MEDAN, SUMUTPOS.CO – Gubsu Edy Rahmayadi menuding banyak masyarakat miskin di Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), terjadi karena bupatinya tidak sayang terhadap rakyatnya. Pernyataan tersebut langsung mendapat reaksi dari masyarakat, dan meminta gubernur menarik ucapannya.
Staf Pengajar Ilmu Komunikasi Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU), DR H Hasrat Effendi Samosir MA, menyayangkan terjadinya kembali pernyataan Gubsu yang cenderung memantik persoalan di masyarakat. “Tidak selayaknya Pak Edy sebagai selaku pemimpin daerah di provinsi ini asal bunyi atau ngomong. Seharusnya, dia sebagai pemimpin mengayomi, bukan malah memantik persoalan baru yang bisa memancing emosi hingga membuat gaduh, dalam menyikapi dan menyampaikan suatu pesan ke publik,” kata Hasrat Samosir kepada wartawan di Medan, Rabu (18/12).
Hasrat Samosir juga putera daerah Barus, Kabupaten Tapteng ini, mengaku bahwa pernyataan Gubsu mengkritisi soal Tapteng nyata-nyata menyinggung perasaan masyarakat Tapteng. “Sebagai akademisi dan putera daerah Tapteng, saya sarankan Gubsu agar menarik ulang pernyataanya tersebut. Sebab, pernyataannya tersebut sangat menyayat hati warga Tapteng sehingga dikhawatirkan memantik kemarahan masyarakat.Ini bukan soal menyangkut pribadi bupati tapi sudah menyinggung harkat dan maratabat masyarakat,” tegas Hasrat yang juga penceramah kondang di Sumut ini.
Dia mempertanyakan apa dasar dan data Gubsu menuding Tapteng sebagai daerah miskin disebabkan kepala daerahnya yang tidak menyayangi rakyatnya. “Tidaklah bijak seorang pemimpin menyampaikan suatu pesan tanpa data yang akurat. Jangan jadikan ‘ketidaksukaan’ simpati gubsu dengan bupati, m”katanya.
Hasrat menjelaskan, Kabupaten Tapteng beberapa tahun belakangan ini justeru mengalami perubahan signifikan di segala bidang, diantaranya infrastruktur jalan sudah sangat baik dari tahun-tahun sebelumnya. “Dulu sering dikatakan orang bahwa Tapteng itu bukan wisata sejuta pesona tapi ‘wisata lobang’. Hal itu karena banyaknya lobang jalan di daerah tersebut. Tapi kini jalan di sana sudah sangat baik sehingga Tapteng benar-benar menjadi wisata pesona,”katanya.
Di bidang pelayanan pendidikan khususnya pendidikan tinggi, Tapteng saat ini banyak menghasilkan putera daerah yang duduk di bangku perkuliahan baik negeri maupun swasta di Sumut. “Bupati saat ini telah memprogramkan beasiswa bagi putera daerah agar mengeyam pendidikan tinggi. Kalau sudah banyak putera daerahnya yang duduk di bangku perkuliahan, berarti daerah tersebut tidak tepat disebut sebagai daerah miskin,”katanya.
Lebihlanjut, Hasrat memaparkan sejumlah apreasiasi terhadap kepemimpinan Bakhtiar Sibarani menjadi Bupati Tapteng, kini menjadikan daerah tersebut terus mengalami perkembangan dan kemajuan. “Seperti dari sektor pengelolaan zakat di pemerintahan saat ini kemungkinan terbaik dari daerah lainnya bahkan Pemprovsu. Sebab selama setahun kemarin saja bupatinya mampu mengumpulkan zakat dari pegawainya sebesar Rp4 miliar, sementara untuk tingkat Pemprovsu yang pegawainya lebih besar hanya sebesar Rp5 miliar,”katanya.
Jadi, lanjut dia, sangat tidak tepat jika Tapteng disebut sebagai daerah miskin yang saat ini dibawah kepemimpinan Bakhtiar Sibarani. “Gubernur jika mau menilai seharusnya dengan data, dan bandingkan kepemimpinan bupati saat ini dengan bupati sebelumnya. Karena data statistik yang kita peroleh bahwa angka kemiskinan di Tapteng terus mengalami penurunan,”katanya.
Begitu juga apresiasi seharusnya diberikan Gubsu kepada kepemimpinan di Tapteng yang menunjukkan ketegasannya terhadap pemberantasan narkoba di daerah yang dipimpinnya. “Saya rasa bupati saat inilah yang dekat dengan rakyatnya, sering turun ke warganya.Menjalankan roda kmepemimpinan tidak membeda-bedakan suku, golongan dan agama,”katanya.
Untuk itu, Hasrat kembali berharap kepada gubsu agar menunjukkan sikap kepemimpinannya secara bijaksana dan adil. “Kalau benar di suatu daerah mengalami keterpurukan, seharusnya gubernur membantu daerah tersebut dengan mengalokasikan dana yang signifikan. Bukan malah sebaliknya menjatuhkan daerah tersebut,”katanya.
Kata dia, kalau gubernur kurang baik komunikasinya dengan bupatinya, jangan rakyat yang dikorbankan. Misalnya dalam pengalokasian dana pembangunan Masjid Agung dan Masjid Raya di Tapteng, yang jauh hari sudah disetujui anggarannya di DPRD Sumut tapi saat Edy Rahmayadi baru saja menjabat sebagai gubernur, anggaran tersebut hilang atau dihapus.
“Kami masyarakat Tapteng akan terus mengusut hilangnya anggaran pembangunan masjid tersebut.Katanya gubernur saat ini gubernur ummat, maka seharusnya menunjukkan keberpihannya terhadap umat, jangan hanya mengklaim saja dan justeru menyakiti umat,” tegasnya.
Sementara, Gubsu Edy Rahmayadi mengaku tidak akan membantu Bupati Tapanuli Tengah selama masih dijabat Bakhtiar Ahmad Sibarani. Tapi Edy menegaskan tetap turun langsung ke masyarakat Tapteng. “Memang saya tidak mau bantu bupati selama bupatinya dia (Bakhtiar), karena dia tidak sayang sama rakyat, saya akan turun langsung tanpa bupati,” ujar Edy kepada wartawan di aula rumah dinas gubernur, Rabu (18/12).
Edy menyinggung Bupati Tapteng yang tidak pernah hadir di kegiatan yang diundang dirinya. “Tidak ada konflik, saya kan gubernurnya. Anak tidak boleh konflik sama ayahnya. Tetapi, setiap saya panggil, saya undang untuk membicarakan pembangunan, tidak pernah datang,” lanjut Edy.
Edy menjelaskan, dirinya sudah satu tahun lebih mengundang, tetapi menurutnya Bupati Tapteng tidak pernah hadir. “Bayangkan kalau anda tidak pernah datang ke tempat orang tua anda, jangankan dapat sesuatu, doa pun tidak dikabulkan oleh Tuhan,” imbuhnya. (adz)