25 C
Medan
Wednesday, July 3, 2024

UINSU-Dinkes Asahan Jalin Kerja Sama, Tekan Angka Kasus Malaria di Asahan

ist
TEKEN MOU: Kadinkes Asahan, Aris Yudhariansyah dan Dekan FKM UINSU, Azhari Akmal Tarigan bertukar cenderamata usai melakukan MoU untuk menekan kasus penyakit malaria di Kabupaten Asahan, Senin (8/7).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan semakin mempertegas komitmennya dalam hal pelayanan kesehatan dan menekan angka kasus penyakit malaria. Sebagai wujud komitmen tersebut, Dinkes Asahan menjalin kerja sama dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (FKM-UINSU).

Penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) dilakukan langsung Kadinkes Asahan, Aris Yudhariansyah dan Dekan FKM UINSU, Azhari Akmal Tarigan, di Kantor Dinkes Asahan pada 8 Juli 2019 lalu.

“MoU ini merupakan bentuk keseriusan Dinkes Asahan untuk membangun Kabupaten Asahan khususnya di bidang kesehatan. Kami berharap melalui kerja sama dengan FKM UINSU di bidang kesehatan, Kabupaten Asahan berkembang cepat,” ujar Kadinkes Asahan, Aris Yudhariansyah kepada wartawan, Selasa (16/7).

Tujuan lain dari kerja sama ini ke depan, ungkap Aris, guna mensinergikan misi FKM UINSU yang menciptakan pembangunan kesehatan masyarakat wilayah pesisir. Menurutnya, visi tersebut saling berkaitan dengan visi Pemkab Asahan, yaitu mewujudkan masyarakat Asahan yang religius, sehat, cerdas dan mandiri.

“Disamping itu kami terus berkomitmen menurunkan kasus malaria di Asahan, dengan konsep health promotion dan pemberdayaan masyarakat. Sebab wilayah Asahan dengan garis pantai 30 km², merupakan endemi malaria,” katanya.

Untuk diketahui, Pemkab Asahan melalui Dinas Kesehatan Asahan pada 2014-2016 meraih penghargaan dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, atas upaya dan komitmen dalam menurunkan kasus malaria hingga 75 persen. Implementasi dari penghargaan ini terus konsisten dilakukan Dinkes Asahan hingga kini.

Aris mengungkapkan, dari tiga tahun belakangan (2016-2018), angka kasus malaria terus menunjukkan tren menurun di Kabupaten Asahan. Sebagai rinciannya, pada 2016 terdapat ada 688 kasus, 2017 menurun jadi 469 kasus dan di 2018 turun lagi menjadi 217 kasus. “Melalui kerja sama dengan FKM UINSU ini, angka kasus malaria di Kabupaten Asahan dalam waktu akan datang juga akan semakin menurun,” pungkasnya.

Terpisah, Dekan FKM UINSU Azhari Akmal Tarigan menyambut baik dari MoU yang terlaksana dengn Dinkes Asahan. Dikatakannya, sesuai dengan visi dan misi pihaknya yakni unggul dalam mewujudkan masyarakat pembelajaran di bidang kesehatan di wilayah masyarakat pesisir.

Ia menyampaikan, bahwa PBL FKM UINSU kali ini fokus pada persoalan masyarakat pesisir yang begitu kompleks, mengingat pesisir merupakan wilayah yang mempunyai kemampuan daya urai yang sangat terbatas. Karena itu, katanya, masyarakat sekitar rentan terkena penyakit. “Kehadiran mahasiswa PBL FKM UIN-SU setidaknya mampu mengurangi persoalan tersebut, disamping menambah khazanah Ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya berbasis penelitian di wilayah pesisir,” ujarnya.

Sebagaimana yang telah direncanakan, PBL mahasiswa FKM UIN-SU akan dimulai pada 22 Juli 2019 di Asahan, Batu Bara dan Kota Tanjungbalai. Sebelumnya, MoU yang sama juga sudah dijalin dengan Pemko Tanjungbalai. Itu sebabnya, katanya, Dinkes Asahan menjadi salah satu lembaga yang diajak kerja sama dalam mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi. “Kita merasa terbantu. Ini adalah yang kedua kalinya kerja sama UINSU setelah Dinas Kesehatan Langkat. Kita mengirimkan sekitar 150 mahasiswa untuk melakukan praktek belajar lapangan atau PBL,” ujarnya.

Seperti yang dipaparkan Kadinkes Asahan, Aris Yudhariansyah, Akmal menjelaskan, bahwa problem kesehatan masyarakat pesisir yang menjadi perhatian seperti soal gizi, sanitasi, serta merebaknya penyakit demam berdarah dan malaria. Nantinya, para mahasiswa itu akan ditempatkan di puskesmas. Dari sanalah, katanya, mahasiswa yang mengikuti PBL akan turun ke masyarakat dengan mengikuti program posyandu, 1.000 hari kelahiran dan lainnya.

