26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Rastra Warga Miskin Diendapkan di Balai Desa

ADITIA LAOLI/SUMUT POS
RASTRA: Ina Julianus dan Ina Sorina warga Dusun V, Desa Tetehosi Afia, Kecamatan Gunungsitoli Utara, yang menerima Rastra saat ditemui di kediaman mereka.

GUNUNGSITOLI, SUMUTPOS.CO – Puluhan karung Beras Sejahtera (Rastra) yang diperuntukkan bagi warga kurang mampu diendapkan di Balai Pertemuan umum Desa Tetehosi Afia Kecamatan Gunungsitoli Utara, Kota Gunungsitoli.

Beras jatah orang miskin ini diperkirakan mencapai 300 kilogram, merupakan bantuan Pemerintah pusat (APBN) Tahun Anggaran 2018 yang seharusnya sudah disalurkan kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM), pada bulan Desember 2018.

namun hingga kini, Rastra tersebut masih diendapkan di Balai Desa. Diduga diendapkannya itu disengaja oleh Sekretaris Desa dan mantan Kades.

Hal ini terungkap saat reses anggota DPRD Kota Gunungsitoli bersama beberapa Kepala OPD Pemko Gunungsitoli pada bulan Desember 2018. Saat itu, salah seorang warga mempertanyakan keberadaan beras Rastra yang ada di Balai Desa.

Kepala Dinas Sosial Kota Gunungsitoli, Asieli Zega kepada Sumut Pos di kantornya, Desa Mudik, Gunungsitoli (22/1) mengatakan, berdasarkan laporan yang ia terima pendistribusian Rastra di Desa Tetehosi Afia tahun 2018, sudah terealisasi 100 persen.

“Di Desa Tetehosi Afia ada 302 KPM, dan berdasarkan data administrasi yang kita terima dari aparat desa, pendistribusian Rastra sudah terealisasi”,ungkap Asieli.

Asieli mengakui, persoalan diendapkannya Rasta di Balai Desa juga pernah terungkap saat dirinya bekerja.bahwa persoalan ini pernah terungkap saat dirinya bersama anggota DPRD Kota Gunungsitoli, melaksanakan reses di desa Tetehosi Afia, pada Desember 2018 yang lalu. Namun, pengakuan Sekdes Albert Zega saat itu rastra tersebut bukan ditimbun, namun penyalurannya tertunda.

Asieli membeberkan warga penerima rastra ini bisa digantikan dengan warga lainnya kalau : KPM pindah desa, meninggal dunia dan tidak ada ahli waris, memiliki data ganda dan menolak menerima rastra, melalui musyawarah desa. “Kalau dibilang kelebihan itu tidak mungkin, karena pihak bulog menyalurkan sesuai data KPM”,Pungkasnya.

Terkait persoalan ini, Asieli berjanji akan mendindak lanjuti dengan mengirim tim ke Desa Tetehosi Afia

Memastikan apakah ke 302 KPM tersebut benar-benar telah menerima rastra tersebut. ”Kami segera telusuri, nanti Sekdesnya dipanggil”,Kata Asieli.

Sementara itu, tiga oang warga dusun V Desa Tetehosi Afia, diwawancarai Sumut Pos (Selasa, 22/1) malam, mengaku sudah bertahun-tahun belum pernah menerima bantuan beras rastra. Ketiga janda yang tergolong miskin ini, selain rastra beberapa bantuan lainnya seperti : Program Keluarga Harapan (PKH), Keluarga Indonesia Sehat (KIS) juga belum diterima.

Sementara, Ina Julianus (58) dan Ina Emuri (63) mengaku sudah bertahun-tahun beras rastra belum mereka terima, saat dipertanyakan kepada perangkat desa, namun jawaban yang didapatkan tidak jelas.

