LABURA, SUMUTPOS.CO – Tujuh siswa SD Swasta KITA 049 Tahuan Ganda Yayasan Abdi Karya, Desa Aek Korsik, Kec. Aek Kuo, Labura yang tewas, karena tak bisa bernafas, setelah truk terbenam air parit galian di perkebunan sawit milik PT Torganda.
Menurut keterangan, setelah truk terjun ke parit dengan posisi kepala truk masuk ke parit dan sebagian badan truk tenggelam. Akibatnya 35 siswa murid berhimpitan dan saling menimpa. “Siswa yang tewas berhimpitan tak bisa bernafas di dalam air bercampur lumpur,” ungkap seorang warga yang menyaksikan kejadian itu.
Menurutnya, parit itu dipenuhi air lumpur dengan kedalaman 4 meter dan lebar 4 meter.
Kepala Unit Pendidikan Tehnis (KUPT) Kec. Aek Kuo, Betar Tanjung Spd mengungkapkan, ketujuh murid sekolah dasar yang tewas itu adalah murid SD Swasta KITA 049 Tahuan Ganda Yayasan Abdi Karya Desa Aek Korsik, Kec. Aek Kuo.
“Ketujuhnya murid kami. Kami dari jajaran dinas pendidikan merasa kehilangan anak bangsa dan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya semoga keluarga yang ditinggalkan tabah dan sabar menghadapi musibah ini,” ucap Betar.
Betar mengaku, sudah mengimbau kepada PT Torganda untuk mengutamakan kelayakan transportasi pengangkut anak sekolah. Betar juga terus memberikan semangat kepada muridnya untuk tetap sekolah.
Sementara itu, sejumlah orangtua yang anaknya yang selamat mengaku, kemarin anaknya tidak masuk sekolah karena buku dan tas sekolah basah akibat terendam air di parit saat kejadian.
Robert Aritonang (48), orangtua Artsul Sotardodo Aritonang (8), pelajar kelas II SD yang selamat mengatakan, belum tahu kapan anaknya masuk.
“Gimana anak saya masu sekolah, tas berisi buku pelajaran basah. Bagaimana mau belajar kalau tidak ada bukunya,” kata Robert. Menurutnya, saat ini dia focus memulihkan anaknya dari trauma.
Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Labura, Drs Dwi Prantara mengatakan, akan berkoordinasi dengan Kabid Dikdas.
Sedangkan Manejer PT Torganda, Untung Napitupulu mengatakan, perusahaan akan menanggung segala pembiayaan pemakaman korban dan memberikan santunan sesuai dengan aturan perusahaan. Menurutnya, truk antar jemput itu sudah puluhan tahun dan tidak pernah terjadi apa-apa. “Kecelakaan ini merupakan kelalaian sopir, dan sudah sering diperingati untuk mengutamakan keselamatan dan memperhatikan transportasi agar tetap baik,” kata Untung.
Sekadar mengingatkan, truk tanpa plat milik PT Torganda membawa
membawa 35 murid SD masuk ke parit sedalam 4 meter di perkebunan milik PT Torganda di Afdeling II, Desa Aek Korsik, Kec. Aek Kuo, Kab. Labura, Senin (17/3) sekitar pukul, 11.30 Wib. Akibatnya, tujuh anak karyawan PT Torganda tewas.
Ketujuh korban masing-masing Angga Kurniawan (8), Yusuf Setiawan Gulo (8), Tertin Telaumbanua (7), Muhammad Ikbal (8), Haikal Manurung (7), Riska Manurung (8), Julianto Laoly (7).
Keterangan yang dihimpun METRO ASAHAN (Grup JPNN) menyebutkan, seperti biasa setiap pulang sekolah murid-murid SD itu menumpang truk itu menuju rumahnya masing-masing. Naas, kemarin saat melintas di lokasi kejadian, tepatnya sekitar 1,5 km dari sekolah mereka, truk yang dikemudikan oleh Victor Sitorus (35) itu tiba-tiba remnya blong dan terot sebelah kanan lepas. Akibatnya, sopir hilang kendali dan membanting setir ke kanan. Brak! Mobil masuk ke dalam parit berisi air.
Murid yang berada di dalam bak truk terpental dan masuk ke dalam parit sedalam 4 meter. Sebagian lagi ada yang berada di dalam truk. Ketujuh korban umumnya yang tercebut dalam parit. Karena tak bisa berenang, ketujuhnya tenggelam dan tewas.
Sedangkan sopir truk bernama Viktor Sitorus (35), warga Afdeling II PT Torganda, Desa Aek Korsik, Kecamatan Aek Kuo, Labura, hingga kini masih dalam pencarian polisi karena usai kejadian sopir melarikan diri. (st/smg)