28 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Dunia Masuki Gelombang Ketiga Covid-19, Sumut Karantina Perantau dari Luar Negeri

SUMUTPOS.CO – Menjelang libur Idul Fitri 2021, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara (Sumut) ekstrawaspada akan peningkatan signifikan penyebaran Covid-19. Pasalnya, saat ini dunia memasuki gelombang ketiga penyebaran virus Corona. Sementara arus mobilitas penduduk diperkirakan akan meningkat signifikan karena libur Lebaran. Termasuk arus kepulangan para perantau khususnya Pekerja Migran Indonesia (PMI) dari luar negeri.

TKI: TNI AL mengmankan 20 TKI yang pulang dari Malaysia, beberapa waktu lalu. Libur Lebaran tahun ini, sejumlah pekerja migran Indonesia di luar negeri diprediksi akan pulang ke tanah air. Pemerintah Provinsi Sumut mewaspadai kepulangan para perantau itu, dengan melakukan pemeriksaan di berbagai pintu masuk Sumut. Para pekerja migran wajib karantina selama 5 hari. fachril/sumut pos.

“ADA PENINGKATAN (Covid-19) yang signifikan di dunia, Eropa, Amerika, bahkan Thailand. Ini perlu kita antisipasi secara serius. Karena di negara kita mudik saat Lebaran sudah menjadi tradisi kuat. Bukan hanya dari Sumut, tetapi juga dari luar negeri,” kata Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi, usai Rapat Koordinasi Penanganan Covid-19 dan Mitigasi Bencana Wilayah Sumut, di Aula Tengku Rizal Nurdin, Rumah Dinas Gubernur, Jalan Jenderal Sudirman Nomor 41 Medan, Selasa (20/4).

Karena itu, kepulangan pekerja migran ini menjadi perhatian Pemprov Sumut. Di mana sejak pandemi Covid-19, Sumut menjadi salahsatu pintu masuk kedatangan dari luar negeri, baik PMI legal maupun PMI ilegal. Total sejak 2 Januari hingga 18 April 2021, terdapat 9.983 WNI dari luar negeri yang masuk ke Sumut. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat jelang Idul Fitri.

“Kita akan segera membentuk tim yang terdiri dari semua instansi terkait, karena ini butuh koordinasi kuat. Termasuk bandara, pelabuhan, imigrasi, TNI, Polri dan lainnya. Kita akan betul-betul mem-filter WNI yang masuk ke Sumut (Wajib) karantina selama lima hari untuk yang negatif tes PCR. Sedangkan yang positif kita rawat bila butuh perawatan,” tegas Edy Rahmayadi.

Kekhawatiran kedatangan WNI dari luar negeri meningkat karena saat ini penyebaran mutasi Covid-19 meningkat. Menurut keterangan Tim Pakar Satgas Penanganan Covid-19 dr Dwi Bur Aisyah, ada enam varian yang terdeteksi di Indonesia. Yakni D6144G (1048 mutasi April 2020), Q677H (40 mutasi April 2020), L18F (56 mutasi September 2020), N439K (245 mutasi November 2020), N501Y (12 mutasi Jan 2021) dan E484K (2 mutasi Februari 2021).

“Berdasarkan data GISAID (Global Initiative on Sharing ALL Influenza Data), ada 6 mutasi varian yang ditemukan di Indonesia. Ini bisa jadi bertambah dengan kedatangan orang dari luar negeri. Kita tidak ingin itu terjadi, karena semakin banyak variannya tentu akan semakin sulit penanganannya,” kata Dwi melalui teleconference.

Selain mewaspadai kedatangan perantau dari luar negeri, Sumut juga mengantisipasi arus mudik antar kota, serta kemungkinan kerumunan masyarakat di tempat-tempat wisata karena adanya larangan mudik.

Kasus Covid-19 di Sumut sendiri selama dua bulan terakhir cukup datar. Bulan Februari rata-rata penambahan 131 kasus per hari, dan Maret 91 —bahkan tiga bulan sebelumnya— berada di angka 80-an.

Menurut Gubsu Edy, tren positif ini perlu ditingkatkan dan dipertahankan selama Ramadan dan menjelang Idul Fitri. Karena itu, masyarakat diminta untuk tidak mudik dan menjauhi kerumunan terutama di tempat-tempat wisata.

Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19, mobilitas penduduk Sumut meningkat signifikan ke taman dan tempat wisata pada libur panjang Februari 2020 hingga April 2021. Pada saat Idul Adha 2020 ada peningkatan mobilitas 20%, saat libur kemerdekaan 29%-99%, Maulid Nabi 41%, Natal dan Tahun Baru 23%-85%, Imlek 21% dan Isra Mikraj 24%.

Satgas: Mudik Bisa Berakibat Buruk

Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Doni Monardo, juga mengingatkan mudik ke kampung halaman bisa berakibat buruk kepada daerah-daerah yang masih berstatus zona hijau.

Di Sumut dari 12 April – 18 April 2021 tidak ada kabupaten/kota yang berstatus risiko tinggi, 10 kabupaten kota risiko sedang, 20 risiko rendah, 3 tanpa kasus dan 0 yang tidak terdampak. Capaian ini menurut Doni tidak akan bertahan lama atau malah makin memburuk, bila tingkat kepatuhan masyarakat rendah.

“Sumut sudah bekerja keras untuk menangani Covid-19. Tetapi bila tidak ada kepatuhan capaian ini tidak akan lama. Tahan kerinduan Anda kepada orang tua di kampung, karena bila Anda memaksakan mudik dan membawa Covid-19 ke kampung itu bisa menjadi kisah tragis karena di kampung fasilitas kesehatan kemungkinan minim. Secara tidak langsung mungkin Anda menjadi pembunuh orang tua-orang tua di kampung bila memaksakan mudik,” tegas Doni seperti dikutip dari siaran pers BNPB, Selasa (20/4).

Karena itu, kata Doni, dibutuhkan kerelaan masyarakat untuk mengajak perantau agar tidak pulang ke kampung halaman. Karena aktivitas mudik sangat berpotensi menyebabkan penularan virus COVID-19. “Apabila hal itu terjadi, maka dapat berakibat fatal dan berujung kematian, khususnya bagi penderita komorbid,” tutur Doni yang juga Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ini.

Doni menuturkan, pada momentum libur nasional 2020 Data Satgas Penanganan COVID-19 menunjukkan bahwa kasus aktif Covid-19 naik secara signifikan pasca-liburan. Hal itu disebabkan adanya mobilitas penduduk yang sangat berpeluang menjadi perantara, baik yang menularkan maupun tertular Covid-19. Akibatnya, tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit mengalami peningkatan dan beberapa di antaranya bahkan penuh. (prn/kps)

SUMUTPOS.CO – Menjelang libur Idul Fitri 2021, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara (Sumut) ekstrawaspada akan peningkatan signifikan penyebaran Covid-19. Pasalnya, saat ini dunia memasuki gelombang ketiga penyebaran virus Corona. Sementara arus mobilitas penduduk diperkirakan akan meningkat signifikan karena libur Lebaran. Termasuk arus kepulangan para perantau khususnya Pekerja Migran Indonesia (PMI) dari luar negeri.

TKI: TNI AL mengmankan 20 TKI yang pulang dari Malaysia, beberapa waktu lalu. Libur Lebaran tahun ini, sejumlah pekerja migran Indonesia di luar negeri diprediksi akan pulang ke tanah air. Pemerintah Provinsi Sumut mewaspadai kepulangan para perantau itu, dengan melakukan pemeriksaan di berbagai pintu masuk Sumut. Para pekerja migran wajib karantina selama 5 hari. fachril/sumut pos.

“ADA PENINGKATAN (Covid-19) yang signifikan di dunia, Eropa, Amerika, bahkan Thailand. Ini perlu kita antisipasi secara serius. Karena di negara kita mudik saat Lebaran sudah menjadi tradisi kuat. Bukan hanya dari Sumut, tetapi juga dari luar negeri,” kata Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi, usai Rapat Koordinasi Penanganan Covid-19 dan Mitigasi Bencana Wilayah Sumut, di Aula Tengku Rizal Nurdin, Rumah Dinas Gubernur, Jalan Jenderal Sudirman Nomor 41 Medan, Selasa (20/4).

Karena itu, kepulangan pekerja migran ini menjadi perhatian Pemprov Sumut. Di mana sejak pandemi Covid-19, Sumut menjadi salahsatu pintu masuk kedatangan dari luar negeri, baik PMI legal maupun PMI ilegal. Total sejak 2 Januari hingga 18 April 2021, terdapat 9.983 WNI dari luar negeri yang masuk ke Sumut. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat jelang Idul Fitri.

