26.7 C
Medan
Sunday, May 26, 2024

Per Minggu, Raup Rp2 Jutaan dari Tilapia Asin

SAMOSIR, SUMUTPOS.CO – Hamparan ikan tilapia setengah kering tampak berjejer rapi di atas jaring jemuran, di belakang rumah Ma Prandika Gultom , pertengahan pekan lalu. Ikan mentah diperoleh wanita berusia 57 tahun itu dari karyawan Regal Spring Indonesia, yang salahsatu jaringan kerambanya berada di perairan Desa Sitio-tio. Ia hanya membayar jasa angkut saja.

IKAN: Sejumlah ibu-ibu mendapat hatah ikan-ikan mentah OSH dari KJA Regal Spring, di Desa Sitiotio, Kecamatan Simanindo, Samosir.
IKAN: Sejumlah ibu-ibu mendapat hatah ikan-ikan mentah OSH dari KJA Regal Spring, di Desa Sitiotio, Kecamatan Simanindo, Samosir.

“Uang jasanya tak tentu. Satu ember ikan kadang hanya Rp50 ribu saja,” kata warga Desa Sitiotio, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara ini, kepada Sumut Pos, pekan lalu.

Ia adalah salahsatu dari puluhan warga Desa Sitiotio yang setiap hari kebagian jatah ikan OSF (out of specification) dari keramba jaring apung RSI.

Jumlah perolehan ikan harian tidak sama. Kadang banyak, kadang sedikit. “Tergantung kondisi lapangan,” cetus istri mantan kepala security RSI ini ramah.

Begitu turun dari kapal, ikan-ikan itu biasanya langsung disortir. Ikan yang kondisinya dinilai tidak layak, direbus untuk pakan ternak. Sedangkan ikan yang kondisinya masih bagus, langsung dibersihkan. Sisik dibuang, kepala dan perut dipisahkan untuk pakan ternak. Daging ikan kemudian dibelah dua dan disikat untuk membuang sisa darah. “Daging ikan harus dicuci bersih dari darah, agar warnanya tidak belang,” jelasnya.

Selanjutnya daging ikan direndam dengan air garam di dalam drum selama beberapa hari. Setelah penggaraman selesai, ikan dicuci lagi untuk membuang buih dan lendir-lendirnya. Baru dijemur.

“Penjemuran 2-3 hari, tergantung cuaca. Dari 10 kg ikan tilapia basah, bisa diperoleh sekitar 3 kg tilapia asin,” katanya.

Untuk pengerjaan seluruh proses pengolahan, ia dibantu sejumlah tetangga.

Dalam seminggu, dirinya bisa memproduksi sekitar 80 kg ikan asin. Ikan-ikan itu biasanya sudah ditunggu agen, untuk dipasarkan ke Pulau Jawa. “Saat ini, per kg dihargai Rp27 ribu,” katanya seraya tersenyum lebar. Artinya, ia bisa memperoleh omzet rata-rata Rp2.160.000 per minggu. Sebulan sekitar Rp8.640.000. Sangat memadai.

Sejak kapan memproduksi ikan asin?

“Sejak Aquafarm bikin keramba di dekat desa kami. Sekitar tahun 2006 lalu. Awalnya, seluruh ikan mati dikuburkan perusahaan di sebuah lahan dekat sini. Ternyata tanahnya malah menjadi subur. Lama-kelamaan, masyarakat berinisiatif belajar otodidak membuat ikan asin. Ternyata sukses. Jadilah sumber penghasilan hingga sekarang,” jelasnya.

Desa Sitiotio, Silimalombu, Lontung, sudah 13 tahun terakhir menjadi sentra ikan tilapia asin di Samosir. Sekitar 50 KK warga di sana memproduksi ikan tilapia asin yang disalurkan RSI.

Ma Prandika mengaku senang mendapat penyaluran ikan dari RSI. “Kalau bisa, pemberian ikan-ikan ini jangan dihentikan. Sangat membantu penghasilan warga,” cetusnya.

Seorang ibu lainnya, Mak Dea Sihombing (55), ikut memproduksi ikan tilapia asin sejak tahun 2007. Namun berbeda dengan Ma Prandika, dirinya hanya mampu memproduksi rata-rata 30 kg ikan asin per bulan. Kalau lagi rezeki, bisa dapat 50 kg per bulan.

“Iya, warga yang meminta jatah ikan mati ‘kan banyak. Jadi digilir. Hari ini misalnya di desa kami, besok ke desa lain. Besoknya lagi ke desa lain. Sistem pembagian ikan ke masyarakat diatur oleh kepala security RSI. Warga pun sudah sepakat dengan cara itu,” katanya.

Mak Dea sendiri hanya mendapat bagian dari seorang pekerja. Meski jatahnya relatif kecil, ia tetap senang. “Sebulan dapat sekitar Rp900 ribu. Lumayanlah,” katanya ringan.

Untuk penghasilan sampingan, ia membantu Ma Prandita membersihkan ikan. Jika pekerjaan tidak banyak, ia ke ladang bertani kopi.

