KARO, SUMUTPOS.CO – Kehadiran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di kawasan Gunung Sinabung dimaknai sebagai penyejuk oleh Gubernur Sumatera Utara, Gatot Pujo Nugroho. Apalagi saat SBY berjanji menyediakan dana Rp1 triliun untuk merelokasi empat desa yang mengalami kerusakan terparah.
“Kunjungan kedua kalinya Pak SBY dan ibu adalah penyejuk bagi masyakarat kami yang mengalami musibah bencana ini,” ujar Gatot di depan SBY saat berada di Posko Utama Penanggulangan Bencana Alam Gunung Sinabung, Kamis (23/1) siang.
Gatot mengungkapkan hal itu saat melaporkan kondisi terakhir di Kabupaten Karo terkait erupsi Gunung Sinabung yang telah berlangsung selama empat bulan. “Selama empat bulan ini telah ada 6 kali masa tanggap darurat diperpanjang. Masyarakat yang tinggal dalam radius 5 kilometer pun belum diizinkan pulang,” jelas Gatot.
Dalam sambutannya itu, Gatot juga mengusulkan pada Presiden SBY agar pemerintah pusat menyediakan rumah hunian dan penyediaan lahan baru bagi warga yang gagal panen. “Karena lebih dari 40 persen masyarakat Karo ini bergantung dari pertanian dan perkebunan,” bebernya.
Presiden SBY dihadapan para menteri, gubenur dan bupati mengatakan, berdasarkan rapat kabinet dan juga rapat bersama pemerintah provinsi sebelum berangkat ke Kabanjahe ini, dia sudah mempunyai solusi dan kebijakan dampak Gunung Sinabung.
“Saya melakukan kunjungan ini untuk melihat kondisi saudara-saudara kita. Saya juga akan mengundang pejabat yang terkait untuk membahas tempat relokasi juga bantuan pada saudara-saudara kita. Ini harus pasti,” ucapnya.
Tokoh Adat Harus Dilibatkan
Untuk melakukan relokasi itu, Pemerintah Pusat akan menyediakan dana. “Dana yang kita siapkan Rp1 triliun. Dana ini yang jelas dari anggaran APBN,” tambah SBY.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Pusat data, Informasi, dan humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menambahkan, mengacu arahan presiden berarti ada empat desa yang harus direlokasi permanen. Yakni,Sukameriah (Selatan puncak), Bekerah (Tenggara), Simacem (Timur), dan Mardinding (Barat Daya). Desa-desa tersebut sudah tidak layak lagi untuk dihuni. “Presiden memberikan empat arahan untuk penanganan Sinabung,” terangnya.
Lokasi baru bagi empat desa yang direlokasi hingga tadi malam pukul 24.00 WIB belum juga diketahui. Tadi malam, SBY memang menggelar rapat tertutup dengan gubernur, bupati, dan menteri terkait.
Rencana relokasi ini langsung ditanggapi Dosen Sosiolog USU, Teka Brahmana. Putra Karo ini mengatakan, rencana relokasi korban erupsi Sinabung harus melibatkan para tokoh adat karena bagi masyarakat Karo tanah merupakan harta utama yang sakral.
“Tanah itu harta yang utama sudah menjadi darah daging ibaratnya, punya sejarah dan itu tanah leluhur biasanya,” ujarnya.
Dia menambahkan, relokasi untuk mengatasi penderitaan korban erupsi Sinabung memang hal yang baik, namun harus ada jaminan dari pemerintah. “Ide relokasi baik agar ada aktivitas baru, tapi ini harus dengan unsur kekerabatan dengan melibatkan simpul-simpul ikatan marga untuk membicarakannya. Pemerintah sebagai pendamping, penjamin dan fasilitator, artinya ada jaminan setelah reda mereka bisa kembali ke tanahnya karena sampai kapanpun mereka itu tidak akan mau meninggalkan tanahnya, itulah masyarakat Karo,” katanya.
Antropolog USU, Fikarwin Yuska, juga tak ketinggalan. Dia berpendapat relokasi jangan tergesa-gesa dilakukan. Menurut Ketua Departemen Antropologi USU ini,, yang paling mengetahui untung dan rugi dari relokasi tentu para warga. Sehingga jangan terlalu terburu-buru dalam mengambil langkah relokasi sebagai solusi. Terkadang pihak luar sering mengabaikan pengetahuan dari warga lokal terkait peristiwa yang terjadi dilingkunganya. “Kita sering berpikir bahwa warga desa tidak mengetahui apapun. Pengalaman dari para warga menghadapi sebuah kondisi seperti ini tentu perlu didengar sebelum mengambil keputusan,” katanya.
Yuska menyebutkan bahwa masyarakat lokal tentu memahami seluk beluk daerah yang mereka diami. Terlebih masyarakat lokal Karo yang masih menganut kepercayaan lokal ‘Pemena’. “Ada mahasiswa saya pernah meneliti tentang para penganut Pemena yang melakukan ritual-ritual di sekitar Gunung Sinabung. Hal tersebut tentu perlu ditelaah lebih lanjut,” katanya. Sehingga nilai-nilai yang dianut masyarakat lokal tersebut tetap dijadikan referensi dalam melakukan rencana-rencana menangani bencana tersebut.
Utang Petani Dihapus
Kembali ke SBY, di depan pengungsi dia meminta pada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia untuk penghampusan utang kredit bagi petani. “Tentunya bagi saudara-saudara kita yang terkena dampak Gunung Sinabung, tapi kita akan berkoordinasi dulu dengan BI sesuai undang-undang perbankan,”ucapnya.
SBY juga mengatakan bahwa penggunaan anggaran agar tidak berbenturan dengan hukum kelak, maka harus bisa dipertanggungjawabkan.” Kita meminta agar para kepala daerah dan menteri terkait untuk bersama-sama untuk mencari solusi. Pemerintah kabupaten harus dibekap pemerintah provinsi dan pusat terutama prioritas keselamatan jiwa. Kalau keselamatan harta benda bisa kita ganti,” tegasnya.
SBY juga meminta pada petugas untuk memberikan pelayanan terhadap masyarakat pengungsi di penampungan.” Makan, minum dan air bersih jangan sampai dilalaikan. Masalah penampungan ini adalah masalah psikologis,” ucapnya lagi.
SBY juga meminta pada pemerintah kabupaten dan provinsi untuk membuat taman bermain bagi anak-anak untuk menghibur secara psikologis. “Saya sudah intruksikan kementerian pendidikana agar tidak ada anak-anak yang drop dari sekolah. Oleh karenakan kita pergunakan anggaran bantuan,”ujarnya.
Usai menyampaikan pidatonya, Presiden SBY, keluar dari tenda pertemuan untuk masuk ke tenda makan. Di dalam tenda posko penampungan tersebut SBY, Ani Yudhoyono, dan Ibas menyantap soto Medan dan kue kampung asal Medan. Soto Medan sudah terlebih dipesan karena itu merupakan makanan kesukaannya.
Usai menyantap siang, Presiden SBY dan Ani Yudhoyono, berangkat langsung menuju Masjid Agung Kabanjahe. Saat mau berangkat, SBY sempat menyambangi masyarakat karo dari balik pagar besi kantor DPRD Kabupaten Karo. (rud/amr/put/mag-5/rbb)