MEDAN, SUMUTPOS.CO – Warga Sumatera Utara (Sumut) yang sudah divaksin Covid-19 dosis tiga atau booster terus bertambah jumlahnya. Data Dinas Kesehatan Sumut, tercatat kini sebanyak 1,6 juta lebih penduduk Sumut yang telah disuntik booster.
Kepala Dinkes Sumut drg Ismail Lubis menilai, kesadaran masyarakat untuk divaksin booster mulai meningkat. Terlebih, pemerintah pusat telah mengeluarkan kebijakan bahwasanya jika ingin melakukan mudik pada lebaran Idul Fitri tahun ini, harus diiringi dengan syarat telah mendapatkan vaksin booster. “Secara perlahan masyarakat mulai sadar akan pentingnya booster. Dari 14,7 juta jiwa sasaran, 11,37 persen (1,6 juta jiwa lebih) sudah booster,” kata Ismail, Minggu (17/4).
Ismail mengaku, secara jumlah dari 33 kabupaten/kota di Sumut ternyata penduduk paling banyak disuntik booster adalah Kota Medan (359 ribu jiwa) dan Deliserdang (192 ribu jiwa). “Warga Medan dan Deliserdang yang sudah banyak menerima booster. Sedangkan daerah lain cakupannya di bawah 100 ribu jiwa,” ujarnya.
Dia menuturkan, pihaknya bersama dinas kesehatan kabupaten/kota terus mengimbau kepada masyarakat agar mengikuti booster Covid-19. Suntikan booster diberikan setelah perlindungan yang dihasilkan oleh suntikan primer mulai berkurang seiring waktu.
“Tujuan suntikan booster adalah untuk meningkatkan kekebalan tubuh, pada saat vaksin awal mungkin mulai hilang. Tanpa suntikan booster, efek perlindungan dari beberapa vaksin dapat mulai berkurang. Dengan vaksin booster, seseorang akan memastikan bahwa dia akan terlindungi dari penyakit dan infeksi yang dapat dicegah,” ungkapnya sembari menambahkan, jumlah lansia yang telah booster sebanyak 17,70 persen dari sasaran lansia 1,09 juta jiwa.
1 Zona Hijau, 32 Kuning
Sementara, risiko penyebaran Covid-19 di Provinsi Sumut kini telah terbebas dari zona merah (risiko tinggi). Berdasarkan data situs https://covid19.go.id/peta-risiko, terdapat 1 daerah Sumut zona hijau (tidak ada kasus) yaitu Kabupaten Nias. Sedangkan 32 kabupaten/kota lainnya, zona kuning (risiko sedang).
Zonasi risiko penyebaran Covid-19 tersebut, dihitung berdasarkan indikator-indikator kesehatan masyarakat dengan menggunakan skoring dan pembobotan. Indikator yang digunakan adalah epidemiologi, yaitu penurunan jumlah kasus positif, suspek dan sebagainya. Kemudian, indikator surveilans kesehatan masyarakat, seperti jumlah pemeriksaan sampel diagnosis mengikuti standar WHO (1 orang diperiksa per 1.000 penduduk per minggu) pada level provinsi dan positivity rate rendah (target =5% sampel diagnosis positif dari seluruh kasus yang diperiksa) merujuk pada angka provinsi.
Selanjutnya, indikator pelayanan kesehatan yakni rata-rata angka keterpakaian tempat tidur TT) isolasi (% BOR TT Isolasi) dalam satu minggu terakhir pada RS Rujukan Covid-19 cukup untuk menampung pasien di wilayah tersebut, dan rata-rata angka keterpakaian TT intensif (% BOR TT Intensif) dalam satu minggu terakhir pada RS Rujukan Covid-19 cukup untuk menampung pasien.
Kepala Dinas Kesehatan Sumut drg Ismail Lubis mengakui angka terkonfirmasi positif Covid-19 terus mengalami penurunan. “Data 16 April 2020, konfirmasi positif hanya bertambah 2 kasus baru sehingga akumulasinya menjadi 154.883 kasus,” kata Ismail, Minggu (17/4).
Begitu juga dengan angka kematian, lanjut Ismail, hanya bertambah 1 kasus. Dengan demikian, akumulasinya menjadi 3.244 kasus. Sementara angka kesembuhan kian meningkat, yang bertambah 32 kasus dengan akumulasi 151.169 kasus. “Kasus aktif Covid-19 Sumut kini tinggal 470 pasien,” sambungnya.
Ismail menambahkan, meski kasus konfirmasi positif corona terus berkurang namun diminta kepada masyarakat untuk tetap waspada. “Protokol kesehatan harus selalu diterapkan secara konsisten dan jangan kendor walaupun sudah divaksin,” tandasnya. (ris/adz)