25 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

4 Penambang Emas Tewas Terjepit Kayu

Diterjang Air Bah Hutupangan Mandailing Natal

MANDAILING NATAL-Sungai Hatupangan, di Desa Sopo Tinjak, Kecamatan Batang Natal, Kabupaten Mandailing Natal, memakan korban jiwa. Empat penambang emas yang memang banyak beraktivitas di sepanjang daerah aliran sungai itu tewas disapu air bah, Rabu (18/5) sekira pukul 17.00 WIB. Sementara 5 penambang lainnya selamat.

Keempat korban tewas masing-masing Mansyur alias Holil (46), Yasa kusuma alias Auoh (47), Masno alias Enuh (35) dan Dulo (45), keempatnya warga Sukabumi, Jawa Barat. Sementara yang selamat yakni Ebit (39), mengalami luka parah, Arsidin alias Jefri (39), mengalami luka ringan, keduanya juga warga Sukabumi saat ini dirawat intensif di Rumah Sakit Alkhoir di Desa Sarakmatua, Kecamatan Panyabungan. Sedangkan tiga penambang lainnya merupakan warga Desa Sopo Tinjak yaitu Saka (36), Lili (42) dan Khoir (34), juga selamat setelah berhasil menyelamatkan diri dan pulang ke kampungnya di Desa Sopo Tinjak.

Air bah didahului dengan hujan deras yang berlangsung sepanjang Rabu (18/5) di kawasan hulu Sungai Hatupangan di Desa Sopotinjak, Batang Natal, Mandailing Natal. Luapan air mulai terjadi pada sekitar pukul 16.00 WIB. Akibatnya, air Sungai Hatupangan naik hingga kedalaman sekitar 2 meter sekaligus menghanyutkan potongan-potongan kayu.

Darman (40), warga desa di sekitar lokasi mengatakan, hujan deras mulai pukul 13.00 WIB sehingga air Sungai Hatupangan meluap dan menghanyutkan kayu besar sementara basecamp penambang dekat dengan sungai tersebut.
”Dari siang hujan deras terus datang dan tak lama kemudian saya memperoleh kabar dari warga bahwa penambang yang ada di hutan hanyut terbawa air sungai kemudian bersama warga yang lain kami menuju lokasi untuk mencari penambang itu,” kata Darman.

“Banjir itu membawa batang-batang kayu dari hulu,” sambung Kepala Desa Sopotinjak, Suharman Nasution, kepada wartawan. Pada saat kejadian, empat orang korban sedang berkumpul bersama sembilan orang teman-temannya di pondok yang berada tidak jauh dari lokasi lubang penggalian tambang emas liar di tepian Sungai Hatupangan. Mereka semua yang ada di pondok itu merupakan pekerja tambang emas liar.

Ketika air bah menerjang pondok peristirahatan, sembilan orang penambang liar itu sempat terbawa arus. Para penambang diketahui hanyut setelah warga melihat Ebit, tergeletak lemas dan kritis di pinggir jalan. Dari cerita Ebit, kalau teman-temannya juga masih berada di sungai hanyut dibawa air. Pencarianpun dilakukan warga bersama polisi dan TNI di bawah guyuran hujan rintik-rintik. Penelusuran disepanjang 1 kilometer dari titik basecamp ke jembatan Hatupangan dilakukan, Rabu (18/5) sekira pukul 23.00 WIB. Warga bersama polisi dan TNI berhasil mengevakuasi Mansyur alias Kholili yang terjepit di tengah kayu besar. Tim evakuasi kemudian mengevakuasi tubuh Mansyur yang sudah bugil dari timpahan potongan-potongan kayu yang menumpuk.

Proses evakuasi sempat terkendal karena banyaknya potongan kayu yang menumpuk dan tertahan di jembatan. Namun, setelah potongan-potongan kayu dipindahkan, jasad Yasa Kusuma alias Auoh berhasil ditemukan dan dievakuasi dalam kondisi sudah tidak bernyawa lagi dan dalam kondisi bugil.

