30 C
Medan
Thursday, July 4, 2024

Sinabung Kembali Meletus

sinabung meletus lagi Warga Panik Berlari,
sinabung meletus lagi Warga Panik Berlari,

MEDAN- Gunung Sinabung di Desa Kuta Gugung Kecamatan Naman Terann
Kabupaten Karo, kembali meletus (erupsi) sekitar pukul 12.03 WIB dan 16.19 WIB, Selasa (17/9). Letusan itu merupakan kali kedua setelah letusan pertama pada Minggu (15/9) sekitar pukul 03.00 WIB lalu.
Letusan ditandai dengan keluarnya lava pijar dari kawah gunung setinggi 2.451 mdpl itu. Material letusan tampak jelas dari Pos Pemantauan Gunung Sinabung yang berada sekitar lima kilometer dari kawah. Letusan yang keluar memuntahkan material berupa debu vulkanik setinggi 3 kilometer (km) hingga terlihat sampai kawasan Bandarbaru, Delisedang.
Selain itu, larva dan bola api juga ikut muncul.
Arah angin yang bertiup ke timur lantas dalam beberapa waktu membawa debu vulkanik ke sekitar Kecamatan Berastagi, Merdeka dan Simpang Empat. Sehingga, hampir seluruh kota Berastagi tertutup debu vulkanik.
Letusan gunung berapi itu menyebabkan satu orang meninggal dunia, Danu Pelawi (72), penduduk Desa Batu Karang, Kecamatan Payung. Korban meninggal dunia diduga mengalami sakit jantung, terkejut mendengar letusan itu hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.
Tak hanya itu, begitu letusan terjadi, warga panik langsung berusaha meninggalkan rumah. Menggunakan kendaraan yang ada, menuju arah lokasi yang aman di Kecamatan Kabanjahe maupun Kecamatan Berastagi. Kepanikan itu sempat menyebabkan terjadi kecelakaan di Kecamatan Simpang Empat. Sebuah motor tertabrak mobil. Dua korban berboncengan sepeda motor yang ditabrak tersebut langsung dilarikan ke rumah sakit.
Sedangkan warga yang masih bermukim di sekitar gunung, ketakutan. Sebagian warga yang tadinya meninggalkan pengungsian untuk pulang memberi makan ternak dan memanen ladang mereka, buru-buru segera berlari untuk balik ke pengungsian hingga melarikan diri ke daerah yang lebih aman.

Jambur pun mendadak disesaki anak anak, remaja, orang tua dan manula yang berbondong-bondong datang.  Tangisan dan jeritan pecah dari camp pengungsian di Desa Payung itu. Warga Desa Payung yang berdondong datang ke Desa Payung untuk mengungsi, membuat arus jalan padat seketika dari dan menuju Tiga Nderket. Untungnya, petugas berwenang dari Kecamatan Payung, jajaran TNI dan Polri serta relawan GBKP langsung mengumumkan kalau letusan yang baru saja terjadi hanya berbahaya pada radius 3 km.

Begitu juga penduduk di Kota Berastagi, memilih menutup usahanya, seperti terlihat di pusat pertokoan Jalan Veteran dan Pasar Buah.  Kota Wisata Berastagi berjarak sekitar 15 kilometer dari Gunung Sinabung. Kota ini terbilang cukup rawan dari abu vulkanik karena landscape kota tersebut berada di sekitar lembah di antara dataran tinggi di sekitar Gunung Sinabung.

Sementara itu, letusan Gunung Sinabung juga menyebabkan kebakaran hutan di lereng gunung tersebut. Ada dua titik lokasi kebakaran, dan asap kebakaran hutan itu masih terlihat, Selasa (17/9). Kawasan hutan yang terbakar itu berada di sisi Desa Simacem dan Desa Bekerah, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo, Sumatera Utara (Sumut). Asapnya bisa terlihat dari kawasan Kecamatan Simpang Empat.

“Ada dua titik kebakaran. Dari sini, tidak nampak api, hanya asap,” kata Wira P.L, salah seorang warga yang menyaksikan aktivitas gunung dari Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat.

Kebakaran hutan ini terjadi bersamaan dengan letusan yang terjadi sekitar pukul 12.00 WIB tadi. Sumber api kemungkinan berasal dari material lahar yang keluar dari kepundan.
“Laharnya tidak nampak dari sini, mungkin karena sedikit,” kata Wira.

