MEDAN. SUMUTPOS.CO – Prinsip membangun dengan hati menjadi catatan penting disampaikan Plt Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa saat membuka agenda Rapat Pimpinan Wilayah (Rapimwil) dan Sekolah Politik bagi anggota DPRD se-Sumut, di Hotel Santika Dyandra Medan, Sabtu (21/12).
Menurut Suharso, banyak contoh teladan dari para tokoh yang dapat dijadikan acuan agar keberadaan para politisi di lembaga legislatif menjadi diperhitungkan dan penting untuk kemaslahatan bangsa dan negara. Diantaranya seperti Presiden Soekarno serta para legislator terdahulu, khususnya dari PPP yang ia nilai, bekerja dan membangun dengan hati.
“Jadi kita bekerja itu, tanya dulu hati kita. Kepentingannya bukan untuk siapa-siapa, tetapi kepentingan yang besar dan bersama-sama, ikhlas. Itu yang mulai hilang di kita sekarang,” sebut Suharso sekaligus menyampaikan pesan dalam Sekolah Politik tersebut.
Dalam ceritanya, Suharso menyampaikan bagaimana Presiden Soekarno yang menurutnya tidak punya kepentingan untuk membangun kawasan Binaria yang kini menjadi Taman Impian Jaya Ancol, menginginkan adanya tempat bagi rakyatnya untuk berekreasi. Meskipun kawasan tersebut, merupakan ranah pemerintahan provinsi DKI Jakarta.
“Beliau punya visi dan mimpi untuk itu, semata untuk rakyatnya. Karena itu kepada para anggota DPRD se-Sumut, fungsi koreksi itu menjadi penting. Membangun dengan hati, ini harus menjadi pelajaran politik yang pertama, supaya politik kita baik dan benar,” jelasnya.
Tanpa mengedepankan hati, lanjut Ketum DPP PPP, kualitas politisi khususnya anggota dewan akan semakin turun hingga level yang rendah. Termasuk juga para tokoh yang akan maju di Pilkada serentak 2020, harus merelakan diri untuk pembangunan bagi kepentingan rakyatnya.
“Saya yakin masih ada anggota dewan PPP yang punya kemampuan luar biasa. Ketika dia bicara, orang akan mendengar. Ketika dia bicara, gedung parlemen bergetar. Karena saya juga pernah belajar, dari orang yang benar, itulah PPP,” pungkasnya.
Sementara dalam sambutannya, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi menyebutkan, PPP adalah partai yang didirikan para ulama. Terlebih saat ini, partai yang berusia 47 tahun pada 5 Januari 2020 mendatang, berlambang ka’bah. “Kenapa lambangnya ka’bah, karena (ka’bah) merupakan pusat ibadah bagi umat Islam. Makanya yang paling berat itu ya PPP,” singkatnya. Untuk itu Edy berharap PPP dapat kembali bangkit dengan mengedepankan kepentingan umat.
Senada dengan itu, Ketua DPW PPP Sumut Yulizar Parlagutan Lubis atau akrab dispa Puli, mengungkapkan, di tubuh partainya harus dilakukan upaya bersih-bersih. Agar persoalan yang muncul, baik akibat dari luar maupun dari dalam organisasi bisa diselesaikan. “Hari ini kerja kita, membersihkan membersihka ‘virus-virus’ yang menggerogoti PPP. Kepada anggota dewan, jangan pernah berpikir dengan memenuhi kewajiban ke partai, itu sudah selesai. Jangan lupa, partai ini didirikan oleh para ulama. Apalagi saat ini, kita akan menghadapi Pilkada serentak,” sebutnya yangmengingatkan bahwa khittah sebagai partai Islam harus diperkuat seluruh kader.
disampaikan Puli, pihaknya berencana membentuk tim dengan sebutan ‘kopasus’ atau komando pasukan para ustaz, pada Januari 2020. Langkahnya adalah, mengumpulkan para da’i dan ulama, sebagai penunjuk bagi masyarakat dalam hal keagamaan. (adz)