26.7 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Polmed Kembangkan Usaha Industri Makanan Ringan Ibu-ibu PKK di Desa Pardamean Sibisa

Berikan Mesin Pengiris dan Peniris Minyak

TOBA, SUMUTPOS.CO – Dosen Politeknik Negeri Medan (Polmed) melakukan pengembangan usaha industri makanan ringan ibu-ibu PKK, khususnya di Desa Pardamean Sibisa, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba. Upaya yang dilakukan dalam rangka mengembangkan usaha dan sekaligus pengabdian kepada masyarakat pada desa binaan sebagai bagian dari tri dharma perguruan tinggi.

PENGABDIAN: Dosen Polmed saat melakukan pengembangan usaha industri makanan ringan di Desa Pardamean Sibisa, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba, baru-baru ini.
PENGABDIAN: Dosen Polmed saat melakukan pengembangan usaha industri makanan ringan di Desa Pardamean Sibisa, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba, baru-baru ini.

Ketua tim pengabdian, Dr Surya Dharma ST MT mengungkapkan, industri makanan ringan yang didorong pengembangan usahanya adalah pengrajin keripik ubi dan pisang. Usaha mikro tersebut saat ini telah menerima pesanan masih dalam jumlah yang kecil per harinya, namun berkeinginan untuk berkembang.

“Mereka menghadapi permasalahan dengan pengiris dan penirisan keripik ubi dan pisang yang telah selesai digoreng, karena memerlukan waktu yang relatif lama yaitu hingga 25-30 menit. Hal itu agar kandungan minyak yang terdapat dalam keripik ubi dan pisang yang telah digoreng benar-benar minimal,” ungkap Surya didampingi anggota tim pengabdian Marlya Fatira AK SE MSi, Dina Arfianti Siregar SE MSi, dan Rezha Destiadi SSn MDs, Minggu (20/12).

Surya melanjutkan, jika kandungan minyak pada dua jenis keripik tersebut cukup tinggi, maka tidak dapat bertahan lama setelah dikemas dalam plastik. Akibatnya, cepat mengeluarkan bau tengik.

“Guna mengatasi persoalan yang dihadapi, maka diperlukan alat pengiris dan peniris minyak untuk keripik yang sudah digoreng. Karena itu, tim pengabdian merancang dan membuat alat tersebut lalu kemudian memberikan kepada mereka,”sambung Surya.

Dia menjelaskan, alat yang dirancang mampu meminimalkan secara lebih optimal kandungan minyak dalam keripik ubi dan pisang. Selain itu, waktu penirisan lebih cepat sehingga dapat mendorong mereka untuk lebih meningkatkan produksinya lagi dan juga dapat menerima pesanan-pesanan yang selama ini ditolak karena permasalahan tersebut.

“Kapasitas alat pengiris yang dibuat mencaoai 50 kg/jam, sedangkan kapasitas mesin peniris minyak hingga 8 kg/proses. Artinya, alat pengiris dan peniris tersebut dapat meniriskan meminimalisir waktu sehingga lebih cepat,” terangnya.

Sementara, anggota tim pengabdian, Dina Arfianti Siregar SE MSi menuturkan, permasalahan lain yang dihadapi usaha kecil menengah tersebut yakni terkait pengemasan. Menurutnya, pengemasan yang lebih baik seperti penggunaan pengemasan vakum makanan lebih meningkatkan ketahanan keripik ubi dan pisang tersebut.

“Solusi mengatasi permasalahan pengemasan, tim pengabdianakan menyediakan dan menghibahkan alat pengemasan plastik atau mesin hand sealer agar dapat bertahan jauh lebih lama,” ujarnya.

Dina mengatakan, persoalan yang juga dihadapi industri makanan ringan tersebut adalah manajemen keuangan. Mereka perlu melakukan penentuan harga berdasarkan perhitungan komponen-komponen biaya produksi, sehingga harga juga benar-benar memberikan untung yang dapat diperkirakan. Di samping itu, mencatat transaksi penjualannya secara terpisah sebagai sebuah usaha supaya keuntungan yang diperoleh dapat dihitung dengan baik untuk perencanaan pengembangan usaha.

