28 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Waspada! Budaya Konsumtif Diakibatkan Gengsi Tinggi dan Lingkup Pergaulan

LABUSEL, SUMUTPOS.CO—Dunia digital sudah merambah ke segala lini kehidupan, bahkan hingga persoalan yang sederhana sekalipun. Hal ini membuktikan pergerakan hidup ke era digital semakin nyata.

“Gejala-gejala transformasi ini di Indonesia sudah terlihat. Saat ini, misalnya bisnis, pekerjaan, dan kehidupan sosial. Bisnis, seperti toko konvensional sudah mulai tergantikan dengan model bisnis marketplace,” kata Aktivis Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat/JAKKER, Sugianto saat menjadi pembicara Webinar Literasi Digital yang diinisiasi Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, di Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Labusel), Provinsi Sumatera Utara, pada 30 Juli 2021.

Berbicara di sesi Budaya Digital mengangkat tema “Peran Literasi Digital untuk Mengubah Mindset Konsumtif Menjadi Lebih Produktif”, Sugianto menjelaskan pekerjaan seperti kurir antarjasa pengiriman, salah satu yang lahir di era digital dewasa ini.

Kehidupan dan interaksi sosial, hemat dia, dalam kehidupan masyarakat lambat laun juga sudah tergantikan dengan media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Twitter.

“Selain kemudahan dan berbagai manfaat yang dihasilkan dari kemajuan teknologi digital, juga bisa memunculkan persoalan budaya negatif di masyarakat, jika tidak bijak menyikapinya. Budaya konsumtif misalnya, bisa meliputi gengsi yang tinggi dan lingkup pergaulan, membeli produk hanya untuk status, dan membeli produk karena terperdaya iklan atau endorsement,” terangnya.

Cara menggunakan kemajuan digital untuk menjadi lebih produktif, lanjut dia, antara lain ambil keuntungan dengan semakin mudahnya menjalin relasi, manfaatkan digitalisasi untuk diversifikasi pekerjaan, manfaatkan kemudahan dalam mengerjakan tugas, dan manfaatkan untuk mengasah kemampuan berpikir manfaatkan kemudahan mewujudkan bekerja yang sesuai passion (bakat).

Rusmanto di sesi Kemanan Digital, memberikan materi bertema “Tips dan Trik Menghindari Penipuan Digital”. Dijelaskannya, contoh aplikasi yang dapat digunakan menipu biasanya melalui Whatsapp, Instagram, Facebook, internet, e-Mail, SMS, dan telepon.

“Penipu memanfaatkan kebaikan, ketidaktauan, dan ketidaktelitian pengguna teknologi yang terhubung ke internet. Penipu dapat mengaku sebagai teman untuk memanfaatkan kebaikan kita lewat aplikasi Whatsapp menggunakan nomor Whatsapp teman. Penipu terkadang memberikan rayuan atau hadiah secara cuma-cuma untuk menipu,” kata wakil ketua Komite Penyelaras TIK itu.

Cara yang dapat dilakukan untuk menghindari penipuan digital antara lain, menurut dia, aktifkan 2FA di media sosial. 2FA merupakan kode rahasia pengaman ganda, misal login ke aplikasi dengan username dan password pertama, kemudian password kedua berupa PIN atau OTP.

“Aktifkan 2FA di e-Mail dan google, aktifkan verifikasi dua langkah untuk login ke e-Mail, dengan mendaftarkan nomor HP. Rahasiakan password, PIN, dan OTP serta teliti akun yang meminta sesuatu dan cek nama domain dengan google.com,” pungkasnya.

Dani Setiawan pada sesi Kecakapan Digital,
memaparkan tema “Positif, Kreatif, dan Aman di Internet”. Menurut Direktur PT. Royal Berkah Jacatra dan Vice Chairman Sobat Cyber Indonesia itu, internet merupakan suatu jaringan komunikasi yang memiliki fungsi untuk menghubungkan antara satu media elektronik dengan media elektronik lainnya dengan cepat dan tepat.

“Dampak positif internet antara lain memudahkan komunikasi, memudahkan pencarian informasi, serta memudahkan transaksi bisnis. Dampak negatif internet, meliputi timbulnya cybercrime, penyebaran ujaran kebencian, serta pembuatan dan penyebaran konten ilegal,” katanya.

Begitupun banyak hal kreatif di internet yang dapat dilakukan dan menghasilkan uang. Misal menjadi blogger atau video blogger, membuka toko online, youtuber, desain grafis, dropshipper, penyedia konten, dan web developer.

“Aman di internet, dengan cara validasi link mencurigakan, perbarui software, password yang kuat, gunakan verifikasi dua langkah, pastikan jaringan internet aman, waspadai peniru identitas, tidak unduh aplikasi sembarangan, serta pegang kendali terhadap data di akun google,” katanya.

