MEDAN, SUMUTPOS.CO — Beberapa pekan terakhir, isu-isu negatif mengarah terhadap kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati Simalungun, Radiapoh Hasiholan Sinaga dan Zonny Waldi (RHS-ZW). Relawan Radiapoh Sinaga-Zonny Waldi (Rasa Ziwa) akhirnya angkat bicara.
Mencermati penggiringan isu yang menyerang pasangan pemimpin baru Kabupaten Simalungun tersebut dari segala sisi, Relawan Rasa Ziwa merasa terpanggil untuk memberi pandangan yang jernih kepada masyarakat. Apalagi baik Radiapoh dan Zonny Waldi, justru mendapat kepercayaan masyarakat untuk memimpin Simalungun melalui Pilkada serentak 2020 lalu.
“Itu tak boleh dibiarkan. Memang benar kita ini negara demokratis yang bebas menyatakan pendapat secara lisan dan tulisan. Tapi kalau narasinya sudah sedemikian dibungkus dan menjurus kepada fitnah dan menghancurkan nama baik pemimpin yang justru terpercaya, maka ini harus dibantah atau bahkan disikapi secara hukum,” kata Pendiri Relawan Rasa-Ziwa, Edison Tamba melalui pernyataan tertulis yang diterima Sumut Pos, Minggu (23/5).
Ia mengurai isu-isu negatif yang kentara dimunculkan tersebut. Diantaranya tudingan bekas tim pemenangan atau tim sukses RHS-ZW menjelma menjadi bupati bayangan.
“Hai penyebar isu negatif, kalian harus pintar, masyarakat sekarang justru sudah lebih cerdas menilai. Partai pendukung atau tim pemenangan memang harus turut berperan mendorong perbaikan pemerintahan untuk kepentingan masyarakat. Bukan untuk kepentingan pribadi,” kata pria yang beken disapa Edoy itu.
Menurut dia, berbagai harapan masyarakat untuk perubahan yang dahulu disampaikan dan ditampung lewat kampanye partai pendukung maupun TS harus dikawal dan direalisasikan ketika calon yang didukung sudah menang dan memimpin.
“Jadi jangan seenaknya sendiri menginterpretasikan bawah TS menjadi bupati bayangan, intervensi atau mencampuri urusan pemerintahan. Jangan karena kalah ‘junjungan kalian’ pada Pilkada lalu, kemudian ingin coba merusak atau seolah balas dendam, itu tak baik dan tak bermanfaat untuk masyarakat Simalungun,” tegas Edoy.
Saat musim kampanye terdahulu, lanjutnya, Relawan Rasa-Ziwa turut serta membantu meyakinkan masyarakat Simalungun bahkan masyarakat Sumut, tentang sosok RHS-ZW yang mampu dan bisa menyejahterakan masyarakat Simalungun.
“Ada pula yang memunculkan narasi keluhan ASN yang merasa diintervensi, dimonitor bahkan menyebut TS meminta-minta proyek dengan tulisan yang narasumbernya tak disebut secara jelas atau mengalibikan narasumber dirahasiakan,” ujarnya.
Pihaknya juga memahami ilmu dan etika jurnalistik. Karenanya jangan kerjaan jurnalistik yang sifatnya mulia kemudian ingin dibelok-belokkan untuk menjadi tameng menghantam.
“Kalau memang benar, ungkap saja siapa ASN yang diintervensi, buktikan saja ada TS yang minta-minta proyek dan laporkan ke penegak hukum bila tindakan tersebut melanggar hukum. Ini kan yang kami cermati ada berita-berita dari media tertentu yang dicaplok kemudian disebar-sebar dibumbui lagi dengan narasi negatif. Tujuannya itu apa? Jadi hentikanlah isu-isu negatif yang sifatnya menyerang RHS-ZW,” ungkapnya.
Ia turut meyakinkan masyarakat Simalungun, bahwa RHS-ZW bukanlah pemimpin antikritik. Justru RHS-ZW membutuhkan kritikan konstruktif pada segala lini.
“Kritik sangat dibutuhkan bila tujuannya mendorong atau membangun. Jika melenceng dari tujuan dan program silakan kritik, dan kami pun akan mengritik bila menyalah dan menyeleweng. Tetapi bukan kesannya merusak citra, pembusukan atau merusak nama baik,” pungkasnya. (prn/ram)