Kamis (19/5) sekira pukul 10.00 WIB giliran jasad Misno Alias Eduh yang dihimpit oleh kayu besar di kolong jembatan ditemukan juga dalam kondisi bugil. Proses evakuasi sempat memakan waktu sekitar 1,5 jam karena tertimpa pptongan-potongan kayu. Baru sekira pukul 11.30 WIB jasad Misno berhasil dievakuasi. Terakhir, adalah jasad Dulo juga ditumpukan kayu di bawah jembatan beton. Keempat mayat saat ini masih berada di RSUD Panyabungan untuk diotopsi.

Kepala Desa Sopo Tinjak, Kecamatan Batang Natal, Suharman Nasution bersama Camat Batang Natal, Azahar Lubis saat dikonfirmasi METRO TAPANULI (Grup Sumut Pos) di lokasi mengatakan keempatnya datang ke Desa Sopo Tinjak secara bersamaan pada tanggal 28 April lalu dan saat itu penambang minta izin untuk melakukan survei emas di hutan yang masih wilayah Desa Sopo Tinjak.

”Keempatnya warga Sukabumi yang datang untuk menyurvey emas dan terakhir saya tahu mereka sudah membuat lubang. Keempatnya dibantu 3 orang warga desa ini,” terang Suharman.

Kapolres Madina, AKBP Ahmad Fauzi Dalimunthe SIK melalui Kasubbag Humas, AKP E Banjarnahor mengatakan, jumlah yang tewas sebanyak 4 orang dan yang selamat 5 orang.

Polisi, katanya, saat ini masih melakukan pengembangan siapa pemilik lubang dan yang berperan membawa korban bekerja sebagai penambang emas liar.

Seorang korban yang selamat, Ebit mengaku, datang ke Desa Sopo Tinjak sekitar sebulan lalu dan diajak oleh Yasa Kusuma alias Auoh. Menurutnya, sebelum kejadian, mereka sedang istirahat. ”Siang itu hujan deras datang sehingga kami terpaksa istirahat dari pekerjaan kami dan berteduh di camp tempat kami menginap,” katanya. Tiba-tiba, katanya, air bah bercampur kayu besar datang menghantam basecamp mereka dan dengan spontan mereka berusaha menghindar dengan melompat dan ternyata upaya yang mereka lakukan tak bisa selamat dari derasnya air sungai.

”Pas air sampai ke camp kami, kami berusaha menyematkan diri dengan berlari ke luar dari camp, namun tak ada satupun diantara kami yang bisa selamat dari derasnya air, sehingga kami terbawa air, dan seingat saya ada sesuatu yang menahan badan saya sehingga saya tersangkut, lalu saya berusaha bertahan dengan memegang akar dan kayu yang di samping saya dan berusaha keluar dari air dan saya berhasil. Tak lama kemudian saya lihat ada beberapa orang mengangkat saya dan tak tahu entah siapa, lalu saya dibawa ke desa dan malam itu juga saya dibawa ke rumah sakit ini,” terang pria yang mengaku memiliki 2 anak dan1 istri itu.

Kerap Meluap

Ternyata Sungai Hatupangan bukan kali ini saja meluap dan membawa bencana bagi masyarakat sekitar sungai. Dari pengakuan warga sekitar sungai ini sering meluap dan menimbulkan banjir setiap tahun dan sudah sering membawa bencana bagi masyarakat. Tahun 2009 lalu, tepatnya bulan puasa, Sungai Hatupangan sempat merusak belasan rumah masyarakat Desa Bulusoma, Kecamatan Batang Natal dekat dengan Desa Sopo Tinjak.
Kini Sungai Hatupangan kembali menelan korban dan kali ini yang menjadi korban bukan warga Madina tetapi penambang emas ilegal yang datang dari Sukabumi ke Desa Sopo Tinjak. (wan/smg)

Diterjang Air Bah Hutupangan Mandailing Natal

MANDAILING NATAL-Sungai Hatupangan, di Desa Sopo Tinjak, Kecamatan Batang Natal, Kabupaten Mandailing Natal, memakan korban jiwa. Empat penambang emas yang memang banyak beraktivitas di sepanjang daerah aliran sungai itu tewas disapu air bah, Rabu (18/5) sekira pukul 17.00 WIB. Sementara 5 penambang lainnya selamat.

