27.7 C
Medan
Thursday, July 4, 2024

Polisi Diduga Tembak Pelaku Curanmor

LABURA- Ngatmin (41), tersangka kasus pencurian sepeda motor (curanmor) tewas, persis sehari pasca diamankan polisi. Pihak keluarga menduga, duda beranak 2 ini tewas setelah dianiaya dan ditembak polisi yang menjemputnya dari kediaman Kepala Desa Bangun Rejo, Selasa (1/3) lalu.

Ditemui di sebuah rumah di Dusun II, Desa Simonis, Kecamatan Aek Natas, kakak kandung korban, Hambali, didampingi AS Munte, salahseorang kerabat korban menceritakan kronologis penangkapan yang berujung pada tewasnya Ngatmin. Sesuai informasi yang mereka peroleh, polisi dari Mapolsek Aek Natas menjemput Ngatmin pada Selasa (1/3) silam dari kediaman Kades Bangun Rejo. Sebelumnya, dia telah diamankan oleh seseorang yang disebut-sebut bermarga Siregar, yang mengaku sepedamotornya hilang dicuri Ngatmin.

Oleh polisi, Ngatmin kemudian diboyong ke Polsek untuk keperluan penyidikan. Namun, malam itu juga, dia diserahkan kepada personel dari Polres Labuhanbatu yang datang menjemputnya, dan tiba di Mapolres Labuhanbatu sekitar pukul 23.00 WIB. Namun, sekitar pukul 05.00 WIB subuh keesokan harinya, mereka mendapat telepon dari kerabat mereka yang saat itu ketepatan berada di RSUD Rantauprapat, dan mengabarkan Ngatmin telah meninggal dunia.

“Dia (Ngatmin, red) meninggal pun kami tahu dari keluarga yang ketepatan saat itu berada di RSUD Rantauprapat, bukan dari polisi,” kata AS Munte.

Masih menurut AS Munte dan Hambali, ada beberapa hal yang janggal, sehingga membuat pihak keluarga dari pria yang telah 10 tahun bercerai dengan Ngatini istrinya itu meninggal dunia. “Jujur saja, yang paling mencurigakan adalah adanya luka berbentuk bundar yang kami temukan di jidatnya seperti luka bekas tembakan,” kata Hambali sembari mengatakan, saat akan dikebumikan, dari bagian belakang kepala ayah dari Dedek dan Robin itu menetes darah segar. Selain itu, masih kata Munte yang pagi itu menjemput jenazah Ngatmin ke RSUD Rantauprapat, suasana di RSUD saat mereka tiba untuk menjemput jenazah saudara sepupunya itu terkesan lain dari yang biasa. Sebab, hampir di setiap gang pada bangsal rumah sakit, sejumlah personel berjaga-jaga. Malah, mereka tidak diperkenankan untuk melihat kondisi jenazah korban saat sedang divisum oleh tim medis.

“Bahkan, mengangkat jasadnya saja ke ambulans kami tidak bisa. Semuanya dilakukan polisi. Makanya, kami baru bisa lihat jenazahnya setelah sampai di rumah. Anehnya lagi, sewaktu kami tiba di rumah, sepasukan polisi sudah ada di sana. Bahkan, Kapolsek Aek Natas AKP TR Nababan pun ada di tempat. Katanya, mereka diperintahkan melakukan pengamanan. Soal siapa yang memerintahkan, kami tidak tahu,” kata Munte diamini Hambali yang duduk di sisinya. “Yang penting, kami mau, kasus ini diungkap lah secara hukum, untuk memastikan penyebab kematian adik saya,” kata Hambali. (ing/smg)

LABURA- Ngatmin (41), tersangka kasus pencurian sepeda motor (curanmor) tewas, persis sehari pasca diamankan polisi. Pihak keluarga menduga, duda beranak 2 ini tewas setelah dianiaya dan ditembak polisi yang menjemputnya dari kediaman Kepala Desa Bangun Rejo, Selasa (1/3) lalu.

Ditemui di sebuah rumah di Dusun II, Desa Simonis, Kecamatan Aek Natas, kakak kandung korban, Hambali, didampingi AS Munte, salahseorang kerabat korban menceritakan kronologis penangkapan yang berujung pada tewasnya Ngatmin. Sesuai informasi yang mereka peroleh, polisi dari Mapolsek Aek Natas menjemput Ngatmin pada Selasa (1/3) silam dari kediaman Kades Bangun Rejo. Sebelumnya, dia telah diamankan oleh seseorang yang disebut-sebut bermarga Siregar, yang mengaku sepedamotornya hilang dicuri Ngatmin.

Oleh polisi, Ngatmin kemudian diboyong ke Polsek untuk keperluan penyidikan. Namun, malam itu juga, dia diserahkan kepada personel dari Polres Labuhanbatu yang datang menjemputnya, dan tiba di Mapolres Labuhanbatu sekitar pukul 23.00 WIB. Namun, sekitar pukul 05.00 WIB subuh keesokan harinya, mereka mendapat telepon dari kerabat mereka yang saat itu ketepatan berada di RSUD Rantauprapat, dan mengabarkan Ngatmin telah meninggal dunia.

“Dia (Ngatmin, red) meninggal pun kami tahu dari keluarga yang ketepatan saat itu berada di RSUD Rantauprapat, bukan dari polisi,” kata AS Munte.

Masih menurut AS Munte dan Hambali, ada beberapa hal yang janggal, sehingga membuat pihak keluarga dari pria yang telah 10 tahun bercerai dengan Ngatini istrinya itu meninggal dunia. “Jujur saja, yang paling mencurigakan adalah adanya luka berbentuk bundar yang kami temukan di jidatnya seperti luka bekas tembakan,” kata Hambali sembari mengatakan, saat akan dikebumikan, dari bagian belakang kepala ayah dari Dedek dan Robin itu menetes darah segar. Selain itu, masih kata Munte yang pagi itu menjemput jenazah Ngatmin ke RSUD Rantauprapat, suasana di RSUD saat mereka tiba untuk menjemput jenazah saudara sepupunya itu terkesan lain dari yang biasa. Sebab, hampir di setiap gang pada bangsal rumah sakit, sejumlah personel berjaga-jaga. Malah, mereka tidak diperkenankan untuk melihat kondisi jenazah korban saat sedang divisum oleh tim medis.

“Bahkan, mengangkat jasadnya saja ke ambulans kami tidak bisa. Semuanya dilakukan polisi. Makanya, kami baru bisa lihat jenazahnya setelah sampai di rumah. Anehnya lagi, sewaktu kami tiba di rumah, sepasukan polisi sudah ada di sana. Bahkan, Kapolsek Aek Natas AKP TR Nababan pun ada di tempat. Katanya, mereka diperintahkan melakukan pengamanan. Soal siapa yang memerintahkan, kami tidak tahu,” kata Munte diamini Hambali yang duduk di sisinya. “Yang penting, kami mau, kasus ini diungkap lah secara hukum, untuk memastikan penyebab kematian adik saya,” kata Hambali. (ing/smg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/