31.7 C
Medan
Monday, May 20, 2024

Ingin Pulang, Kampung tak Ada Uang

Korban Selamat Banjir Bandang Kapok Menambang Emas Liar

MANDAILING NATAL-Kondisi Ebit (39) warga Sukabumi, salah satu korban selamat dari bencana banjir bandang yang menewaskan 4 penambang emas di Desa Sopo Tinjak, Batang Natal, Kabupaten Mandailing Natal (Madina) pada hari Rabu (18/5) sore lalu, mengalami kemajuan berarti. Luka parah yang dideritanya sedang dirawat intensif di Rumah Sakit (RS) Alkhoir di Desa Sarakmatua, Kecamatan Panyabungan.

Kepada METRO TABAGSEL (grup Sumut Pos), Ebit mengeluh masih merasakan sakit di kepalanya masih pusing dan nyeri di seluruh tubuh akibat gesekan kayu dan batu besar. Setelah kejadian maut itu, Ebit mengaku kapok menambang emas ilegal dan bila nanti benar-benar sembuh, ingin pulang ke kampung halamanya di Sukabumi, Jawa Barat (Jabar). Meski punya pengalaman 10 tahun menambang emas ilegal di kampung halamannya, ayah dua anak ini berusia 6 tahun dan 4 tahun ini berjanji tak akan melakukan hal yang sama dimanapun.

Ebit menceritakan ikhwal dirinya ikut ke penambangan emas liar di Batang Natal. April 2011 lalu dirinya diajak Yasa kusuma alias Auoh (47) untuk menambang di Madina.

Diceritakan Ebit, sejak tiba di Madina, dia dan rekannya  Mansyur alias Holil (46), Yasa (47), Masno alias Enuh (35) dan Dulo (45), keempatnya meninggal dunia, belum pernah sekalipun berhasil memperoleh emas. Sepekan menambang, biaya makannya ditanggung pemilik lubang dan dirinya tak tau siapa orangnya.

“Saya hanya bekerja pak karena di kampung tak ada pekerjaan lagi dan saya makan dari belanja yang dibawa kawan-kawan dan saya tak tau siapa bosnya,” akunya. “Saya tak punya apa-apa bang, untuk pulang saja saya tak tau bagaimana lagi,” tambahnya.

Sementara itu, keempat kawan Ebit yang meninggal dunia yakni telah diantar ke Sukabumi pada Kamis (19/5) malam kemarin sekitar pukul 23.00 WIB, dan yang mengantarnya adalah kawan Ebit  yang selamat dan dalam kondisi luka ringan yaitu Jefri.
“Si Jefri telah pulang mengantar jenazah kawan kami, kemarin dia pamit dan janji akan datang lagi menjenguk saya,” tambah Ebit.

Direktur RSUD Panyabungan, drg Ismail Lubis melalui staf di ruang mayat, Parmin, membenarkan bahwa ke empat mayat korban banjir di Sopo Tinjak telah diantar pulang ke rumah duka di Sukabumi melalui Bandara Minangkabau di Pariaman Padang, Propinsi Sumatera Barat.

“Kemarin malam (Kamis malam) ke empat mayat itu telah diantar pulang oleh seseorang yang mengaku keluarganya ditemani oleh Direktur RS Alkhoir, dan mereka lewat Bandara Padang,” sebut Parmin.

Pemilik Lubang Diamankan
Sementara, pemilik lubang tempat para pekerja yang dihantam banjir bandang tersebut adalah Jhon Edi alias Kabang (33), warga Kelurahan Sipolupolu,Kecamatan Panyabungan saat ini diamankan di tahanan Mapolres Madina untuk dimintai keterangan seputar bencana alam yang mengakibatkan tewasnya empat penambang liar di Gunung Desa Sopo Tinjak.
“Pemilik lubang sedang diperiksa di Mapolres, dan dia sebagai tersangka illegal mining (tambang liar),” ujar Kapolres Madina, AKBP Ahmad Fauzi Dalimunthe SIK melalui Kasat Reskrim, AKP SM Siregar SH lewat telepon selulernya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemerintah Kabupaten Madina, Syamsir Lubis, mengatakan situasi di lokasi banjir saat ini sudah stabil. Sampah kayu besar yang berserakan baik di sungai maupun yang ada di bawah jembatan telah dibersihkan.

