MADINA,SUMUTPOS.CO – Ratusan warga Maga Pasar, Kecamatan Lembah Sorik Merapi, Kab. Mandailing Natal (Madina), mengamuk Selasa (20/1/2015) siang. Mereka menyerang desa tetangga, Maga Lombang. Akibatnya, 1 orang tewas, rumah dan 2 kereta hangus dibakar.
Kejadian ini berlangsung sekitar pukul 11.00 WIB. Ketika itu ratusan masyarakat Desa Maga Pasar mendatangi rumah Adek di Desa Maga Lombang yang hanya berjarak sekitar 300 meter. Saat melihat kedatangan warga Desa Maga Pasar, Adek bersama beberapa temannya masih sempat menantang warga dengan menunjukkan parang ke arah warga.
Melihat aksi Adek, massa semakin emosi dan langsung menyerang Adek. Saat itu, Adek masih sempat lari menyelamatkan diri dan masuk ke salah satu rumah warga bernama Muhammad Idris (yang sedang ditinggal pesta), berjarak sekitar 100 meter dari rumah Adek.
Namun, warga terus memaksa masuk, akhirnya Adek ke luar dari rumah tersebut. Selanjutnya, dimassa warga Maga Pasar hingga tidak berdaya dan bersimbah darah. Melihat Adek telah sekarat, warga Maga Pasar kembali ke desa mereka. Sedangkan Adek dilarikan ke RSU Panyabungan oleh warga setempat. Akibat kehabisan darah, Adek akhirnya meninggal dunia di perjalanan menuju RSU Panyabungan.
Warga Desa Maga Lombang saat disambangi Metro Tabagsel, tak seorang pun yang mau memberikan keterangan. Mereka tidak tahu apa permasalahan sebenarnya. Sebab, warga Desa Maga Pasar tiba-tiba datang menyerang rumah Adek dan Baringin.
“Inda hami boto sanga aha parsoalanna, ompot do halai ro manyerang bagas ni Bang Adek (Kami tidak tahu apa permasalahannya, tiba-tiba mereka datang dan menyerang rumah Bang Adek),” ujar warga langsung masuk ke dalam rumahnya. Selanjutnya, suasana sepi. Rumah warga semua ditutup dan tak ada yang mau bicara seputar kejadian itu.
Selain menewaskan Ispara Sakti Nasution alias Adek (50), rumah Adek dihancurkan berikut isinya. Satu unit mobil milik korban juga dirusak. Rumah warga lain bernama Baringin (40) lebih parah. Massa membakar rumah permanen itu, namun berhasil diselamatkan, karena hanya bagian depan yang terbakar. Lalu, dua unit sepedamotor di rumah Baringin juga ikut dirusak, dan dua unit sepedamotor yang parkir di depan rumah dibakar.
Kalau warga warga Desa Maga Lombang memilih tertutup, hal sebaliknya terjadi di Desa Maga Pasar. Ratusan masyarakat terlihat berada di pinggir jalan. Menurut warga setempat, bukan hanya warga Maga Pasar saja yang berkumpul, tetapi warga dari berbagai desa tetangga di Kecamatan Lembah Sorik Merapi dan Kecamatan Puncak Sorik Marapi ikut berkumpul di pinggir Jalinsum hingga Selasa (20/1) sore.
Menurut warga, Lolom boru Nasution, kepada Metro Tabagsel, kejadian itu berawal pada Selasa pagi sekitar pukul 09.30 WIB. Saat itu, Adek bersama lima temannya; Sutan (45), Baringin (40), Laung (40), Uneng (43) dan Tua (35), mendatangi salah satu warung kopi di Maga Pasar dengan membawa parang. Satu parang satu orang.
Turun dari mobil milik Adek, mereka langsung masuk ke dalam warung kopi dan menghujamkan parang panjang ke arah salah seorang tokoh masyarakat bernama Herman Nasution yang ada di warung tersebut.
“Waktu itu Adek bersama temannya turun dari mobil dan membawa parang. Mereka langsung menemui Ompung Herman di dalam warung. Lalu, Adek menghujamkan perangnya ke arah Ompung Herman, tapi yang kena adalah meja. Di situ dia bilang, Maidia nadua halaki, so ubunuh halai (Di mana yang dua orang itu, biar kubunuh mereka), maksud yang dua orang itu adalah Tan Gozali dan Tan Husein,” sebut Lolom.
Lolom yang mengaku saat itu berada di depan warung dan melihat kejadian itu langsung berlari dan menceritakan sama warga. Sontak warga langsung ramai.
“Saya melihat langsung kejadian itu, saya menceritakannya sama warga, warga langsung berkumpul. Melihat warga sudah ramai, mereka langsung ke luar dari warung menuju mobil dan meluncur ke Maga Lombang. Hanya sebentar warga dari kampung lain sudah berdatangan, lalu berangkat menuju Maga Lombang,” jelasnya.
Pantauan Metro Tabagsel (grup Sumut Pos), Herman Nasution dan dua orang yang dimaksud Adek (Tan Gozali, Tan Husein) hingga Selasa sore tidak berhasil ditemui wartawan. Namun, dari cerita-cerita warga yang tidak mau disebutkan identitas, ini berkaitan dengan pro kontra atas keberadaan perusahaan tambang panas bumi PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) atau disebut OTP Geothermal.
Ada sejumlah warga yang mendukung OTP Geothermal, sementara mayoritas masyarakat beberapa kecamatan di lereng Gunung Sorik Marapi menolak OTP Geothermal, dengan Herman Nasution, Tan Gozali dan Tan Husein Nasution Koordinator Forum Masyarakat Lereng Sorik Marapi.(wan/smg/trg)