“Tim pengabdianakan mem berikan pelatihan dan pendampingan dalam melakukan analisis perhitungan penentuan harga serta pembuatan pembukuan sederhana,” tandas Dina. (ris/azw)

Berikan Mesin Pengiris dan Peniris Minyak

TOBA, SUMUTPOS.CO – Dosen Politeknik Negeri Medan (Polmed) melakukan pengembangan usaha industri makanan ringan ibu-ibu PKK, khususnya di Desa Pardamean Sibisa, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba. Upaya yang dilakukan dalam rangka mengembangkan usaha dan sekaligus pengabdian kepada masyarakat pada desa binaan sebagai bagian dari tri dharma perguruan tinggi.

PENGABDIAN: Dosen Polmed saat melakukan pengembangan usaha industri makanan ringan di Desa Pardamean Sibisa, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba, baru-baru ini.
PENGABDIAN: Dosen Polmed saat melakukan pengembangan usaha industri makanan ringan di Desa Pardamean Sibisa, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba, baru-baru ini.

Ketua tim pengabdian, Dr Surya Dharma ST MT mengungkapkan, industri makanan ringan yang didorong pengembangan usahanya adalah pengrajin keripik ubi dan pisang. Usaha mikro tersebut saat ini telah menerima pesanan masih dalam jumlah yang kecil per harinya, namun berkeinginan untuk berkembang.

“Mereka menghadapi permasalahan dengan pengiris dan penirisan keripik ubi dan pisang yang telah selesai digoreng, karena memerlukan waktu yang relatif lama yaitu hingga 25-30 menit. Hal itu agar kandungan minyak yang terdapat dalam keripik ubi dan pisang yang telah digoreng benar-benar minimal,” ungkap Surya didampingi anggota tim pengabdian Marlya Fatira AK SE MSi, Dina Arfianti Siregar SE MSi, dan Rezha Destiadi SSn MDs, Minggu (20/12).

Surya melanjutkan, jika kandungan minyak pada dua jenis keripik tersebut cukup tinggi, maka tidak dapat bertahan lama setelah dikemas dalam plastik. Akibatnya, cepat mengeluarkan bau tengik.

“Guna mengatasi persoalan yang dihadapi, maka diperlukan alat pengiris dan peniris minyak untuk keripik yang sudah digoreng. Karena itu, tim pengabdian merancang dan membuat alat tersebut lalu kemudian memberikan kepada mereka,”sambung Surya.

Dia menjelaskan, alat yang dirancang mampu meminimalkan secara lebih optimal kandungan minyak dalam keripik ubi dan pisang. Selain itu, waktu penirisan lebih cepat sehingga dapat mendorong mereka untuk lebih meningkatkan produksinya lagi dan juga dapat menerima pesanan-pesanan yang selama ini ditolak karena permasalahan tersebut.

“Kapasitas alat pengiris yang dibuat mencaoai 50 kg/jam, sedangkan kapasitas mesin peniris minyak hingga 8 kg/proses. Artinya, alat pengiris dan peniris tersebut dapat meniriskan meminimalisir waktu sehingga lebih cepat,” terangnya.

Sementara, anggota tim pengabdian, Dina Arfianti Siregar SE MSi menuturkan, permasalahan lain yang dihadapi usaha kecil menengah tersebut yakni terkait pengemasan. Menurutnya, pengemasan yang lebih baik seperti penggunaan pengemasan vakum makanan lebih meningkatkan ketahanan keripik ubi dan pisang tersebut.

“Solusi mengatasi permasalahan pengemasan, tim pengabdianakan menyediakan dan menghibahkan alat pengemasan plastik atau mesin hand sealer agar dapat bertahan jauh lebih lama,” ujarnya.

Dina mengatakan, persoalan yang juga dihadapi industri makanan ringan tersebut adalah manajemen keuangan. Mereka perlu melakukan penentuan harga berdasarkan perhitungan komponen-komponen biaya produksi, sehingga harga juga benar-benar memberikan untung yang dapat diperkirakan. Di samping itu, mencatat transaksi penjualannya secara terpisah sebagai sebuah usaha supaya keuntungan yang diperoleh dapat dihitung dengan baik untuk perencanaan pengembangan usaha.

“Tim pengabdianakan mem berikan pelatihan dan pendampingan dalam melakukan analisis perhitungan penentuan harga serta pembuatan pembukuan sederhana,” tandas Dina. (ris/azw)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/