Keempat korban tewas masing-masing Mansyur alias Holil (46), Yasa kusuma alias Auoh (47), Masno alias Enuh (35) dan Dulo (45), keempatnya warga Sukabumi, Jawa Barat. Sementara yang selamat yakni Ebit (39), mengalami luka parah, Arsidin alias Jefri (39), mengalami luka ringan, keduanya juga warga Sukabumi saat ini dirawat intensif di Rumah Sakit Alkhoir di Desa Sarakmatua, Kecamatan Panyabungan. Sedangkan tiga penambang lainnya merupakan warga Desa Sopo Tinjak yaitu Saka (36), Lili (42) dan Khoir (34), juga selamat setelah berhasil menyelamatkan diri dan pulang ke kampungnya di Desa Sopo Tinjak.

Air bah didahului dengan hujan deras yang berlangsung sepanjang Rabu (18/5) di kawasan hulu Sungai Hatupangan di Desa Sopotinjak, Batang Natal, Mandailing Natal. Luapan air mulai terjadi pada sekitar pukul 16.00 WIB. Akibatnya, air Sungai Hatupangan naik hingga kedalaman sekitar 2 meter sekaligus menghanyutkan potongan-potongan kayu.

Darman (40), warga desa di sekitar lokasi mengatakan, hujan deras mulai pukul 13.00 WIB sehingga air Sungai Hatupangan meluap dan menghanyutkan kayu besar sementara basecamp penambang dekat dengan sungai tersebut.
”Dari siang hujan deras terus datang dan tak lama kemudian saya memperoleh kabar dari warga bahwa penambang yang ada di hutan hanyut terbawa air sungai kemudian bersama warga yang lain kami menuju lokasi untuk mencari penambang itu,” kata Darman.

“Banjir itu membawa batang-batang kayu dari hulu,” sambung Kepala Desa Sopotinjak, Suharman Nasution, kepada wartawan. Pada saat kejadian, empat orang korban sedang berkumpul bersama sembilan orang teman-temannya di pondok yang berada tidak jauh dari lokasi lubang penggalian tambang emas liar di tepian Sungai Hatupangan. Mereka semua yang ada di pondok itu merupakan pekerja tambang emas liar.

Ketika air bah menerjang pondok peristirahatan, sembilan orang penambang liar itu sempat terbawa arus. Para penambang diketahui hanyut setelah warga melihat Ebit, tergeletak lemas dan kritis di pinggir jalan. Dari cerita Ebit, kalau teman-temannya juga masih berada di sungai hanyut dibawa air. Pencarianpun dilakukan warga bersama polisi dan TNI di bawah guyuran hujan rintik-rintik. Penelusuran disepanjang 1 kilometer dari titik basecamp ke jembatan Hatupangan dilakukan, Rabu (18/5) sekira pukul 23.00 WIB. Warga bersama polisi dan TNI berhasil mengevakuasi Mansyur alias Kholili yang terjepit di tengah kayu besar. Tim evakuasi kemudian mengevakuasi tubuh Mansyur yang sudah bugil dari timpahan potongan-potongan kayu yang menumpuk.

Proses evakuasi sempat terkendal karena banyaknya potongan kayu yang menumpuk dan tertahan di jembatan. Namun, setelah potongan-potongan kayu dipindahkan, jasad Yasa Kusuma alias Auoh berhasil ditemukan dan dievakuasi dalam kondisi sudah tidak bernyawa lagi dan dalam kondisi bugil.