Ketiga, Ina Emuri mengharapkan pemerintah agar memperhatikan nasib rakyat miskin di desa-desa, mengingat aparat desa kurang memperhatikan warganya. (mag-5/han)

ADITIA LAOLI/SUMUT POS
RASTRA: Ina Julianus dan Ina Sorina warga Dusun V, Desa Tetehosi Afia, Kecamatan Gunungsitoli Utara, yang menerima Rastra saat ditemui di kediaman mereka.

GUNUNGSITOLI, SUMUTPOS.CO – Puluhan karung Beras Sejahtera (Rastra) yang diperuntukkan bagi warga kurang mampu diendapkan di Balai Pertemuan umum Desa Tetehosi Afia Kecamatan Gunungsitoli Utara, Kota Gunungsitoli.

Beras jatah orang miskin ini diperkirakan mencapai 300 kilogram, merupakan bantuan Pemerintah pusat (APBN) Tahun Anggaran 2018 yang seharusnya sudah disalurkan kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM), pada bulan Desember 2018.

namun hingga kini, Rastra tersebut masih diendapkan di Balai Desa. Diduga diendapkannya itu disengaja oleh Sekretaris Desa dan mantan Kades.

Hal ini terungkap saat reses anggota DPRD Kota Gunungsitoli bersama beberapa Kepala OPD Pemko Gunungsitoli pada bulan Desember 2018. Saat itu, salah seorang warga mempertanyakan keberadaan beras Rastra yang ada di Balai Desa.

Kepala Dinas Sosial Kota Gunungsitoli, Asieli Zega kepada Sumut Pos di kantornya, Desa Mudik, Gunungsitoli (22/1) mengatakan, berdasarkan laporan yang ia terima pendistribusian Rastra di Desa Tetehosi Afia tahun 2018, sudah terealisasi 100 persen.

“Di Desa Tetehosi Afia ada 302 KPM, dan berdasarkan data administrasi yang kita terima dari aparat desa, pendistribusian Rastra sudah terealisasi”,ungkap Asieli.

Asieli mengakui, persoalan diendapkannya Rasta di Balai Desa juga pernah terungkap saat dirinya bekerja.bahwa persoalan ini pernah terungkap saat dirinya bersama anggota DPRD Kota Gunungsitoli, melaksanakan reses di desa Tetehosi Afia, pada Desember 2018 yang lalu. Namun, pengakuan Sekdes Albert Zega saat itu rastra tersebut bukan ditimbun, namun penyalurannya tertunda.

Asieli membeberkan warga penerima rastra ini bisa digantikan dengan warga lainnya kalau : KPM pindah desa, meninggal dunia dan tidak ada ahli waris, memiliki data ganda dan menolak menerima rastra, melalui musyawarah desa. “Kalau dibilang kelebihan itu tidak mungkin, karena pihak bulog menyalurkan sesuai data KPM”,Pungkasnya.

Terkait persoalan ini, Asieli berjanji akan mendindak lanjuti dengan mengirim tim ke Desa Tetehosi Afia

Memastikan apakah ke 302 KPM tersebut benar-benar telah menerima rastra tersebut. ”Kami segera telusuri, nanti Sekdesnya dipanggil”,Kata Asieli.

Sementara itu, tiga oang warga dusun V Desa Tetehosi Afia, diwawancarai Sumut Pos (Selasa, 22/1) malam, mengaku sudah bertahun-tahun belum pernah menerima bantuan beras rastra. Ketiga janda yang tergolong miskin ini, selain rastra beberapa bantuan lainnya seperti : Program Keluarga Harapan (PKH), Keluarga Indonesia Sehat (KIS) juga belum diterima.

Sementara, Ina Julianus (58) dan Ina Emuri (63) mengaku sudah bertahun-tahun beras rastra belum mereka terima, saat dipertanyakan kepada perangkat desa, namun jawaban yang didapatkan tidak jelas.

Ketiga, Ina Emuri mengharapkan pemerintah agar memperhatikan nasib rakyat miskin di desa-desa, mengingat aparat desa kurang memperhatikan warganya. (mag-5/han)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/