Kepala Pos Pemantauan Gunung Sinabung, Armen Putra,  letusan kali ini juga tidak menyebabkan gempa yang kuat, namun tekanan asap dari kawah menjulang cukup tinggi. “Amplitudo tremornya paling sekitar 3-6 milimeter. Tekanan asapnya mencapai tiga km. Kandungan debu vulkaniknya pun tak terlalu banyak karena asapnya relatif berwarna putih,” ujarnya.

Kepala  Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi  Badan Geologi ( PVMBG) Hendrasto mengatakan, letusan diawali oleh gerakan gempa vulkanik yang sebenarnya lebih rendah dari sebelumnya. Tercatat, sepanjang Selasa ( 17/9) antara pukul  00.00 – 12.00 WIB, gempa vulkanik terjadi di bawah 10 kali, jauh dibawah yang berlangsung dua hari lalu yang tercatat lebih 10 kali.

“Letusan kembali terjadi adalah bagian dari sisa energi yang belum sepenuhnya keluar ketika Sinabung meletus di tahun 2010. Pelepasan energi itu bisa saja akan terjadi lagi, walaupun tidak dapat dipastikan kapan , baik dalam bentuk letusan maupun hembusan,” ujarnya.

Hingga kini, lanjutnya, pihaknya tetap menetapkan status siaga (level III) bagi Gunung Api Sinabung.  “Tidak ada perubahan status, kita masih siaga karena belum adanya kestabilan kegempaan dan tremor di Sinabung. Kita berharap ini dapat dipahami semua pihak,” dia menambahkan.

Pasca-letusan dan hembusan kemarin, beberapa jam kemudian aktivitas perekonomian, utamanya di kota Berastagi kembali normal. Masyarakat memilih melanjutkan aktivitasnya dengan menggunakan masker guna menjaga kesehatan mereka.

Ganggu Penerbangan
Letusan Gunung Sinabung yang mengeluarkan abu vulkanik, mengganggu akitivitas penerbangan di Bandara Internasional Kualanamu. Abu vulkanik dari letusan sinabung hanya mempengaruhi penerbangan pesawat yang terbangnya di bawah 10.000 ft.

“Pesawat kecil yang ketinggian terbangnya sekitar 10.000 kaki saja karena debunya yang terganggu. Kalau pesawat-pesawat besar belum begitu mempengaruhi,” kata Mega Sirait, Kepala Analisa data dan informasi BMKG Bandara Kualanamu International Airport, Selasa (17/9).

Dikatakan Mega, dari sejumlah penerbangan, hanya pesawat kecil, seperti Susi Air yang sempat di tunda, karena ketinggian terbangnya yang rendah. “Kemungkinan hanya Susi Air yang sempat di cancel karena terbangnya yang tidak terlalu tinggi,” sebut Mega.

Terpisah, Djamal Amri, Airport Duty Manager, mengatakan, sejumlah pesawat yang ingin landing take off di run way 23 sempat terganggu sejak pukul 10.00 hingga 12.00 WIB. “Tapi letusan pada pukul 14.00 WIB, sama sekali belum mengganggu aktivitas penerbangan.  Seluruh pesawat menggunakan runway 23 untuk landing maupun take off,” sebutnya.

Dikatakan Djamal, untuk mengantisipasi dampak debu vulkanik terhadap penerbangan di Kualanamu, pihaknya selalu menginformasikan perkembangan terkini kepada Air Laner yang ada di bandara lain setiap 30 menit sekali. Disebutkan Djamal, meski begitu, abu vulkanik dari letusan Gunung Sinabung belum terlalu banyak mempengaruhi aktivitas penerbangan di Bandara Kualanamu.

“Secara keseluruhan belum mempengaruhi penerbangan. Teknisi air laner juga bisa mengantisipasi asap kabut maupun asap debu. Kita terus berkoordinasi. Hingga kini semua pesawat masih bisa menggunakan run way 23 untuk take off maupun landing,” pungkas Djamal.

Dari Berastagi, aktivitas penumpang bus dari arah Kabanjahe, Berastagi, dan sebagainya dengan tujuan Medan jadi lebih tinggi. Hal ini disebabkan sebagian warga di sana memilih menumpang dulu di rumah sanak famili di Medan.

Seperti dituturkan pimpinan PT Sumatra Transport (Sutra) Toni, memang terjadi kenaikan penumpang sekitar 5 persen dari Kabanjahe. Sebaliknya terjadi penurunan penumpang dari Medan menuju ke Kabanjahe. Kondektur bus Sinabung Jaya, P. Silalahi, yang ditanyai Sumut Pos juga membenarkan penurunan aktivitas penumpang dari Medan ke Kabanjahe. “Tapi  dari sana (Kabanjahe) ke Medan terus naik,” ujarnya.