Kamis (19/5) sekira pukul 10.00 WIB giliran jasad Misno Alias Eduh yang dihimpit oleh kayu besar di kolong jembatan ditemukan juga dalam kondisi bugil. Proses evakuasi sempat memakan waktu sekitar 1,5 jam karena tertimpa pptongan-potongan kayu. Baru sekira pukul 11.30 WIB jasad Misno berhasil dievakuasi. Terakhir, adalah jasad Dulo juga ditumpukan kayu di bawah jembatan beton. Keempat mayat saat ini masih berada di RSUD Panyabungan untuk diotopsi.

Kepala Desa Sopo Tinjak, Kecamatan Batang Natal, Suharman Nasution bersama Camat Batang Natal, Azahar Lubis saat dikonfirmasi METRO TAPANULI (Grup Sumut Pos) di lokasi mengatakan keempatnya datang ke Desa Sopo Tinjak secara bersamaan pada tanggal 28 April lalu dan saat itu penambang minta izin untuk melakukan survei emas di hutan yang masih wilayah Desa Sopo Tinjak.

”Keempatnya warga Sukabumi yang datang untuk menyurvey emas dan terakhir saya tahu mereka sudah membuat lubang. Keempatnya dibantu 3 orang warga desa ini,” terang Suharman.

Kapolres Madina, AKBP Ahmad Fauzi Dalimunthe SIK melalui Kasubbag Humas, AKP E Banjarnahor mengatakan, jumlah yang tewas sebanyak 4 orang dan yang selamat 5 orang.

Polisi, katanya, saat ini masih melakukan pengembangan siapa pemilik lubang dan yang berperan membawa korban bekerja sebagai penambang emas liar.

Seorang korban yang selamat, Ebit mengaku, datang ke Desa Sopo Tinjak sekitar sebulan lalu dan diajak oleh Yasa Kusuma alias Auoh. Menurutnya, sebelum kejadian, mereka sedang istirahat. ”Siang itu hujan deras datang sehingga kami terpaksa istirahat dari pekerjaan kami dan berteduh di camp tempat kami menginap,” katanya. Tiba-tiba, katanya, air bah bercampur kayu besar datang menghantam basecamp mereka dan dengan spontan mereka berusaha menghindar dengan melompat dan ternyata upaya yang mereka lakukan tak bisa selamat dari derasnya air sungai.

”Pas air sampai ke camp kami, kami berusaha menyematkan diri dengan berlari ke luar dari camp, namun tak ada satupun diantara kami yang bisa selamat dari derasnya air, sehingga kami terbawa air, dan seingat saya ada sesuatu yang menahan badan saya sehingga saya tersangkut, lalu saya berusaha bertahan dengan memegang akar dan kayu yang di samping saya dan berusaha keluar dari air dan saya berhasil. Tak lama kemudian saya lihat ada beberapa orang mengangkat saya dan tak tahu entah siapa, lalu saya dibawa ke desa dan malam itu juga saya dibawa ke rumah sakit ini,” terang pria yang mengaku memiliki 2 anak dan1 istri itu.

Kerap Meluap

Ternyata Sungai Hatupangan bukan kali ini saja meluap dan membawa bencana bagi masyarakat sekitar sungai. Dari pengakuan warga sekitar sungai ini sering meluap dan menimbulkan banjir setiap tahun dan sudah sering membawa bencana bagi masyarakat. Tahun 2009 lalu, tepatnya bulan puasa, Sungai Hatupangan sempat merusak belasan rumah masyarakat Desa Bulusoma, Kecamatan Batang Natal dekat dengan Desa Sopo Tinjak.
Kini Sungai Hatupangan kembali menelan korban dan kali ini yang menjadi korban bukan warga Madina tetapi penambang emas ilegal yang datang dari Sukabumi ke Desa Sopo Tinjak. (wan/smg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/