28 C
Medan
Sunday, November 24, 2024
spot_img

BKKBN Sumut dan Pemkab Asahan Koordinasi Percepatan Penurunan Stunting

ASAHAN, SUMUTPOS.CO – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sumatera Utara bekerjasama dengan Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2KBP3A) Kabupaten Asahan melaksanakan kegiatan Koordinasi dan Konsolidasi Percepatan Penurunan Stunting Tingkat Kabupaten Asahan Tahun 2022 di Aula Hotel Marina Kisaran, Rabu (19/10).

Kegiatan ini dilaksanakan untuk melakukan evaluasi pelaksanaan konvergensi masing-masing Dinas Instansi dalam upaya percepatan penurunan stunting di Kabupaten Asahan.

Dalam sambutannya, Sekretaris Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Utara Yusrizal Batubara, S. Sos berharap pada akhir tahun 2022 Kabupaten Asahan dapat mempersiapkan laporan semester II pada percepatan penurunan stunting di Kabupaten Asahan.

Menurut Yusrizal, Kabupaten Asahan telah melakukan aksi kepada masyarakat Kabupaten Asahan dalam percepatan penurunan stunting, dan tinggal menunggu hasil dari Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022.

“Kita berharap angka pravelensi stunting di Kabupaten Asahan dapat menurun dari 18,9 persen menjadi 15,5 persen di tahun 2022 ini”, tutup Yusrizal.

Dikesempatan ini, Wakil Bupati Asahan selaku Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Asahan yang diwakili oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan Drs. Muhilli Lubis, mengatakan bahwa stunting adalah kondisi gagal tumbuh dan kembang pada anak akibat kekurangan asupan gizi dalam waktu yang cukup lama. dampak jangka pendek stunting adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik serta gangguan metabolisme.

“Sedangkan dampak jangka panjangnya adalah menurunnya kemampuan perkembangan kognitif otak anak, kesulitan belajar, kekebalan tubuh lemah sehingga mudah sakit serta berisiko tinggi munculnya penyakit metabolik. bahkan ketika dewasa nanti akan memiliki tubuh pendek, tingkat produktivitas yang rendah serta tidak memiliki daya saing di dalam dunia kerja. Stunting juga merupakan ancaman utama dalam mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas, khususnya di Kabupaten Asahan”, ungkap Muhilli. (dat/han)

ASAHAN, SUMUTPOS.CO – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sumatera Utara bekerjasama dengan Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2KBP3A) Kabupaten Asahan melaksanakan kegiatan Koordinasi dan Konsolidasi Percepatan Penurunan Stunting Tingkat Kabupaten Asahan Tahun 2022 di Aula Hotel Marina Kisaran, Rabu (19/10).

Kegiatan ini dilaksanakan untuk melakukan evaluasi pelaksanaan konvergensi masing-masing Dinas Instansi dalam upaya percepatan penurunan stunting di Kabupaten Asahan.

Dalam sambutannya, Sekretaris Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Utara Yusrizal Batubara, S. Sos berharap pada akhir tahun 2022 Kabupaten Asahan dapat mempersiapkan laporan semester II pada percepatan penurunan stunting di Kabupaten Asahan.

Menurut Yusrizal, Kabupaten Asahan telah melakukan aksi kepada masyarakat Kabupaten Asahan dalam percepatan penurunan stunting, dan tinggal menunggu hasil dari Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022.

“Kita berharap angka pravelensi stunting di Kabupaten Asahan dapat menurun dari 18,9 persen menjadi 15,5 persen di tahun 2022 ini”, tutup Yusrizal.

Dikesempatan ini, Wakil Bupati Asahan selaku Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Asahan yang diwakili oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan Drs. Muhilli Lubis, mengatakan bahwa stunting adalah kondisi gagal tumbuh dan kembang pada anak akibat kekurangan asupan gizi dalam waktu yang cukup lama. dampak jangka pendek stunting adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik serta gangguan metabolisme.

“Sedangkan dampak jangka panjangnya adalah menurunnya kemampuan perkembangan kognitif otak anak, kesulitan belajar, kekebalan tubuh lemah sehingga mudah sakit serta berisiko tinggi munculnya penyakit metabolik. bahkan ketika dewasa nanti akan memiliki tubuh pendek, tingkat produktivitas yang rendah serta tidak memiliki daya saing di dalam dunia kerja. Stunting juga merupakan ancaman utama dalam mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas, khususnya di Kabupaten Asahan”, ungkap Muhilli. (dat/han)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/