26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Pengakuan Penderita HIV/AIDS, Penularan HIV karena Minim Informasi

HIV AIDS-Ilustrasi

DELISERDANG, SUMUTPOS.CO – Minimnya informasi untuk memutus mata rantai penularan virus HIV/AIDS, menjadi sebuah penyesalan besar yang dihadapi seorang penderita HIB berinisial A. Akibatnya, pria berusia 40 tahun ini menularkan kepada istri dan anaknya. Hal itu diungkapkan A dalam acara pelatihan media dengan CSO yang digelar Indonesia AIDS Coalition di Hotel Horison, Kualanamu, Deliserdang, Selasa (18/6).

Menurut A yang saat ini tergabung Komunitas Dukungan Sebaya (KDS) Deliserdang Plus, LSM yang konsen dalam memberikan informasi tentang virus HIV/AIDS yang bertujuan memutus mata rantai penyebaran ini menyebutkan, bila dirinya sudah tahu lebih dulu mengenai informasi soal penyebaran virus tersebut, pastinya ia akan melakukan upaya-upaya agar tidak menularkan virus mematikan itu kepada istrinya.

“Saya punya tiga orang anak dan seorang istri. Istri saya positif HIV sementara anak kedua saya yang positif, tapi anak pertama dan yang paling kecil negatif,” ungkapnya. Dia mengkisahkan, tertular HIV/AIDS dari berbagi penggunaan jarum suntik dengan banyak orang saat menggunakan narkoba jenis putaw dimasa muda.

“Saya dulunya pengguna putaw yang gonta ganti jarum suntik antara tahun 2000 sampai 2004. Pada tahun 2007 menikah dan saat ini punya anak tiga. Namun saat 2015, saya heran kenapa istri saya sering sakit sakitan dan sulit sembuh. Setelah saya mendapat informasi soal penyebaran virus HIV/AIDS bisa dari jarum suntik yang dipakai bergantian, di situlah taunya saya dan istri juga seorang anak saya terinfeksi HIV/AIDS,” ungkapnya.

“Di situ lah kekesalan saya, minim informasi soal HIV/AIDS. Seandainya saya tahu lebih dulu, kalau perilaku menggunakan jarum suntik bergantian berpotensi menyebarkan virus HIV, pastinya istri saya dan anak saya tidak akan tertular dengan upaya-upaya intervensi seperti menggunakan kondom,” paparnya.

Sebagai manusia yang menyandanya status Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), A tak lantas patah semangat. Berangkat dari masih kuatnya stigma terhadap ODHA, dirinya pun bertekat untuk menekan mata rantai penyebaran virus mematikan tersebut.

Menjadi konselor, memberikan edukasi kepada ODHA lainnya, setidaknya upaya yang kini dilakoninya. “Jadi setelah saya tahu terinfeksi, saya temui teman-teman saya yang dulu bersama-sama saya ikut menggunakan jarum suntik bergantian. Saya bilang kalau saya terinfeksi, saya suruh mereka cek. Ternyata benar, ada yang positif HIV/AIDS. Di situ saya kasih teman saya itu pemahaman agar tidak lagi menularkan virus tersebut,” terangnya.

Dalam menghadapi kasus ODHA, Ia berharap ke masyarakat tidak bereaksi terlalu berlebihan, menolak dan mengucilkan.

Ia berharap masalah penyebaran virus HIV/AIDS ini tidak dipandang sebelah mata, tabu untuk dibahas di masyarakat. Karena dengan memberikan informasi yang massif oleh pemerintah akan lebih mudah untuk menekan mata rantai penyebarannya. “Ya harapan kita pemerintah harus terus gencar menyebarkan informasi terkait HIV/AIDS, bagaimana proses penularannya, bagaimana penanggulangannya dan bagaimana mencegah mata rantai penularannya,”pungkasnya.

