TAPTENG, SUMUTPOS.CO – Kisah sedih terus berlanjut akibat longsor dan banjir bandang di Muara Sibuntuon, Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara. Masya Zebua (4 bulan) anak dari Saut Marito Zebua, hingga hari kedua masih belum ditemukan. Sementara Minggu (23/11/2014), warga lain yang akan ke gereja, harus melewati medan berlumpur untuk beribadah.
Soal bayi yang hilang itu, pencarian terus dilakukan oleh tim Basarnas dan warga di sepanjung aliran Sungai Sosopan Desa Muara Subuntuon. Jika hari ketiga belum berhasil ditemukan, maka pencarian akan dihentikan sementara sesuai prosedur.
“Ya hari ini (kemarin, Red) adalah hari kedua. Akan kita sisir sepanjang pinggiran Sungai Sosopan ini dengan personel yang ada. Kondisi sungai masih kelihatan keruh dan banyak pohon yang tumbang sehingga menyulitkan tim mencari. Akan tetapi, sedaya mampu semuanya akan dikerjakan untuk menemukannya,” kata Ketua Tim Basarnas Sibolga–Tapteng Rio Faisal Simorangkir, kepada New Tapanuli (Sumut Pos Grup) saat ditemui di lokasi bencana longsor dan banjir bandang sembari mengatakan pencarian akan terus dilakukan jika ada permintaan keluarga.
Hari kedua pascabanjir dan longsor, penduduk Desa Muara Subuntuon melakukan ibadah Minggu di gereja, beberapa warga harus melewati lumpur. Lokasi longsor hingga saat ini masih belum dibersihkan. Tak ada alat berat yang dapat masuk ke lokasi diakibatkan sebuah jembatan tak mampu menahan beban jika alat berat lewat.
Camat Sibabangun menambahkan, keempat korban meninggal telah dikebumikan pada Sabtu, (22/11) sekitar pukul 17 .00 WIB, di Dusun I Muara Sibuntuon.
“Hanya saja saat ini masyarakat Desa Sibiobio masih terisolir. Sementara hari Senin merupakan hari pekan, tentu masyarakat kesulitan mengangkut hasil perkebunan. Untuk pembersihan lahan longsor kalau menurut saya seminggu ini belum dapat tuntas, apalagi kalau hujan masih terus turun, tentu akan menggangu aktivitas dan terlebih lagi kalau dikerjakan secara manual, hasilnya pasti tidak maksimal,” jelasnya (ap/smg/rbb)
TAPTENG, SUMUTPOS.CO – Kisah sedih terus berlanjut akibat longsor dan banjir bandang di Muara Sibuntuon, Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara. Masya Zebua (4 bulan) anak dari Saut Marito Zebua, hingga hari kedua masih belum ditemukan. Sementara Minggu (23/11/2014), warga lain yang akan ke gereja, harus melewati medan berlumpur untuk beribadah.
Soal bayi yang hilang itu, pencarian terus dilakukan oleh tim Basarnas dan warga di sepanjung aliran Sungai Sosopan Desa Muara Subuntuon. Jika hari ketiga belum berhasil ditemukan, maka pencarian akan dihentikan sementara sesuai prosedur.
“Ya hari ini (kemarin, Red) adalah hari kedua. Akan kita sisir sepanjang pinggiran Sungai Sosopan ini dengan personel yang ada. Kondisi sungai masih kelihatan keruh dan banyak pohon yang tumbang sehingga menyulitkan tim mencari. Akan tetapi, sedaya mampu semuanya akan dikerjakan untuk menemukannya,” kata Ketua Tim Basarnas Sibolga–Tapteng Rio Faisal Simorangkir, kepada New Tapanuli (Sumut Pos Grup) saat ditemui di lokasi bencana longsor dan banjir bandang sembari mengatakan pencarian akan terus dilakukan jika ada permintaan keluarga.
Hari kedua pascabanjir dan longsor, penduduk Desa Muara Subuntuon melakukan ibadah Minggu di gereja, beberapa warga harus melewati lumpur. Lokasi longsor hingga saat ini masih belum dibersihkan. Tak ada alat berat yang dapat masuk ke lokasi diakibatkan sebuah jembatan tak mampu menahan beban jika alat berat lewat.
Camat Sibabangun menambahkan, keempat korban meninggal telah dikebumikan pada Sabtu, (22/11) sekitar pukul 17 .00 WIB, di Dusun I Muara Sibuntuon.
“Hanya saja saat ini masyarakat Desa Sibiobio masih terisolir. Sementara hari Senin merupakan hari pekan, tentu masyarakat kesulitan mengangkut hasil perkebunan. Untuk pembersihan lahan longsor kalau menurut saya seminggu ini belum dapat tuntas, apalagi kalau hujan masih terus turun, tentu akan menggangu aktivitas dan terlebih lagi kalau dikerjakan secara manual, hasilnya pasti tidak maksimal,” jelasnya (ap/smg/rbb)