Dugaan Praktik Ilegal Loging
Terkait meluapnya  Sungai Hatupangan Polda Sumut menduga hal ini terkait praktik illegal logging. “Kalau dilihat dari pantauan dilapangan air yang naik hingga 2 meter sekaligus menghanyutkan potongan-potongan kayu. Kemungkinan disana ada praktik illegal logging, “ ujar Kabid Humas Poldasu Kombes Pol Raden Heru Prakoso, kemarin.

Meski demikian, Polda Sumut belm akan menurunkan tim untuk melakukan penyelidikan atas adanya dugaan praktik illegal logging tersebut. “Kita tidak ada menurunkan Tim untuk melakukan penyelidikan. Semua diserahkan kepada satuan wilayah masing-masing,” ucap Heru lagi.

Dijelaskan Heru, Bila ada terbukti adanya temuan dengan dugaan praktik illegal logging Polres selaku yang menguasai wilayahnya akan mengusutnya. “Bila dari hasil temuan Polres tidak mampu untuk menyelidikinya, Pihak Polres akan meminta bantuan ke Polda Sumut. Yang kemudian akan mengerahkan Satuan Brimob yang terdekat,” beber Heru.

Sementara, menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I. Kondisi cuaca di Sumut saat ini kerap berubah-ubah. Meskipun di siang hari suhu udara kadang menyengat namun potensi hujan lebat khususnya di daerah pegunungan sangat berpeluang terjadi. Dimana, sangat berpotensi terjadinya luapan di sungai-sungai yang mengalir di Kota Medan seperti halnya sungai Deli, Babura dan Sungai Mencirim di Sunggal.

“Masyarakat memang harus senantiasa waspada. Apalagi disaat curah hujan di pegunungan tinggi karena dapat membuat banjir kiriman akibat meluapnya sungai-sungai tersebut,” ujar Hartanto, Kepala data dan informasi (Datin) pada BMKG wilayah I stasiun Bandara Polonia Medan, Jum’at (20/5).

Dikatakan Hartanto, berdasarkan pengalaman sebelumnya, kalau berhari-hari terjadi panas, bakal muncul hujan-hujan disertai petir dan angin kencang. Hal tersebut perlu diwaspadai khususnya di kawasan pergunungan seperti Sembahe.

Sementara itu, pasca banjir bandang di Sungai Bingai, Kabupaten Langkat, hingga Jumat (20/5), jenazah Abdon Nugroho (24), belum juga berhasil ditemukan.

Bahkan, pencarian terhadap pengantin peria ini, terpaksa dihentikan disebabkan cuaca buruk di daerah Pantai Pai tersebut. Untuk itu, petugas dari Polsek Sei Bigai, hanya dapat menunggu dan berharap agar jenazah korban dapat timbul dan ditemukan oleh masyarakat sekitar aliran Sungai Bingai.

“Sekarang ini pencarian kita tunda, sebab cuaca yang buruk. Sebab, misi kita saat ini mencari jenazah korban, bukan menambah korban jiwa. Untuk itu, kita akan tetap mencari jika nantinya cuaca sudah mulai membaik,”ujar Kapolsek Selesai, AKP M Sihombing via selulernya.

