25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Mapel SBdP, Guru Home Visit Praktik Bikin Pot Bunga

Foto: Istimewa
Bu Guru Nurgayah mengajari anak duduknya proses pembuatan pot bunga dari bahan semen dan handuk/baju bekas, dalam home visit di tengah pandemi Covid-19.

KISARAN, SUMUTPOS.CO – Mengajar mata pelajaran SBdP (Seni Budaya dan Prakarya) di tengah pandemi COVID-19, sungguh membuat Nurgayah Hasibuan, guru kelas 6 SD di di SDN 010089 Sendang Sari, Kecamatan Kisaran Barat, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, mesti pintar berkreasi. Satu strateginya adalah praktik bikin pot bunga dihubungkan dengan materi ajar ‘Selamatkan Makhluk Hidup.’

“Materi pembelajaran ‘Selamatkan Makhluk Hidup’, dengan sub tema ‘Tumbuhan Sumber Kehidupan’, adalah materi ajar semester 1 anak kelas 6. Gimana caranya agar materi itu menarik? Saya merancang kegiatan pembelajaran aktif dengan penerapan unsur MIKiR (Mengalami, Interaksi, Komunikasi, dan Refleksi),” kata Nurgayah, salah satu fasilitator daerah Asahan Program Pintar Tanoto Foundation, kepada Sumut Pos, kemarin.

Jumlah siswa kelas 6 sebanyak 22 orang, dibaginya menjadi 4 kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 5-6 orang.

“Pelajaran saya sampaikan secara luring (luar jaringan=terputus dari jejaring komputer, Red) lewat home visit. Saya mengunjungi salahsatu kelompok kecil siswa di salahsatu rumah yang ditentukan. Di sana, kami praktek membuat pot bunga dari bahan bekas. Pot itu nantinya akan dimanfaatkan untuk tempat menanam tanaman hias yang lagi digemari di tengah pandemi,” jelas guru yang juga peserta pelatihan Pengembangan Budaya Baca Tanoto Foundation ini dengan nada antusias.

Tujuan praktek itu adalah agar siswa lebih trampil membuat pot bunga.
“Sebelum praktek, saya menyampaikan tujuan pembelajaran, manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian menjelaskan cara-cara membuat pot bunga dari bahan bekas. Siswa mendengarkan penjelasan guru. Tentu dengan menerapkan protokol kesehatan, seperti pakai masker dan jaga jarak,” ungkapnya.

Foto: Istimewa
Pot bunga hasil kerja siswa kelas 6 SDN.010089 Sendang Sari, Kecamatan Kisaran Barat, Kabupaten Asahan dalam pembelajaran SBdP membuat pot bunga dari bahan bekas.

Dalam praktek membuat pot bekas, bahan-bahan yang dipakai antara lain handuk, jeans bekas, semen 3 kg, toples bekas, ember, pengaduk semen, dan air secukupnya.

Sambil praktek membuat pot bunga sesuai petunjuk guru, siswa boleh bertanya dan guru menjawab. Setiap kelompok bekerjasama membuat dua buah pot bunga. Pot harus dijemur di terik matahari selama satu hari. “Pot bunga kreasi siswa dapat ditunjukkan dalam kelompok pada pertemuan berikutnya. Pot yang berhasil dibuat dapat langsung digunakan untuk menanam tanaman hiasan, dan siap dipajang di pekarangan rumah,” tuturnya.

Lewat belajar kelompok tersebut, siswa diharapkan dapat mengembangkannya di rumah, dengan membuat berbagai bentuk pot bunga sesuai kreasi masing-masing.

“Selain memenuhi hobi memperindah pekarangan rumah, juga dapat dikembangkan menambah penghasilan. Sehingga kebutuhan ekonomi keluarga yang lagi menurun karena pandemi Covid-19, dapat tertolong,” katanya.

Sambutan orang tua siswa terhadap praktek tersebut, menurutnysa sangat baik. Ortu tampak senang, bahkan ingin ikut mencoba membuat pot bunga.
Hari berikutnya, guru memberikan materi pelajaran yang sama kepada kelompok lain, yang juga terdiri dari 5-6 orang siswa. Dan terus berlanjut, hingga seluruh kelompok siswa telah praktek dan mampu membuat prakarya pot bunga. (mea)

Foto: Istimewa
Bu Guru Nurgayah mengajari anak duduknya proses pembuatan pot bunga dari bahan semen dan handuk/baju bekas, dalam home visit di tengah pandemi Covid-19.

