MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) mendukung dan mengapresiasi upaya penyelamatan situs bersejarah Benteng Tanduk Benoa, yang akan dilakukan oleh Majelis Raja-Raja, Datuk-Datuk dan Masyarakat Adat Sumatera Utara (Sumut).
Rencana penyelematan situs bersejarah tersebut disampaikan oleh Wan Chaidir Barus selaku Ketua Majelis Raja-Raja, Datuk-Datuk dan Masyarakat Adat Sumut.
Wan Chaidir serta rombongan diterima oleh Sekretaris Daerah Provinsi Sumut (Sekdaprovsu) Dr Ir Hj R Sabrina MSi di ruang kerjanya lantai 9 Kantor Gubernur Sumut, Jalan Pangeran Diponegoro Medan, Jumat (18/1).
“Kami selaku Pemprovsu tentunya sangat mendukung upaya ini, situs sejarah merupakan akar budaya yang harus kita lestarikan,” ujar Sabrina.
Sabrina pun menceritakan, bahwa Pemprovsu juga baru-baru ini telah melakukan penyelamatan situs bersejarah Benteng Putri Hijau dan pemugaran makam Pahlawan Nasional Tengku Amir Hamzah. Untuk mengawali upaya ini, Sabrina menyarankan agar memperhatikan status lahan dan keberadaan orang-orang yang menduduki lahan.
“Selain itu, upayakan pula untuk mencari tahu hal-hal apa lagi yang terkait dengan benteng tersebut. Seperti disebutkan Bapak Wan bahwa di sekitar tembok terdapat tumbuhan herbal. Nah, itu juga perlu diteliti, bawa pakar tanaman ke sana,” saran Sabrina.
Sabrina pun menyampaikan, bahwa Pemprovsu senantiasa bersedia memberikan bantuan dan dukungan yang dibutuhkan Majelis Raja-Raja, Datuk-Datuk dan Masyarakat Adat Sumut untuk melakukan upaya penyelamatan situs ini. “Penyelamatan situs bersejarah adalah bukti kecintaan kita pada sejarah dan budaya yang kita miliki,” ucapnya.
Ketua Majelis Raja-Raja Datuk-Datuk dan Masyarakat Adat Sumut, Wan Chaidir Barus menjelaskan, bahwa rencana awal upaya penyelamatan situs bersejarah Benteng Tanduk Benoa akan dilakukan dalam bentuk seminar terlebih dahulu pada Februari 2019.
Seminar, kata Wan, akan mensosialisikan dan mengakrabkan masyarakat dengan sejarah Benteng Tanduk Benoa yang berkaitan dengan Perang Sunggal.
“Kampung Tanduk Benoa adalah sebuah dusun kecil yang masuk ke dalam struktur pemerintahan desa Suka Makmur, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deliserdang. Jadi, Tanduk Benoa ini, dulunya adalah markas dan benteng perjuangan rakyat Karo melawan Belanda pada perang sunggal,” jelas Wan.
Wan berharap upaya penyelamatan situs bersejarah melalui seminar yang bekerja sama dengan LIPI dan Magister Sejarah USU ini akan berlanjut pada upaya-upaya lanjutan.
Turut hadir dalam pertemuan tersebut, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Hidayati, Kepala Biro Pemerintahan Setdaprovsu Afifi Lubis, mewakili Bappeda, dan mewakili Dinas Pendidikan. (prn/han)