Lebih jauh dikatakan M Sihombing, dikarenakan cuaca buruk, Tim Sar juga sudah tidak lagi melakukan pencarian. “Saat ini kita hanya dapat menunggu dan berharap agar mayat tersebut segera timbul ke permukaan seperti mayat sebelumnya,”ucapnya.(rid/wan/smg/adl/ari/dan)

Korban Selamat Banjir Bandang Kapok Menambang Emas Liar

MANDAILING NATAL-Kondisi Ebit (39) warga Sukabumi, salah satu korban selamat dari bencana banjir bandang yang menewaskan 4 penambang emas di Desa Sopo Tinjak, Batang Natal, Kabupaten Mandailing Natal (Madina) pada hari Rabu (18/5) sore lalu, mengalami kemajuan berarti. Luka parah yang dideritanya sedang dirawat intensif di Rumah Sakit (RS) Alkhoir di Desa Sarakmatua, Kecamatan Panyabungan.

Kepada METRO TABAGSEL (grup Sumut Pos), Ebit mengeluh masih merasakan sakit di kepalanya masih pusing dan nyeri di seluruh tubuh akibat gesekan kayu dan batu besar. Setelah kejadian maut itu, Ebit mengaku kapok menambang emas ilegal dan bila nanti benar-benar sembuh, ingin pulang ke kampung halamanya di Sukabumi, Jawa Barat (Jabar). Meski punya pengalaman 10 tahun menambang emas ilegal di kampung halamannya, ayah dua anak ini berusia 6 tahun dan 4 tahun ini berjanji tak akan melakukan hal yang sama dimanapun.

Ebit menceritakan ikhwal dirinya ikut ke penambangan emas liar di Batang Natal. April 2011 lalu dirinya diajak Yasa kusuma alias Auoh (47) untuk menambang di Madina.

Diceritakan Ebit, sejak tiba di Madina, dia dan rekannya  Mansyur alias Holil (46), Yasa (47), Masno alias Enuh (35) dan Dulo (45), keempatnya meninggal dunia, belum pernah sekalipun berhasil memperoleh emas. Sepekan menambang, biaya makannya ditanggung pemilik lubang dan dirinya tak tau siapa orangnya.

“Saya hanya bekerja pak karena di kampung tak ada pekerjaan lagi dan saya makan dari belanja yang dibawa kawan-kawan dan saya tak tau siapa bosnya,” akunya. “Saya tak punya apa-apa bang, untuk pulang saja saya tak tau bagaimana lagi,” tambahnya.

Sementara itu, keempat kawan Ebit yang meninggal dunia yakni telah diantar ke Sukabumi pada Kamis (19/5) malam kemarin sekitar pukul 23.00 WIB, dan yang mengantarnya adalah kawan Ebit  yang selamat dan dalam kondisi luka ringan yaitu Jefri.
“Si Jefri telah pulang mengantar jenazah kawan kami, kemarin dia pamit dan janji akan datang lagi menjenguk saya,” tambah Ebit.

Direktur RSUD Panyabungan, drg Ismail Lubis melalui staf di ruang mayat, Parmin, membenarkan bahwa ke empat mayat korban banjir di Sopo Tinjak telah diantar pulang ke rumah duka di Sukabumi melalui Bandara Minangkabau di Pariaman Padang, Propinsi Sumatera Barat.

“Kemarin malam (Kamis malam) ke empat mayat itu telah diantar pulang oleh seseorang yang mengaku keluarganya ditemani oleh Direktur RS Alkhoir, dan mereka lewat Bandara Padang,” sebut Parmin.

Pemilik Lubang Diamankan
Sementara, pemilik lubang tempat para pekerja yang dihantam banjir bandang tersebut adalah Jhon Edi alias Kabang (33), warga Kelurahan Sipolupolu,Kecamatan Panyabungan saat ini diamankan di tahanan Mapolres Madina untuk dimintai keterangan seputar bencana alam yang mengakibatkan tewasnya empat penambang liar di Gunung Desa Sopo Tinjak.
“Pemilik lubang sedang diperiksa di Mapolres, dan dia sebagai tersangka illegal mining (tambang liar),” ujar Kapolres Madina, AKBP Ahmad Fauzi Dalimunthe SIK melalui Kasat Reskrim, AKP SM Siregar SH lewat telepon selulernya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemerintah Kabupaten Madina, Syamsir Lubis, mengatakan situasi di lokasi banjir saat ini sudah stabil. Sampah kayu besar yang berserakan baik di sungai maupun yang ada di bawah jembatan telah dibersihkan.