Untuk diketahui, informasi teranyar di Kabupaten Deliserdang setidaknya sudah diketahui ada 190 pengidap HIV/AIDS dengan 65 pengidap sudah meninggal dunia. (dvs)

HIV AIDS-Ilustrasi

DELISERDANG, SUMUTPOS.CO – Minimnya informasi untuk memutus mata rantai penularan virus HIV/AIDS, menjadi sebuah penyesalan besar yang dihadapi seorang penderita HIB berinisial A. Akibatnya, pria berusia 40 tahun ini menularkan kepada istri dan anaknya. Hal itu diungkapkan A dalam acara pelatihan media dengan CSO yang digelar Indonesia AIDS Coalition di Hotel Horison, Kualanamu, Deliserdang, Selasa (18/6).

Menurut A yang saat ini tergabung Komunitas Dukungan Sebaya (KDS) Deliserdang Plus, LSM yang konsen dalam memberikan informasi tentang virus HIV/AIDS yang bertujuan memutus mata rantai penyebaran ini menyebutkan, bila dirinya sudah tahu lebih dulu mengenai informasi soal penyebaran virus tersebut, pastinya ia akan melakukan upaya-upaya agar tidak menularkan virus mematikan itu kepada istrinya.

“Saya punya tiga orang anak dan seorang istri. Istri saya positif HIV sementara anak kedua saya yang positif, tapi anak pertama dan yang paling kecil negatif,” ungkapnya. Dia mengkisahkan, tertular HIV/AIDS dari berbagi penggunaan jarum suntik dengan banyak orang saat menggunakan narkoba jenis putaw dimasa muda.

“Saya dulunya pengguna putaw yang gonta ganti jarum suntik antara tahun 2000 sampai 2004. Pada tahun 2007 menikah dan saat ini punya anak tiga. Namun saat 2015, saya heran kenapa istri saya sering sakit sakitan dan sulit sembuh. Setelah saya mendapat informasi soal penyebaran virus HIV/AIDS bisa dari jarum suntik yang dipakai bergantian, di situlah taunya saya dan istri juga seorang anak saya terinfeksi HIV/AIDS,” ungkapnya.

“Di situ lah kekesalan saya, minim informasi soal HIV/AIDS. Seandainya saya tahu lebih dulu, kalau perilaku menggunakan jarum suntik bergantian berpotensi menyebarkan virus HIV, pastinya istri saya dan anak saya tidak akan tertular dengan upaya-upaya intervensi seperti menggunakan kondom,” paparnya.

Sebagai manusia yang menyandanya status Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), A tak lantas patah semangat. Berangkat dari masih kuatnya stigma terhadap ODHA, dirinya pun bertekat untuk menekan mata rantai penyebaran virus mematikan tersebut.

Menjadi konselor, memberikan edukasi kepada ODHA lainnya, setidaknya upaya yang kini dilakoninya. “Jadi setelah saya tahu terinfeksi, saya temui teman-teman saya yang dulu bersama-sama saya ikut menggunakan jarum suntik bergantian. Saya bilang kalau saya terinfeksi, saya suruh mereka cek. Ternyata benar, ada yang positif HIV/AIDS. Di situ saya kasih teman saya itu pemahaman agar tidak lagi menularkan virus tersebut,” terangnya.

Dalam menghadapi kasus ODHA, Ia berharap ke masyarakat tidak bereaksi terlalu berlebihan, menolak dan mengucilkan.

Ia berharap masalah penyebaran virus HIV/AIDS ini tidak dipandang sebelah mata, tabu untuk dibahas di masyarakat. Karena dengan memberikan informasi yang massif oleh pemerintah akan lebih mudah untuk menekan mata rantai penyebarannya. “Ya harapan kita pemerintah harus terus gencar menyebarkan informasi terkait HIV/AIDS, bagaimana proses penularannya, bagaimana penanggulangannya dan bagaimana mencegah mata rantai penularannya,”pungkasnya.

Untuk diketahui, informasi teranyar di Kabupaten Deliserdang setidaknya sudah diketahui ada 190 pengidap HIV/AIDS dengan 65 pengidap sudah meninggal dunia. (dvs)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/