KISARAN, SUMUTPOS.CO – Mengajar mata pelajaran SBdP (Seni Budaya dan Prakarya) di tengah pandemi COVID-19, sungguh membuat Nurgayah Hasibuan, guru kelas 6 SD di di SDN 010089 Sendang Sari, Kecamatan Kisaran Barat, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, mesti pintar berkreasi. Satu strateginya adalah praktik bikin pot bunga dihubungkan dengan materi ajar ‘Selamatkan Makhluk Hidup.’

“Materi pembelajaran ‘Selamatkan Makhluk Hidup’, dengan sub tema ‘Tumbuhan Sumber Kehidupan’, adalah materi ajar semester 1 anak kelas 6. Gimana caranya agar materi itu menarik? Saya merancang kegiatan pembelajaran aktif dengan penerapan unsur MIKiR (Mengalami, Interaksi, Komunikasi, dan Refleksi),” kata Nurgayah, salah satu fasilitator daerah Asahan Program Pintar Tanoto Foundation, kepada Sumut Pos, kemarin.

Jumlah siswa kelas 6 sebanyak 22 orang, dibaginya menjadi 4 kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 5-6 orang.

“Pelajaran saya sampaikan secara luring (luar jaringan=terputus dari jejaring komputer, Red) lewat home visit. Saya mengunjungi salahsatu kelompok kecil siswa di salahsatu rumah yang ditentukan. Di sana, kami praktek membuat pot bunga dari bahan bekas. Pot itu nantinya akan dimanfaatkan untuk tempat menanam tanaman hias yang lagi digemari di tengah pandemi,” jelas guru yang juga peserta pelatihan Pengembangan Budaya Baca Tanoto Foundation ini dengan nada antusias.

Tujuan praktek itu adalah agar siswa lebih trampil membuat pot bunga.
“Sebelum praktek, saya menyampaikan tujuan pembelajaran, manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian menjelaskan cara-cara membuat pot bunga dari bahan bekas. Siswa mendengarkan penjelasan guru. Tentu dengan menerapkan protokol kesehatan, seperti pakai masker dan jaga jarak,” ungkapnya.

Foto: Istimewa
Pot bunga hasil kerja siswa kelas 6 SDN.010089 Sendang Sari, Kecamatan Kisaran Barat, Kabupaten Asahan dalam pembelajaran SBdP membuat pot bunga dari bahan bekas.

Dalam praktek membuat pot bekas, bahan-bahan yang dipakai antara lain handuk, jeans bekas, semen 3 kg, toples bekas, ember, pengaduk semen, dan air secukupnya.

Sambil praktek membuat pot bunga sesuai petunjuk guru, siswa boleh bertanya dan guru menjawab. Setiap kelompok bekerjasama membuat dua buah pot bunga. Pot harus dijemur di terik matahari selama satu hari. “Pot bunga kreasi siswa dapat ditunjukkan dalam kelompok pada pertemuan berikutnya. Pot yang berhasil dibuat dapat langsung digunakan untuk menanam tanaman hiasan, dan siap dipajang di pekarangan rumah,” tuturnya.

Lewat belajar kelompok tersebut, siswa diharapkan dapat mengembangkannya di rumah, dengan membuat berbagai bentuk pot bunga sesuai kreasi masing-masing.

“Selain memenuhi hobi memperindah pekarangan rumah, juga dapat dikembangkan menambah penghasilan. Sehingga kebutuhan ekonomi keluarga yang lagi menurun karena pandemi Covid-19, dapat tertolong,” katanya.

Sambutan orang tua siswa terhadap praktek tersebut, menurutnysa sangat baik. Ortu tampak senang, bahkan ingin ikut mencoba membuat pot bunga.
Hari berikutnya, guru memberikan materi pelajaran yang sama kepada kelompok lain, yang juga terdiri dari 5-6 orang siswa. Dan terus berlanjut, hingga seluruh kelompok siswa telah praktek dan mampu membuat prakarya pot bunga. (mea)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/