“Saat ini kita memiliki lebih dari 1.000 mahasiswa. Melalui kerja sama ini, kita sekaligus mendapat masukan, tentunya untuk mewujudkan masyarakat pesisir yang sehat,” pungkasnya. (prn/han)

ist
TEKEN MOU: Kadinkes Asahan, Aris Yudhariansyah dan Dekan FKM UINSU, Azhari Akmal Tarigan bertukar cenderamata usai melakukan MoU untuk menekan kasus penyakit malaria di Kabupaten Asahan, Senin (8/7).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan semakin mempertegas komitmennya dalam hal pelayanan kesehatan dan menekan angka kasus penyakit malaria. Sebagai wujud komitmen tersebut, Dinkes Asahan menjalin kerja sama dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (FKM-UINSU).

Penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) dilakukan langsung Kadinkes Asahan, Aris Yudhariansyah dan Dekan FKM UINSU, Azhari Akmal Tarigan, di Kantor Dinkes Asahan pada 8 Juli 2019 lalu.

“MoU ini merupakan bentuk keseriusan Dinkes Asahan untuk membangun Kabupaten Asahan khususnya di bidang kesehatan. Kami berharap melalui kerja sama dengan FKM UINSU di bidang kesehatan, Kabupaten Asahan berkembang cepat,” ujar Kadinkes Asahan, Aris Yudhariansyah kepada wartawan, Selasa (16/7).

Tujuan lain dari kerja sama ini ke depan, ungkap Aris, guna mensinergikan misi FKM UINSU yang menciptakan pembangunan kesehatan masyarakat wilayah pesisir. Menurutnya, visi tersebut saling berkaitan dengan visi Pemkab Asahan, yaitu mewujudkan masyarakat Asahan yang religius, sehat, cerdas dan mandiri.

“Disamping itu kami terus berkomitmen menurunkan kasus malaria di Asahan, dengan konsep health promotion dan pemberdayaan masyarakat. Sebab wilayah Asahan dengan garis pantai 30 km², merupakan endemi malaria,” katanya.

Untuk diketahui, Pemkab Asahan melalui Dinas Kesehatan Asahan pada 2014-2016 meraih penghargaan dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, atas upaya dan komitmen dalam menurunkan kasus malaria hingga 75 persen. Implementasi dari penghargaan ini terus konsisten dilakukan Dinkes Asahan hingga kini.

Aris mengungkapkan, dari tiga tahun belakangan (2016-2018), angka kasus malaria terus menunjukkan tren menurun di Kabupaten Asahan. Sebagai rinciannya, pada 2016 terdapat ada 688 kasus, 2017 menurun jadi 469 kasus dan di 2018 turun lagi menjadi 217 kasus. “Melalui kerja sama dengan FKM UINSU ini, angka kasus malaria di Kabupaten Asahan dalam waktu akan datang juga akan semakin menurun,” pungkasnya.

Terpisah, Dekan FKM UINSU Azhari Akmal Tarigan menyambut baik dari MoU yang terlaksana dengn Dinkes Asahan. Dikatakannya, sesuai dengan visi dan misi pihaknya yakni unggul dalam mewujudkan masyarakat pembelajaran di bidang kesehatan di wilayah masyarakat pesisir.

Ia menyampaikan, bahwa PBL FKM UINSU kali ini fokus pada persoalan masyarakat pesisir yang begitu kompleks, mengingat pesisir merupakan wilayah yang mempunyai kemampuan daya urai yang sangat terbatas. Karena itu, katanya, masyarakat sekitar rentan terkena penyakit. “Kehadiran mahasiswa PBL FKM UIN-SU setidaknya mampu mengurangi persoalan tersebut, disamping menambah khazanah Ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya berbasis penelitian di wilayah pesisir,” ujarnya.

Sebagaimana yang telah direncanakan, PBL mahasiswa FKM UIN-SU akan dimulai pada 22 Juli 2019 di Asahan, Batu Bara dan Kota Tanjungbalai. Sebelumnya, MoU yang sama juga sudah dijalin dengan Pemko Tanjungbalai. Itu sebabnya, katanya, Dinkes Asahan menjadi salah satu lembaga yang diajak kerja sama dalam mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi. “Kita merasa terbantu. Ini adalah yang kedua kalinya kerja sama UINSU setelah Dinas Kesehatan Langkat. Kita mengirimkan sekitar 150 mahasiswa untuk melakukan praktek belajar lapangan atau PBL,” ujarnya.

Seperti yang dipaparkan Kadinkes Asahan, Aris Yudhariansyah, Akmal menjelaskan, bahwa problem kesehatan masyarakat pesisir yang menjadi perhatian seperti soal gizi, sanitasi, serta merebaknya penyakit demam berdarah dan malaria. Nantinya, para mahasiswa itu akan ditempatkan di puskesmas. Dari sanalah, katanya, mahasiswa yang mengikuti PBL akan turun ke masyarakat dengan mengikuti program posyandu, 1.000 hari kelahiran dan lainnya.

“Saat ini kita memiliki lebih dari 1.000 mahasiswa. Melalui kerja sama ini, kita sekaligus mendapat masukan, tentunya untuk mewujudkan masyarakat pesisir yang sehat,” pungkasnya. (prn/han)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/