MEDAN, SUMUTPOS.CO – “Saya yakin, kolektor batu atau pecinta batu, belum tentu memiliki atau pernah melihat batu seperti yang saya punya. Saya bukan pecinta batu, tapi saya suka hal-hal unik, seperti 2 batu yang saya dapat di Marike, Langkat, ini,” ujar Ali.
Pria Tionghoa yang di KTP-nya bernama Fajar Susanto itu, menyambangi Graha Pena Jl. SM Raja Medan, Sabtu (16/5) malam. Dia membawa 2 batu unik. Besarnya hanya seukuran biji merica atau kacang hijau. Warnanya putih gading.
Sekilas, tak ada yang aneh dari batu itu. Dibeber warga Jl. Berlian Sari, Kec. Delitua itu, batu yang tak diketahui namanya tersebut, sudah disimpannya sejak 2009 lalu. Kala itu, dia sedang mengawasi alat berat milik abangnya yang disewa untuk sebuah proyek di Marike. Hampir setahun dia bolak-balik ke sana.
Nah, setelah hampir sebulan di sana, dia dan 2 anggotanya iseng-iseng membelah batang kelapa yang sudah ditumbangkan. “Batang kelapa itu sudah bertahun-tahun tak punya daun Bang. Tegak kayak tiang listriknya dulunya. Pas proyek itu baru ditumbangkan. Iseng-iseng, saya menyuruh dua anggota saya membelahnya,” ujarnya.
“Batang kelapa itu tingginya sekitar 8 meter. Pas dibelah itulah, di tengah batang kelapa itu ada jalur seperti huruf S, tapi tak sempurna huruf S-nya. Panjang jalur itupun cuma sejengkal aja. Saya heran pas lihatnya, gitu saya dekati, saya lihat ada 2 batu ini. Langsung saya ambil aja dan simpan sampai sekarang,” ujarnya.
Awalnya, dia tak menyadari keunikan batu itu. Tiba di rumah, dia membersihkan batu itu dan merendam dulu di air. Anehnya, batu itu berubah warna begitu kena air. Batu yang lebih besar berubah jadi kemerahan. Yang lebih kecil, jadi keabu-abuan. Ali makin kaget saat mengangkat batu itu dari air. Warnanya kembali ke warna semula, putih gading.
“Sudah banyak kawan yang nyuruh saya pakai batu itu untuk dibawa ke arena judi, mau ngetes gitu. Tapi saya tolak Bang, saya tak suka. Banyak juga yang bilang itu mustika dan saya dapat dari dukun. Demi Tuhan, saya orang yang tak suka datangi dukun. Saya hanya suka hal-hal unik,” terangnya.
“Seperti yang diberitakan POSMETRO MEDAN (grup SUMUTPOS.CO) beberapa tahun lalu Bang, soal kuntilanak yang ditangkap di Tembung. Saya datang ke sana. Saya yakin, hanya saya sendiri orang Tionghoa yang datang ke sana. Karena gini Bang, belum tentu seumur hidup saya bisa lihat hal-hal seperti itu, makanya saya datangi. Tapi pas ditunjukkan, saya tak bisa lihat kuntilanak dalam botol yang katanya udah ditangkap itu,” terangnya.
“Itulah, saya suka hal-hal unik, tapi gak pernah ke dukun, lebih baik saya cari uang aja. Kalau ada yang suruh bongkar kotoran, asal cocok harga pasti saya kerjakan. Itulah kalau untuk cari uang Bang, pasti saya lakukan, tapi gak suka ke dukun. Demi Tuhan,” tegasnya.
Lalu bagaimana bila ada yang tertarik dengan batu ini? “Gini Bang, saya masih ‘I Love U’ sekali dengan ini batu. Tapi, siapa yang tak suka duit, apalagi saya. Kalau memang ada yang tawar, kita coba. Tapi saya belum tentu mau jual, karena saya suka batu ini, kita lihat dulu tawarannya,” paparnya, di sela-sela menguji perubahan warna batu tersebut di depan sejumlah kru. (trg)