Sementara Sumarno, di sesi Etika Digital, mengangkat tema “Bijak Sebelum Mengunggah di Media Sosial”. Kepala Seksi SMK dan Pendidikan Khusus Cabang Dinas
Rantauprapat ini menjelaskan, orang yang bijak dalam bersosmed adalah orang yang selalu menggunakan akal budinya dalam menggunakan medsos.

“Etika internet adalah seperangkat prinsip moral yang mengatur individu atau kelompok tentang perilaku apa yang dapat diterima saat menggunakan internet dan medsos. Dengan demikian seseorang tidak dapat seenaknya sendiri ketika berinteraksi dengan orang lain menggunakan media internet. Mereka dibatasi oleh prinsip moral yang berlaku dalam kelompok tersebut, dalam hal ini adalah pengguna internet dan medsos,” katanya.

Adapun hal-hal yang dapat menjadi bahan pertimbangan agar menjadi unggahan bijak, sebut dia antara lain tidak membagaikan hal pribadi secara berlebihan, mengikuti akun yang tepat di medsos, lakukan detoks medsos secara berkala, serta pahami jika informasi yang sudah terunggah di internet susah dihapus.

“Oleh karena itu, bijaklah sebelum mengunggah sesuatu ke internet atau medsos,” pungkasnya.

Webinar diakhiri Sevira Elda, Content Creator dan Influencer berfollowers 12 ribu. Sevira menyimpulkan hasil webinar dari tema yang sudah diangkat masing-masing narasumber.

Sebagai keynote speaker, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi sebelumnya memberikan sambutan tujuan Literasi Digital agar masyarakat cakap dalam menggunakan teknologi digital, bermanfaat dalam membangun daerahnya masing-masing oleh putra putri daerah melalui digital platform.

Diketahui, program ini bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang paham akan literasi digital lebih dalam dan menyikapi secara bijaksana dalam menggunakan digital platform di 77 kota/kabupaten area Sumatera II, mulai dari Aceh sampai Lampung dengan jumlah peserta sebanyak 600 orang di setiap kegiatan yang ditujukan kepada PNS, TNI/Polri, orangtua, pelajar, penggiat usaha, pendakwah dan sebagainya.

Empat kerangka digital yang diberikan dalam kegiatan tersebut, antara lain Digital Skill, Digital Safety, Digital Ethic dan Digital Culture di mana masing-masing kerangka mempunyai beragam tema. (rel/dek)

LABUSEL, SUMUTPOS.CO—Dunia digital sudah merambah ke segala lini kehidupan, bahkan hingga persoalan yang sederhana sekalipun. Hal ini membuktikan pergerakan hidup ke era digital semakin nyata.

“Gejala-gejala transformasi ini di Indonesia sudah terlihat. Saat ini, misalnya bisnis, pekerjaan, dan kehidupan sosial. Bisnis, seperti toko konvensional sudah mulai tergantikan dengan model bisnis marketplace,” kata Aktivis Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat/JAKKER, Sugianto saat menjadi pembicara Webinar Literasi Digital yang diinisiasi Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, di Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Labusel), Provinsi Sumatera Utara, pada 30 Juli 2021.

Berbicara di sesi Budaya Digital mengangkat tema “Peran Literasi Digital untuk Mengubah Mindset Konsumtif Menjadi Lebih Produktif”, Sugianto menjelaskan pekerjaan seperti kurir antarjasa pengiriman, salah satu yang lahir di era digital dewasa ini.

Kehidupan dan interaksi sosial, hemat dia, dalam kehidupan masyarakat lambat laun juga sudah tergantikan dengan media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Twitter.

“Selain kemudahan dan berbagai manfaat yang dihasilkan dari kemajuan teknologi digital, juga bisa memunculkan persoalan budaya negatif di masyarakat, jika tidak bijak menyikapinya. Budaya konsumtif misalnya, bisa meliputi gengsi yang tinggi dan lingkup pergaulan, membeli produk hanya untuk status, dan membeli produk karena terperdaya iklan atau endorsement,” terangnya.

Cara menggunakan kemajuan digital untuk menjadi lebih produktif, lanjut dia, antara lain ambil keuntungan dengan semakin mudahnya menjalin relasi, manfaatkan digitalisasi untuk diversifikasi pekerjaan, manfaatkan kemudahan dalam mengerjakan tugas, dan manfaatkan untuk mengasah kemampuan berpikir manfaatkan kemudahan mewujudkan bekerja yang sesuai passion (bakat).

Rusmanto di sesi Kemanan Digital, memberikan materi bertema “Tips dan Trik Menghindari Penipuan Digital”. Dijelaskannya, contoh aplikasi yang dapat digunakan menipu biasanya melalui Whatsapp, Instagram, Facebook, internet, e-Mail, SMS, dan telepon.