Pasca-letusan kedua kemarin, petugas kepolisian yang berada di posko bencana di simpang Desa Doulu juga sempat melarang kendaraan yang ingin memasuki wilayah Tanahkaro. Salah satu warga Medan bernama Salamuddin yang akan berangkat ke Sidikalang juga terkena imbas. ‘’Mobil kami dan mobil-mobil lain distop. Kami tak diizinkan melanjutkan perjalanan dengan alasan keselamatan. Hingga pukul 16.30 WIB belum diizinkan juga  melintas. Kami putuskan kembali ke Medan,’’ ujarnya.
Sementara itu, Menteri Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) Agung Laksono menyerahkan bantuan kepada pengungis letusan Gunung Sinabung di Posko Utama tanggap Darurat Bencana Sinabung di kantor DPRD Karo, Jalan Veteran, Kabanjahe, Kabupaten Karo, Selasa (17/9). Bantuan tersebut langsung diterima Wakil Gubernur Sumatera Utara (Wagubsu) Ir H Tengku Erry Nuradi, M.Si mewakili Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Sumut.
Bantuan yang diserahkan berupa 5000 paket lauk pauk, 250 tenda dan dana penanggulangan letusan Gunung Sinabung sebesar Rp 300 juta. Selanjutnya bantuan tersebut diserahkan Tengku Erry kepada Bupati Karo, Kena Ukut Karo Jambi. Dana tersebut nantinya akan dikelola Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karo untuk kepentingan para pengungsi yang terus bertambah ditenda penampungan.
Dalam kesempatan tersebut Menkokesra memberikan semangat kepada para pengungsi untuk tetap sabar dalam menghadapi bencana letusan Gunung Sinabung. Warga juga diimbau untuk mengutamakan keselamatan dibanding harta benda yang diringgalkan di rumah.”Utamakan keselamatan diatas segalanya. Warga saya himbau tetap siaga. Letusan susualan bisa saja terjadi lagi,” pesan Menkokesra.(mag-1/mag-9/rud/nng/smg)

sinabung meletus lagi Warga Panik Berlari,
sinabung meletus lagi Warga Panik Berlari,

MEDAN- Gunung Sinabung di Desa Kuta Gugung Kecamatan Naman Terann
Kabupaten Karo, kembali meletus (erupsi) sekitar pukul 12.03 WIB dan 16.19 WIB, Selasa (17/9). Letusan itu merupakan kali kedua setelah letusan pertama pada Minggu (15/9) sekitar pukul 03.00 WIB lalu.
Letusan ditandai dengan keluarnya lava pijar dari kawah gunung setinggi 2.451 mdpl itu. Material letusan tampak jelas dari Pos Pemantauan Gunung Sinabung yang berada sekitar lima kilometer dari kawah. Letusan yang keluar memuntahkan material berupa debu vulkanik setinggi 3 kilometer (km) hingga terlihat sampai kawasan Bandarbaru, Delisedang.
Selain itu, larva dan bola api juga ikut muncul.
Arah angin yang bertiup ke timur lantas dalam beberapa waktu membawa debu vulkanik ke sekitar Kecamatan Berastagi, Merdeka dan Simpang Empat. Sehingga, hampir seluruh kota Berastagi tertutup debu vulkanik.
Letusan gunung berapi itu menyebabkan satu orang meninggal dunia, Danu Pelawi (72), penduduk Desa Batu Karang, Kecamatan Payung. Korban meninggal dunia diduga mengalami sakit jantung, terkejut mendengar letusan itu hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.
Tak hanya itu, begitu letusan terjadi, warga panik langsung berusaha meninggalkan rumah. Menggunakan kendaraan yang ada, menuju arah lokasi yang aman di Kecamatan Kabanjahe maupun Kecamatan Berastagi. Kepanikan itu sempat menyebabkan terjadi kecelakaan di Kecamatan Simpang Empat. Sebuah motor tertabrak mobil. Dua korban berboncengan sepeda motor yang ditabrak tersebut langsung dilarikan ke rumah sakit.
Sedangkan warga yang masih bermukim di sekitar gunung, ketakutan. Sebagian warga yang tadinya meninggalkan pengungsian untuk pulang memberi makan ternak dan memanen ladang mereka, buru-buru segera berlari untuk balik ke pengungsian hingga melarikan diri ke daerah yang lebih aman.