“Kita akan segera membentuk tim yang terdiri dari semua instansi terkait, karena ini butuh koordinasi kuat. Termasuk bandara, pelabuhan, imigrasi, TNI, Polri dan lainnya. Kita akan betul-betul mem-filter WNI yang masuk ke Sumut (Wajib) karantina selama lima hari untuk yang negatif tes PCR. Sedangkan yang positif kita rawat bila butuh perawatan,” tegas Edy Rahmayadi.

Kekhawatiran kedatangan WNI dari luar negeri meningkat karena saat ini penyebaran mutasi Covid-19 meningkat. Menurut keterangan Tim Pakar Satgas Penanganan Covid-19 dr Dwi Bur Aisyah, ada enam varian yang terdeteksi di Indonesia. Yakni D6144G (1048 mutasi April 2020), Q677H (40 mutasi April 2020), L18F (56 mutasi September 2020), N439K (245 mutasi November 2020), N501Y (12 mutasi Jan 2021) dan E484K (2 mutasi Februari 2021).

“Berdasarkan data GISAID (Global Initiative on Sharing ALL Influenza Data), ada 6 mutasi varian yang ditemukan di Indonesia. Ini bisa jadi bertambah dengan kedatangan orang dari luar negeri. Kita tidak ingin itu terjadi, karena semakin banyak variannya tentu akan semakin sulit penanganannya,” kata Dwi melalui teleconference.

Selain mewaspadai kedatangan perantau dari luar negeri, Sumut juga mengantisipasi arus mudik antar kota, serta kemungkinan kerumunan masyarakat di tempat-tempat wisata karena adanya larangan mudik.

Kasus Covid-19 di Sumut sendiri selama dua bulan terakhir cukup datar. Bulan Februari rata-rata penambahan 131 kasus per hari, dan Maret 91 —bahkan tiga bulan sebelumnya— berada di angka 80-an.

Menurut Gubsu Edy, tren positif ini perlu ditingkatkan dan dipertahankan selama Ramadan dan menjelang Idul Fitri. Karena itu, masyarakat diminta untuk tidak mudik dan menjauhi kerumunan terutama di tempat-tempat wisata.

Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19, mobilitas penduduk Sumut meningkat signifikan ke taman dan tempat wisata pada libur panjang Februari 2020 hingga April 2021. Pada saat Idul Adha 2020 ada peningkatan mobilitas 20%, saat libur kemerdekaan 29%-99%, Maulid Nabi 41%, Natal dan Tahun Baru 23%-85%, Imlek 21% dan Isra Mikraj 24%.

Satgas: Mudik Bisa Berakibat Buruk

Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Doni Monardo, juga mengingatkan mudik ke kampung halaman bisa berakibat buruk kepada daerah-daerah yang masih berstatus zona hijau.

Di Sumut dari 12 April – 18 April 2021 tidak ada kabupaten/kota yang berstatus risiko tinggi, 10 kabupaten kota risiko sedang, 20 risiko rendah, 3 tanpa kasus dan 0 yang tidak terdampak. Capaian ini menurut Doni tidak akan bertahan lama atau malah makin memburuk, bila tingkat kepatuhan masyarakat rendah.

“Sumut sudah bekerja keras untuk menangani Covid-19. Tetapi bila tidak ada kepatuhan capaian ini tidak akan lama. Tahan kerinduan Anda kepada orang tua di kampung, karena bila Anda memaksakan mudik dan membawa Covid-19 ke kampung itu bisa menjadi kisah tragis karena di kampung fasilitas kesehatan kemungkinan minim. Secara tidak langsung mungkin Anda menjadi pembunuh orang tua-orang tua di kampung bila memaksakan mudik,” tegas Doni seperti dikutip dari siaran pers BNPB, Selasa (20/4).

Karena itu, kata Doni, dibutuhkan kerelaan masyarakat untuk mengajak perantau agar tidak pulang ke kampung halaman. Karena aktivitas mudik sangat berpotensi menyebabkan penularan virus COVID-19. “Apabila hal itu terjadi, maka dapat berakibat fatal dan berujung kematian, khususnya bagi penderita komorbid,” tutur Doni yang juga Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ini.

Doni menuturkan, pada momentum libur nasional 2020 Data Satgas Penanganan COVID-19 menunjukkan bahwa kasus aktif Covid-19 naik secara signifikan pasca-liburan. Hal itu disebabkan adanya mobilitas penduduk yang sangat berpeluang menjadi perantara, baik yang menularkan maupun tertular Covid-19. Akibatnya, tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit mengalami peningkatan dan beberapa di antaranya bahkan penuh. (prn/kps)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/