PALUTA,SUMUTPOS.CO – Jalinsum Gunung Tua-Psp tepatnya di daerah Hurung Nasi-nasi, Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten Paluta, cukup memprihatinkan. Jalur utama dari Paluta menuju Psp ini kondisinya berlubang-lubang bagaikan kubangan kerbau terutama saat musim penghujan tiba.
Zainal Harahap (38) warga Tobat yang biasanya melalui jalan ini mengaku heran terkait kerusakan Jalinsum ini yang hingga kini belum adanya upaya perbaikan dari pemerintah. Padahal daerah ini merupakan jalur utama dari Paluta menuju Kota Psp.
“Saya heran kenapa pemerintah belum memperbaiki Jalinsum ini. Padahal yang melintasinya bukan masyarakat saja, tapi para pejabat daerah pun melewatinya setiap hari,” ujarnya kepada METRO, Senin (20/1).
Tambahnya, saat hujan turun banyak pengendara khususnya sepeda motor yang mengalami kecelakan sebab lubang atau kerusakan jalan tergenangi air yang menyebabkan kerusakan tersebut tidak terlihat oleh pengguna jalan.
Selain berlubang, kondisi badan jalan pun sudah hancur akibat tidak adanya parit (drainase) hingga disaat curah hujan lagi meninggi maka air tersebut bertahan dan menggenangi badan jalan.
Sementara itu Yahya Siagian (40) supir angkutan desa (Angdes) juga mengaku harus ekstra hati-hati jika melintasi Jalinsum tersebut. “Kita perlu hati-hati jika tidak ingin celaka. Apalagi setiap hari ada saja korban kecelakaan akibat kerusakan Jalinsum ini,” tuturnya.
Selain itu, rambu maupun penanda kerusakan jalan tidak ada, seharusnya pihak pemerintah bisa memasang tanda-tanda atau rambu-rambu kerusakan agar para pengguna jalan bisa lebih berhati-hati agar tidak terjadi kecelakaan yang bisa merenggut nyawa. (mag-02)
PALUTA,SUMUTPOS.CO – Jalinsum Gunung Tua-Psp tepatnya di daerah Hurung Nasi-nasi, Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten Paluta, cukup memprihatinkan. Jalur utama dari Paluta menuju Psp ini kondisinya berlubang-lubang bagaikan kubangan kerbau terutama saat musim penghujan tiba.
Zainal Harahap (38) warga Tobat yang biasanya melalui jalan ini mengaku heran terkait kerusakan Jalinsum ini yang hingga kini belum adanya upaya perbaikan dari pemerintah. Padahal daerah ini merupakan jalur utama dari Paluta menuju Kota Psp.
“Saya heran kenapa pemerintah belum memperbaiki Jalinsum ini. Padahal yang melintasinya bukan masyarakat saja, tapi para pejabat daerah pun melewatinya setiap hari,” ujarnya kepada METRO, Senin (20/1).
Tambahnya, saat hujan turun banyak pengendara khususnya sepeda motor yang mengalami kecelakan sebab lubang atau kerusakan jalan tergenangi air yang menyebabkan kerusakan tersebut tidak terlihat oleh pengguna jalan.
Selain berlubang, kondisi badan jalan pun sudah hancur akibat tidak adanya parit (drainase) hingga disaat curah hujan lagi meninggi maka air tersebut bertahan dan menggenangi badan jalan.
Sementara itu Yahya Siagian (40) supir angkutan desa (Angdes) juga mengaku harus ekstra hati-hati jika melintasi Jalinsum tersebut. “Kita perlu hati-hati jika tidak ingin celaka. Apalagi setiap hari ada saja korban kecelakaan akibat kerusakan Jalinsum ini,” tuturnya.
Selain itu, rambu maupun penanda kerusakan jalan tidak ada, seharusnya pihak pemerintah bisa memasang tanda-tanda atau rambu-rambu kerusakan agar para pengguna jalan bisa lebih berhati-hati agar tidak terjadi kecelakaan yang bisa merenggut nyawa. (mag-02)