Jambur pun mendadak disesaki anak anak, remaja, orang tua dan manula yang berbondong-bondong datang.  Tangisan dan jeritan pecah dari camp pengungsian di Desa Payung itu. Warga Desa Payung yang berdondong datang ke Desa Payung untuk mengungsi, membuat arus jalan padat seketika dari dan menuju Tiga Nderket. Untungnya, petugas berwenang dari Kecamatan Payung, jajaran TNI dan Polri serta relawan GBKP langsung mengumumkan kalau letusan yang baru saja terjadi hanya berbahaya pada radius 3 km.

Begitu juga penduduk di Kota Berastagi, memilih menutup usahanya, seperti terlihat di pusat pertokoan Jalan Veteran dan Pasar Buah.  Kota Wisata Berastagi berjarak sekitar 15 kilometer dari Gunung Sinabung. Kota ini terbilang cukup rawan dari abu vulkanik karena landscape kota tersebut berada di sekitar lembah di antara dataran tinggi di sekitar Gunung Sinabung.

Sementara itu, letusan Gunung Sinabung juga menyebabkan kebakaran hutan di lereng gunung tersebut. Ada dua titik lokasi kebakaran, dan asap kebakaran hutan itu masih terlihat, Selasa (17/9). Kawasan hutan yang terbakar itu berada di sisi Desa Simacem dan Desa Bekerah, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo, Sumatera Utara (Sumut). Asapnya bisa terlihat dari kawasan Kecamatan Simpang Empat.

“Ada dua titik kebakaran. Dari sini, tidak nampak api, hanya asap,” kata Wira P.L, salah seorang warga yang menyaksikan aktivitas gunung dari Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat.

Kebakaran hutan ini terjadi bersamaan dengan letusan yang terjadi sekitar pukul 12.00 WIB tadi. Sumber api kemungkinan berasal dari material lahar yang keluar dari kepundan.
“Laharnya tidak nampak dari sini, mungkin karena sedikit,” kata Wira.

Kepala Pos Pemantauan Gunung Sinabung, Armen Putra,  letusan kali ini juga tidak menyebabkan gempa yang kuat, namun tekanan asap dari kawah menjulang cukup tinggi. “Amplitudo tremornya paling sekitar 3-6 milimeter. Tekanan asapnya mencapai tiga km. Kandungan debu vulkaniknya pun tak terlalu banyak karena asapnya relatif berwarna putih,” ujarnya.

Kepala  Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi  Badan Geologi ( PVMBG) Hendrasto mengatakan, letusan diawali oleh gerakan gempa vulkanik yang sebenarnya lebih rendah dari sebelumnya. Tercatat, sepanjang Selasa ( 17/9) antara pukul  00.00 – 12.00 WIB, gempa vulkanik terjadi di bawah 10 kali, jauh dibawah yang berlangsung dua hari lalu yang tercatat lebih 10 kali.

“Letusan kembali terjadi adalah bagian dari sisa energi yang belum sepenuhnya keluar ketika Sinabung meletus di tahun 2010. Pelepasan energi itu bisa saja akan terjadi lagi, walaupun tidak dapat dipastikan kapan , baik dalam bentuk letusan maupun hembusan,” ujarnya.

Hingga kini, lanjutnya, pihaknya tetap menetapkan status siaga (level III) bagi Gunung Api Sinabung.  “Tidak ada perubahan status, kita masih siaga karena belum adanya kestabilan kegempaan dan tremor di Sinabung. Kita berharap ini dapat dipahami semua pihak,” dia menambahkan.

Pasca-letusan dan hembusan kemarin, beberapa jam kemudian aktivitas perekonomian, utamanya di kota Berastagi kembali normal. Masyarakat memilih melanjutkan aktivitasnya dengan menggunakan masker guna menjaga kesehatan mereka.

Ganggu Penerbangan
Letusan Gunung Sinabung yang mengeluarkan abu vulkanik, mengganggu akitivitas penerbangan di Bandara Internasional Kualanamu. Abu vulkanik dari letusan sinabung hanya mempengaruhi penerbangan pesawat yang terbangnya di bawah 10.000 ft.

“Pesawat kecil yang ketinggian terbangnya sekitar 10.000 kaki saja karena debunya yang terganggu. Kalau pesawat-pesawat besar belum begitu mempengaruhi,” kata Mega Sirait, Kepala Analisa data dan informasi BMKG Bandara Kualanamu International Airport, Selasa (17/9).

