Rp30 ribu hingga Rp50 perharinya.

“Sudah dua tahun belakangan ini menjadi pembersih makam musiman, pendapatan  perharinya tergantung dengan banyaknya peziarah yang datang,” kata Frans sambil tertawa.

Frans bersama taman-temannya tidak saling berebutan untuk mendapatkan pelanggan. Mereka mengaku memasang tim untuk saling bergantian sehingga tidak terjadi keributan di antara teman-temannya. “Setiap tim terdiri dari 3 orang anak, perlengkapan cangkul dan arit harus disiapkan,” kata Frans lagi.
Kata Frans, mereka tidak mematokan harga untuk memberikan jasa kepada peziarah, sesuai hasil tawar menawar. Bahkan peziarah dengan ikhlas memberikan uangnya kalau mereka merasa senang. “Ada juga yang memberikan Rp2.000,dan ada juga memberikan Rp20.000 permakam, yang penting mereka (peziarah) bisa senang dengan kami dan tidak merasa terganggu,” ujar Frans.

Keberuntungan ini juga berpihak kepada para pengemis. Sulaiman penderita tunanetra salah satunya. Sulaiman berharap belaskasihan setiap peziarah dalam memberikan sedekahnya. Dia mengaku dalam seharinya bisa mendapatkan penghasilan Rp15.000 hingga Rp30.000. “ Keberuntungan ini saya dapat setahun sekali,apabila datangnya bulan suci Ramadan,” tuturnya.

Salah seorang peziarah, Hartono (42) bersama istrinya warga Kota Medan sengaja datang ke Kota Tebingtinggi untuk berziarah kemakam orangtuanya yang sudah meninggal dunia. Menanggapi anak-anak pembersih kuburan yang ramai, dia tidak ambil pusing. Bahkan katanya, dia bisa terbantu untuk bisa membersihkan makam orangtuanya. “Kehadiran anak-anak pembersih kuburan musiman itu biasa saja dan tidak mengganngu para peziarah, bahkan justru kita bisa terbantu. Untuk uang yang harus kita keluarkan dalam membayar upah tidak dipatokan, ya, tergantung keikhlasan kita saja,” pungkas Hartono. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/