Selain Mak Prandita dan Mak Desa, sejumlah ibu-ibu lainnya juga ikut memproduksi ikan asin. Saat kapal penampung ikan mati dari KJA RSI tiba di Dermaga Sitiotio, sekitar 10 ibu-ibu sudah duduk antri menunggu jatah. Tanpa berebutan, mereka menerima jatah masing-masing dari para pekerja. (mea)

SAMOSIR, SUMUTPOS.CO – Hamparan ikan tilapia setengah kering tampak berjejer rapi di atas jaring jemuran, di belakang rumah Ma Prandika Gultom , pertengahan pekan lalu. Ikan mentah diperoleh wanita berusia 57 tahun itu dari karyawan Regal Spring Indonesia, yang salahsatu jaringan kerambanya berada di perairan Desa Sitio-tio. Ia hanya membayar jasa angkut saja.

IKAN: Sejumlah ibu-ibu mendapat hatah ikan-ikan mentah OSH dari KJA Regal Spring, di Desa Sitiotio, Kecamatan Simanindo, Samosir.
IKAN: Sejumlah ibu-ibu mendapat hatah ikan-ikan mentah OSH dari KJA Regal Spring, di Desa Sitiotio, Kecamatan Simanindo, Samosir.

“Uang jasanya tak tentu. Satu ember ikan kadang hanya Rp50 ribu saja,” kata warga Desa Sitiotio, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara ini, kepada Sumut Pos, pekan lalu.

Ia adalah salahsatu dari puluhan warga Desa Sitiotio yang setiap hari kebagian jatah ikan OSF (out of specification) dari keramba jaring apung RSI.

Jumlah perolehan ikan harian tidak sama. Kadang banyak, kadang sedikit. “Tergantung kondisi lapangan,” cetus istri mantan kepala security RSI ini ramah.

Begitu turun dari kapal, ikan-ikan itu biasanya langsung disortir. Ikan yang kondisinya dinilai tidak layak, direbus untuk pakan ternak. Sedangkan ikan yang kondisinya masih bagus, langsung dibersihkan. Sisik dibuang, kepala dan perut dipisahkan untuk pakan ternak. Daging ikan kemudian dibelah dua dan disikat untuk membuang sisa darah. “Daging ikan harus dicuci bersih dari darah, agar warnanya tidak belang,” jelasnya.

Selanjutnya daging ikan direndam dengan air garam di dalam drum selama beberapa hari. Setelah penggaraman selesai, ikan dicuci lagi untuk membuang buih dan lendir-lendirnya. Baru dijemur.

“Penjemuran 2-3 hari, tergantung cuaca. Dari 10 kg ikan tilapia basah, bisa diperoleh sekitar 3 kg tilapia asin,” katanya.

Untuk pengerjaan seluruh proses pengolahan, ia dibantu sejumlah tetangga.

Dalam seminggu, dirinya bisa memproduksi sekitar 80 kg ikan asin. Ikan-ikan itu biasanya sudah ditunggu agen, untuk dipasarkan ke Pulau Jawa. “Saat ini, per kg dihargai Rp27 ribu,” katanya seraya tersenyum lebar. Artinya, ia bisa memperoleh omzet rata-rata Rp2.160.000 per minggu. Sebulan sekitar Rp8.640.000. Sangat memadai.

Sejak kapan memproduksi ikan asin?

“Sejak Aquafarm bikin keramba di dekat desa kami. Sekitar tahun 2006 lalu. Awalnya, seluruh ikan mati dikuburkan perusahaan di sebuah lahan dekat sini. Ternyata tanahnya malah menjadi subur. Lama-kelamaan, masyarakat berinisiatif belajar otodidak membuat ikan asin. Ternyata sukses. Jadilah sumber penghasilan hingga sekarang,” jelasnya.

Desa Sitiotio, Silimalombu, Lontung, sudah 13 tahun terakhir menjadi sentra ikan tilapia asin di Samosir. Sekitar 50 KK warga di sana memproduksi ikan tilapia asin yang disalurkan RSI.

Ma Prandika mengaku senang mendapat penyaluran ikan dari RSI. “Kalau bisa, pemberian ikan-ikan ini jangan dihentikan. Sangat membantu penghasilan warga,” cetusnya.

Seorang ibu lainnya, Mak Dea Sihombing (55), ikut memproduksi ikan tilapia asin sejak tahun 2007. Namun berbeda dengan Ma Prandika, dirinya hanya mampu memproduksi rata-rata 30 kg ikan asin per bulan. Kalau lagi rezeki, bisa dapat 50 kg per bulan.

“Iya, warga yang meminta jatah ikan mati ‘kan banyak. Jadi digilir. Hari ini misalnya di desa kami, besok ke desa lain. Besoknya lagi ke desa lain. Sistem pembagian ikan ke masyarakat diatur oleh kepala security RSI. Warga pun sudah sepakat dengan cara itu,” katanya.

Mak Dea sendiri hanya mendapat bagian dari seorang pekerja. Meski jatahnya relatif kecil, ia tetap senang. “Sebulan dapat sekitar Rp900 ribu. Lumayanlah,” katanya ringan.

Untuk penghasilan sampingan, ia membantu Ma Prandita membersihkan ikan. Jika pekerjaan tidak banyak, ia ke ladang bertani kopi.

Selain Mak Prandita dan Mak Desa, sejumlah ibu-ibu lainnya juga ikut memproduksi ikan asin. Saat kapal penampung ikan mati dari KJA RSI tiba di Dermaga Sitiotio, sekitar 10 ibu-ibu sudah duduk antri menunggu jatah. Tanpa berebutan, mereka menerima jatah masing-masing dari para pekerja. (mea)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/