Dikatakan Mega, dari sejumlah penerbangan, hanya pesawat kecil, seperti Susi Air yang sempat di tunda, karena ketinggian terbangnya yang rendah. “Kemungkinan hanya Susi Air yang sempat di cancel karena terbangnya yang tidak terlalu tinggi,” sebut Mega.

Terpisah, Djamal Amri, Airport Duty Manager, mengatakan, sejumlah pesawat yang ingin landing take off di run way 23 sempat terganggu sejak pukul 10.00 hingga 12.00 WIB. “Tapi letusan pada pukul 14.00 WIB, sama sekali belum mengganggu aktivitas penerbangan.  Seluruh pesawat menggunakan runway 23 untuk landing maupun take off,” sebutnya.

Dikatakan Djamal, untuk mengantisipasi dampak debu vulkanik terhadap penerbangan di Kualanamu, pihaknya selalu menginformasikan perkembangan terkini kepada Air Laner yang ada di bandara lain setiap 30 menit sekali. Disebutkan Djamal, meski begitu, abu vulkanik dari letusan Gunung Sinabung belum terlalu banyak mempengaruhi aktivitas penerbangan di Bandara Kualanamu.

“Secara keseluruhan belum mempengaruhi penerbangan. Teknisi air laner juga bisa mengantisipasi asap kabut maupun asap debu. Kita terus berkoordinasi. Hingga kini semua pesawat masih bisa menggunakan run way 23 untuk take off maupun landing,” pungkas Djamal.

Dari Berastagi, aktivitas penumpang bus dari arah Kabanjahe, Berastagi, dan sebagainya dengan tujuan Medan jadi lebih tinggi. Hal ini disebabkan sebagian warga di sana memilih menumpang dulu di rumah sanak famili di Medan.

Seperti dituturkan pimpinan PT Sumatra Transport (Sutra) Toni, memang terjadi kenaikan penumpang sekitar 5 persen dari Kabanjahe. Sebaliknya terjadi penurunan penumpang dari Medan menuju ke Kabanjahe. Kondektur bus Sinabung Jaya, P. Silalahi, yang ditanyai Sumut Pos juga membenarkan penurunan aktivitas penumpang dari Medan ke Kabanjahe. “Tapi  dari sana (Kabanjahe) ke Medan terus naik,” ujarnya.

Pasca-letusan kedua kemarin, petugas kepolisian yang berada di posko bencana di simpang Desa Doulu juga sempat melarang kendaraan yang ingin memasuki wilayah Tanahkaro. Salah satu warga Medan bernama Salamuddin yang akan berangkat ke Sidikalang juga terkena imbas. ‘’Mobil kami dan mobil-mobil lain distop. Kami tak diizinkan melanjutkan perjalanan dengan alasan keselamatan. Hingga pukul 16.30 WIB belum diizinkan juga  melintas. Kami putuskan kembali ke Medan,’’ ujarnya.
Sementara itu, Menteri Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) Agung Laksono menyerahkan bantuan kepada pengungis letusan Gunung Sinabung di Posko Utama tanggap Darurat Bencana Sinabung di kantor DPRD Karo, Jalan Veteran, Kabanjahe, Kabupaten Karo, Selasa (17/9). Bantuan tersebut langsung diterima Wakil Gubernur Sumatera Utara (Wagubsu) Ir H Tengku Erry Nuradi, M.Si mewakili Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Sumut.
Bantuan yang diserahkan berupa 5000 paket lauk pauk, 250 tenda dan dana penanggulangan letusan Gunung Sinabung sebesar Rp 300 juta. Selanjutnya bantuan tersebut diserahkan Tengku Erry kepada Bupati Karo, Kena Ukut Karo Jambi. Dana tersebut nantinya akan dikelola Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karo untuk kepentingan para pengungsi yang terus bertambah ditenda penampungan.
Dalam kesempatan tersebut Menkokesra memberikan semangat kepada para pengungsi untuk tetap sabar dalam menghadapi bencana letusan Gunung Sinabung. Warga juga diimbau untuk mengutamakan keselamatan dibanding harta benda yang diringgalkan di rumah.”Utamakan keselamatan diatas segalanya. Warga saya himbau tetap siaga. Letusan susualan bisa saja terjadi lagi,” pesan Menkokesra.(mag-1/mag-9/rud/nng/smg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/