33 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Kapolri: Karo dan Tanjungbalai Sudah Kondusif

Foto: Ghata Ginting/Sumut Pos Grup Patung yang tidak ikut dibakar di bagian dalam vihara yang hancur dirusak dan dibakar massa di Tanjungbalai, Jumat (29/7/2016).
Foto: Ghata Ginting/Sumut Pos Grup
Patung yang tidak ikut dibakar di bagian dalam vihara yang hancur dirusak dan dibakar massa di Tanjungbalai, Jumat (29/7/2016).

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Dalam sehari, dua kerusuhan pecah di Sumatera Utara. Pada Jumat (29/7) sore hingga malam, kerusuhan pecah di Tanah Karo. Warga Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat, menyerang Mapolres Karo dan menelan dua korban jiwa. Di hari yang sama, Jumat (29/7) malam, kerusuhan juga pecah di Tanjungbalai. Sedikitnya lima vihara (kelenteng) dibakar warga.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengklaim, dua lokasi kerusuhan di Sumut, yakni Tanjungbalai dan Tanah Karo sudah kondusif. Hal ini diungkapkan, setelah dirinya meninjau dua lokasi tersebut.

“Saya baru saja kembali dari Sumatera Utara, tatanan situasi sudah aman dan kondusif, baik di Tanjung Balai maupun Tanah Karo,” kata Tito di Bandar Udara Halim Perdanaksuma, Cawang, Jakarta Timur, Minggu (31/7).

Tito melanjutkan, saat ini aparat Polri dan TNI tengah ditempatkan di titik-titik rawan konflik agar meredam situasi memanas. Selain itu, ia juga sudah mempertemukan pihak yang bermasalah untuk mencari solusi.

Tito menerangkan, untuk kerusuhan di Tanah Karo, ia menilai ada warga yang menolak relokasi pengungsi di wilayahnya. Karenanya, pihaknya telah melakukan dialog bersama Kapolda, Dandim, dan Bupati setempat.

“Dialog sudah dilakukan melibatkan Wakapolda, Dandim, Kapolres, Bupati, DPR dan lainnya. Intinya warga menghendaki relokasi itu dibicarakan kembali yang di Desa Lingga,” ucap dia.

Tidak jauh berbeda, pada lokasi Tanjungbalai juga dilakukan upaya demikian. Penebalan pasukan baik TNI dan Polri dilakukan. Bahkan, pihaknya melakukan upaya penindakan dengan mengamankan sembilan pelaku tindak pengrusakan.

“Penebalan pasukan sudah dilakukan dari Polri maupun TNI. Kami lokalisir masalahnya. Pertemuan masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat sudah, dan mereka membuat kesepakatan utk menjaga ketertiban di Tanjungbalai,” kata Tito.

Dia juga menyebutkan, aparat Polda Sumut telah mengamankan sembilan warga yang dianggap bertanggung jawab atas kerusuhan dan perusakan di Tanjungbalai ini.

“Ada sembilan orang yang diamankan. Tujuh diduga melakukan penjarahan, dua orang terekam CCTV saat melakukan kekerasan pada saat peristiwa terjadi,” kata Kapolri.

Sementara, Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Erry Nuradi, Pangdam I/BB, Kapolda Sumut, dan FKPD Tanjungbalai, menggelar pertemuan dengan sejumlah tokoh-tokoh masyarakat, agama, pemuda dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Tanjungbalai guna membahas tindak lanjut pascabentrok di Kota Kerang, Minggu (31/7) sekira pukul 10.00 WIB. Dalam kesempatan itu, Erry Nuradi meminta masyarakat untuk menahan diri dan tidak terpancing dengan isu intoleransi (SARA) yang dapat mencederai harmonisasi dan kerukunan umat beragama di Sumut.

Erry juga mengatakan, sehari paska-kerusuhan, kondusifitas di Tanjungbalai telah membaik. “Semua pihak kita harapkan menahan diri. Tidak mengikuti emosi. Jangan sampai kerusuhan memicu konflik antar sesama pemeluk agama. Selama ini, masyarakat Sumut dewasa dalam menyelesaikan konflik agama. Ini harus tetap kita pertahankan, karena ini merupakan salah satu kebanggaan Sumut,” ujar Erry.

Tidak lupa Erry mengimbau masyarakat untuk tidak terpancing aksi provokasi yang dapat mengganggu stabilitas dan keamanan di Sumut.

“Masyarakat juga harus hati-hati dengan propokasi pihak tertentu. Jangan sampai ditunggangi. Kekuatan kita adalah kebersamaan,” pesan Erry.