“Penipu memanfaatkan kebaikan, ketidaktauan, dan ketidaktelitian pengguna teknologi yang terhubung ke internet. Penipu dapat mengaku sebagai teman untuk memanfaatkan kebaikan kita lewat aplikasi Whatsapp menggunakan nomor Whatsapp teman. Penipu terkadang memberikan rayuan atau hadiah secara cuma-cuma untuk menipu,” kata wakil ketua Komite Penyelaras TIK itu.

Cara yang dapat dilakukan untuk menghindari penipuan digital antara lain, menurut dia, aktifkan 2FA di media sosial. 2FA merupakan kode rahasia pengaman ganda, misal login ke aplikasi dengan username dan password pertama, kemudian password kedua berupa PIN atau OTP.

“Aktifkan 2FA di e-Mail dan google, aktifkan verifikasi dua langkah untuk login ke e-Mail, dengan mendaftarkan nomor HP. Rahasiakan password, PIN, dan OTP serta teliti akun yang meminta sesuatu dan cek nama domain dengan google.com,” pungkasnya.

Dani Setiawan pada sesi Kecakapan Digital,
memaparkan tema “Positif, Kreatif, dan Aman di Internet”. Menurut Direktur PT. Royal Berkah Jacatra dan Vice Chairman Sobat Cyber Indonesia itu, internet merupakan suatu jaringan komunikasi yang memiliki fungsi untuk menghubungkan antara satu media elektronik dengan media elektronik lainnya dengan cepat dan tepat.

“Dampak positif internet antara lain memudahkan komunikasi, memudahkan pencarian informasi, serta memudahkan transaksi bisnis. Dampak negatif internet, meliputi timbulnya cybercrime, penyebaran ujaran kebencian, serta pembuatan dan penyebaran konten ilegal,” katanya.

Begitupun banyak hal kreatif di internet yang dapat dilakukan dan menghasilkan uang. Misal menjadi blogger atau video blogger, membuka toko online, youtuber, desain grafis, dropshipper, penyedia konten, dan web developer.

“Aman di internet, dengan cara validasi link mencurigakan, perbarui software, password yang kuat, gunakan verifikasi dua langkah, pastikan jaringan internet aman, waspadai peniru identitas, tidak unduh aplikasi sembarangan, serta pegang kendali terhadap data di akun google,” katanya.

Sementara Sumarno, di sesi Etika Digital, mengangkat tema “Bijak Sebelum Mengunggah di Media Sosial”. Kepala Seksi SMK dan Pendidikan Khusus Cabang Dinas
Rantauprapat ini menjelaskan, orang yang bijak dalam bersosmed adalah orang yang selalu menggunakan akal budinya dalam menggunakan medsos.

“Etika internet adalah seperangkat prinsip moral yang mengatur individu atau kelompok tentang perilaku apa yang dapat diterima saat menggunakan internet dan medsos. Dengan demikian seseorang tidak dapat seenaknya sendiri ketika berinteraksi dengan orang lain menggunakan media internet. Mereka dibatasi oleh prinsip moral yang berlaku dalam kelompok tersebut, dalam hal ini adalah pengguna internet dan medsos,” katanya.

Adapun hal-hal yang dapat menjadi bahan pertimbangan agar menjadi unggahan bijak, sebut dia antara lain tidak membagaikan hal pribadi secara berlebihan, mengikuti akun yang tepat di medsos, lakukan detoks medsos secara berkala, serta pahami jika informasi yang sudah terunggah di internet susah dihapus.

“Oleh karena itu, bijaklah sebelum mengunggah sesuatu ke internet atau medsos,” pungkasnya.

Webinar diakhiri Sevira Elda, Content Creator dan Influencer berfollowers 12 ribu. Sevira menyimpulkan hasil webinar dari tema yang sudah diangkat masing-masing narasumber.

Sebagai keynote speaker, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi sebelumnya memberikan sambutan tujuan Literasi Digital agar masyarakat cakap dalam menggunakan teknologi digital, bermanfaat dalam membangun daerahnya masing-masing oleh putra putri daerah melalui digital platform.

Diketahui, program ini bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang paham akan literasi digital lebih dalam dan menyikapi secara bijaksana dalam menggunakan digital platform di 77 kota/kabupaten area Sumatera II, mulai dari Aceh sampai Lampung dengan jumlah peserta sebanyak 600 orang di setiap kegiatan yang ditujukan kepada PNS, TNI/Polri, orangtua, pelajar, penggiat usaha, pendakwah dan sebagainya.

Empat kerangka digital yang diberikan dalam kegiatan tersebut, antara lain Digital Skill, Digital Safety, Digital Ethic dan Digital Culture di mana masing-masing kerangka mempunyai beragam tema. (rel/dek)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/