Dugaan Praktik Ilegal Loging
Terkait meluapnya  Sungai Hatupangan Polda Sumut menduga hal ini terkait praktik illegal logging. “Kalau dilihat dari pantauan dilapangan air yang naik hingga 2 meter sekaligus menghanyutkan potongan-potongan kayu. Kemungkinan disana ada praktik illegal logging, “ ujar Kabid Humas Poldasu Kombes Pol Raden Heru Prakoso, kemarin.

Meski demikian, Polda Sumut belm akan menurunkan tim untuk melakukan penyelidikan atas adanya dugaan praktik illegal logging tersebut. “Kita tidak ada menurunkan Tim untuk melakukan penyelidikan. Semua diserahkan kepada satuan wilayah masing-masing,” ucap Heru lagi.

Dijelaskan Heru, Bila ada terbukti adanya temuan dengan dugaan praktik illegal logging Polres selaku yang menguasai wilayahnya akan mengusutnya. “Bila dari hasil temuan Polres tidak mampu untuk menyelidikinya, Pihak Polres akan meminta bantuan ke Polda Sumut. Yang kemudian akan mengerahkan Satuan Brimob yang terdekat,” beber Heru.

Sementara, menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I. Kondisi cuaca di Sumut saat ini kerap berubah-ubah. Meskipun di siang hari suhu udara kadang menyengat namun potensi hujan lebat khususnya di daerah pegunungan sangat berpeluang terjadi. Dimana, sangat berpotensi terjadinya luapan di sungai-sungai yang mengalir di Kota Medan seperti halnya sungai Deli, Babura dan Sungai Mencirim di Sunggal.

“Masyarakat memang harus senantiasa waspada. Apalagi disaat curah hujan di pegunungan tinggi karena dapat membuat banjir kiriman akibat meluapnya sungai-sungai tersebut,” ujar Hartanto, Kepala data dan informasi (Datin) pada BMKG wilayah I stasiun Bandara Polonia Medan, Jum’at (20/5).

Dikatakan Hartanto, berdasarkan pengalaman sebelumnya, kalau berhari-hari terjadi panas, bakal muncul hujan-hujan disertai petir dan angin kencang. Hal tersebut perlu diwaspadai khususnya di kawasan pergunungan seperti Sembahe.

Sementara itu, pasca banjir bandang di Sungai Bingai, Kabupaten Langkat, hingga Jumat (20/5), jenazah Abdon Nugroho (24), belum juga berhasil ditemukan.

Bahkan, pencarian terhadap pengantin peria ini, terpaksa dihentikan disebabkan cuaca buruk di daerah Pantai Pai tersebut. Untuk itu, petugas dari Polsek Sei Bigai, hanya dapat menunggu dan berharap agar jenazah korban dapat timbul dan ditemukan oleh masyarakat sekitar aliran Sungai Bingai.

“Sekarang ini pencarian kita tunda, sebab cuaca yang buruk. Sebab, misi kita saat ini mencari jenazah korban, bukan menambah korban jiwa. Untuk itu, kita akan tetap mencari jika nantinya cuaca sudah mulai membaik,”ujar Kapolsek Selesai, AKP M Sihombing via selulernya.

Lebih jauh dikatakan M Sihombing, dikarenakan cuaca buruk, Tim Sar juga sudah tidak lagi melakukan pencarian. “Saat ini kita hanya dapat menunggu dan berharap agar mayat tersebut segera timbul ke permukaan seperti mayat sebelumnya,”ucapnya.(rid/wan/smg/adl/ari/dan)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/