Erry juga mengatakan, aparat keamanan, baik Polri dan TNI telah melakukan penjagaan di lokasi kejadian, guna mengantisipasi kerusuhan lanjutan. “Pihak-pihak yang bertikai juga sudah diamankan. Kita serahkan kepada pihak terkait untuk menyelesaikan sesuai aturan hukum yang berlaku,” jelas Erry. (mg4/jpnn/ilu/ted)

Foto: Ghata Ginting/Sumut Pos Grup Patung yang tidak ikut dibakar di bagian dalam vihara yang hancur dirusak dan dibakar massa di Tanjungbalai, Jumat (29/7/2016).
Foto: Ghata Ginting/Sumut Pos Grup
Patung yang tidak ikut dibakar di bagian dalam vihara yang hancur dirusak dan dibakar massa di Tanjungbalai, Jumat (29/7/2016).

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Dalam sehari, dua kerusuhan pecah di Sumatera Utara. Pada Jumat (29/7) sore hingga malam, kerusuhan pecah di Tanah Karo. Warga Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat, menyerang Mapolres Karo dan menelan dua korban jiwa. Di hari yang sama, Jumat (29/7) malam, kerusuhan juga pecah di Tanjungbalai. Sedikitnya lima vihara (kelenteng) dibakar warga.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengklaim, dua lokasi kerusuhan di Sumut, yakni Tanjungbalai dan Tanah Karo sudah kondusif. Hal ini diungkapkan, setelah dirinya meninjau dua lokasi tersebut.

“Saya baru saja kembali dari Sumatera Utara, tatanan situasi sudah aman dan kondusif, baik di Tanjung Balai maupun Tanah Karo,” kata Tito di Bandar Udara Halim Perdanaksuma, Cawang, Jakarta Timur, Minggu (31/7).

Tito melanjutkan, saat ini aparat Polri dan TNI tengah ditempatkan di titik-titik rawan konflik agar meredam situasi memanas. Selain itu, ia juga sudah mempertemukan pihak yang bermasalah untuk mencari solusi.

Tito menerangkan, untuk kerusuhan di Tanah Karo, ia menilai ada warga yang menolak relokasi pengungsi di wilayahnya. Karenanya, pihaknya telah melakukan dialog bersama Kapolda, Dandim, dan Bupati setempat.

“Dialog sudah dilakukan melibatkan Wakapolda, Dandim, Kapolres, Bupati, DPR dan lainnya. Intinya warga menghendaki relokasi itu dibicarakan kembali yang di Desa Lingga,” ucap dia.

Tidak jauh berbeda, pada lokasi Tanjungbalai juga dilakukan upaya demikian. Penebalan pasukan baik TNI dan Polri dilakukan. Bahkan, pihaknya melakukan upaya penindakan dengan mengamankan sembilan pelaku tindak pengrusakan.

“Penebalan pasukan sudah dilakukan dari Polri maupun TNI. Kami lokalisir masalahnya. Pertemuan masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat sudah, dan mereka membuat kesepakatan utk menjaga ketertiban di Tanjungbalai,” kata Tito.

Dia juga menyebutkan, aparat Polda Sumut telah mengamankan sembilan warga yang dianggap bertanggung jawab atas kerusuhan dan perusakan di Tanjungbalai ini.

“Ada sembilan orang yang diamankan. Tujuh diduga melakukan penjarahan, dua orang terekam CCTV saat melakukan kekerasan pada saat peristiwa terjadi,” kata Kapolri.

Sementara, Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Erry Nuradi, Pangdam I/BB, Kapolda Sumut, dan FKPD Tanjungbalai, menggelar pertemuan dengan sejumlah tokoh-tokoh masyarakat, agama, pemuda dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Tanjungbalai guna membahas tindak lanjut pascabentrok di Kota Kerang, Minggu (31/7) sekira pukul 10.00 WIB. Dalam kesempatan itu, Erry Nuradi meminta masyarakat untuk menahan diri dan tidak terpancing dengan isu intoleransi (SARA) yang dapat mencederai harmonisasi dan kerukunan umat beragama di Sumut.

Erry juga mengatakan, sehari paska-kerusuhan, kondusifitas di Tanjungbalai telah membaik. “Semua pihak kita harapkan menahan diri. Tidak mengikuti emosi. Jangan sampai kerusuhan memicu konflik antar sesama pemeluk agama. Selama ini, masyarakat Sumut dewasa dalam menyelesaikan konflik agama. Ini harus tetap kita pertahankan, karena ini merupakan salah satu kebanggaan Sumut,” ujar Erry.

Tidak lupa Erry mengimbau masyarakat untuk tidak terpancing aksi provokasi yang dapat mengganggu stabilitas dan keamanan di Sumut.

“Masyarakat juga harus hati-hati dengan propokasi pihak tertentu. Jangan sampai ditunggangi. Kekuatan kita adalah kebersamaan,” pesan Erry.

Erry juga mengatakan, aparat keamanan, baik Polri dan TNI telah melakukan penjagaan di lokasi kejadian, guna mengantisipasi kerusuhan lanjutan. “Pihak-pihak yang bertikai juga sudah diamankan. Kita serahkan kepada pihak terkait untuk menyelesaikan sesuai aturan hukum yang berlaku,” jelas Erry. (mg4/jpnn/ilu/ted)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/