25 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Dua Pasutri Tewas Dibawa Longsor, 1 Bayi Hilang

Foto: New Tapanuli/JPNN Jenazah empat korban banjir di Sibabangun, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Indonesia, ditangisi pihak keluarga, Minggu (23/11/2014).
Foto: New Tapanuli/JPNN
Jenazah empat korban banjir di Sibabangun, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Indonesia, ditangisi pihak keluarga, Minggu (23/11/2014).

TAPTENG, SUMUTPOS.CO- Hujan yang terus menerus mengguyur Tapteng sejak Jumat (21/11), membuat perkampungan Dusun I, Desa Sibiobio, Kecamatan Sibabangun, Kabupaten Tapanuli Tengah dilanda banjir bandang.

Lima rumah warga di tertimbun longsor, 4 orang tewas tertimbun dan 1 bayi berusia 4 bulan masih belum ditemukan karena terbawa longsor. Upaya pencarian korban masih dilakukan.

Korban yang ditemukan tewas dua pasangan suami istri (pasutri Saut Marito Zebua (28), istrinya Kimi Delau (22), sedangkan anaknya Masya Zebua alias Butet (4 bulan) belum ditemukan. Dalizato Zebua (22) bersama istrinya Yunita Delau (20).

Kejadian Jumat (21/11) sekitar jam 19.00 Wib secara tiba-tiba air sosopan meluap dan menghantam rumah Marito Zebua dan Dalizato Zebua. Saat itu hujan deras dan gelap. Dua pasutri terlempar dibawa longsor. Jasad mereka ditemukan dalam posisi terpencar dan mengenaskan.

Korban Kimi Delau ditemukan di Desa Garoga Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan di kebun sawit masyarakat dalam posisi telungkup dan hanya memakai celana dalam, Sabtu (22/11) pukul 06.00 Wib, atau sekitar 6 km dari rumahnya.

Sedangkan, Yunita Delau ditemukan dalam posisi telungkup menyangkut di kayu sekitar 1,5 meter dari bibir sungai dalam keadaan telanjang. Korban Marito Zebua dan Dalizato Zebua ditemukan berdampingan sekitar 2,5 km dari rumahnya dengan posisi terlentang masih berpakaian lengkap.

Informasi yang dihimpun awalnya lereng bukit di pinggir sungai tepat di sekitar rumah warga terjadi longsor dan menutupi sebahagian aliran sungai.

Saat itulah, air dari hulu sungai datang dengan deras membawa material menyapu bersih ke 3 rumah yang tepat berada di bantaran sungai. Diduga akibat sebagaian aliran sungai tertimbun longsor menyebabkan air sungai dengan cepat meluap dan menyapu bersih rumah warga.

Di lokasi kejadian tepat di pinggiran sungai, warga yang tinggal hanya 3 kepala keluarga (KK) saja. Diantaranya Ruslin Zebua (30) bersama istri Mislina Gea (28) dan ketujuh anaknya dan korban tewas Marito Zebua (29) bersama istri Kimi Delau (22) dan anaknya Masya Zebua (4 Bulan) masih belum ditemukan. Serta Dalizato Zebua (22) bersama istri Yunita Delau (20) yang merupakan saudara kandung dari Marito Zebua.

Para korban tewas itu merupakan dua keluarga yang rumahnya berada tak jauh dari Sungai Garoga di Desa Sibio-bio, Kecamatan Sibabangun.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tapanuli Tengah, Bonaparte Manurung menyatakan, rumah kedua keluarga ini tersapu air.

“Rumah para korban tersapu air, dan empat yang tewas ditemukan di sekitar sungai. Korban hilang juga dicari di sekitar sungai,” katanya.

“Yang empat orang tewas sudah ditemukan, dan dalam proses pengebumian. Satu orang lagi masih dalam pencarian, bayi usia empat bulan,” kata Manurung kepada wartawan, Sabtu (22/11).

Hujan deras yang turun beberapa hari terakhir menyebabkan air di hulu naik dan membawa batang kayu yang tumbang.

Foto: New Tapanuli/JPNN Dampak banjir bandang di Tapteng, jalan masih berlumpur sehingga warga kesulitan hendak ke melintas, Minggu (23/11/2014).
Foto: New Tapanuli/JPNN
Dampak banjir bandang di Tapteng, jalan masih berlumpur sehingga warga kesulitan hendak ke melintas, Minggu (23/11/2014).

Saat ini tim gabungan petugas TNI, Polri, pemerintah setempat dan warga masih berupaya melakukan pencarian. Tim gabungan juga tengah mengupayakan menyingkirkan material yang menutupi akses transportasi desa. Alat berat sudah berada di lokasi.

“Kondisi medan berat karena perbukitan dan hutan. Daerah Tapanuli Tengah adalah daerah rawan longsor, hampir setiap tahun terjadi longsor dan menimbulkan korban,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, melalui pesan singkat, Sabtu (22/11).

Camat Sibabangun Tulus Panggabean mengaku, sudah mengerahkan semua masyarakat termasuk juga para tim regu penyelamat dari badan penangulangan Bencana Daerah (BPBD) Tapteng. Selain itu dari tim kesehatan yakni petugas kesehatan yang berada  di Desa Muara Sibuntuon serta Kepala Desa Muara Subuntuon, Sellina Simangunsong bersama aparatnya. Menurutnya, tim masih berusaha mencari korban anak–anak. Kepala Dinas Kesehatan Tapteng, Freddy Situmeang yang turun langsung ke lokasi melihat kesiapan tim kesehatan membantu masyarakat yang menjadi korban. Selain itu juga turun dari tim Basarnas dan TNI serta BPBD Tapteng untuk berusaha mencari korban yang hilang.

Hingga berita ini naik cetak anak yang hilang masih belum ditemukan. Informasi yang terakhir diterima bahwa Tim Basarna dibantu TNI dan dari BPBD Tapteng masih melakukan pencarian, sementara hujan masih terus turun hingga malam hari.

 

Foto: Metro Tabagsel/JPNN Banjir  bandang yang melanda Desa Sibio-bio Kecamatan Sibabangun menghancurkan satu jembatan penghubung di Desa Huta Godang Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel).
Foto: Metro Tabagsel/JPNN
Banjir bandang yang melanda Desa Sibio-bio Kecamatan Sibabangun menghancurkan satu jembatan penghubung di Desa Huta Godang Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel).

Jembatan Putus

Banjir Bandang yang menghantam wilayah Tapanuli Tengah (Tapteng), tepatnya di Desa Sibio-bio Kecamatan Sibabangun, juga menghancurkan satu jembatan penghubung antar desa yang terdapat di Desa Huta Godang Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel). Akibatnya, akses jalan dan aktivitas warga jadi terganggu.

Kapolsek Batang Toru, AKP Chobly SH melalui Kanit Reskrim Aiptu Mulyadi mengatakan, sampai saat ini pihaknya sudah memantau dampak akibat dari banjir.

“Untuk kerusakan yang fatal hanya pada jembatan di Huta Godang saja, ada juga sejumlah kebun dan lahan milik warga yang tergenang, namun tidak begitu parah. Dan semuanya sudah kita kordinasikan ke Pemkab Tapsel,” katanya.

Pantauan wartawan, Sabtu (22/11) di Kecamatan Batang Toru, tepatnya di Desa Garoga dan Huta Godang terlihat ratusan warga masih berusaha membersihkan masing-masing kediamannya dari sisa-sisa air dan lumpur yang merendam rumah mereka paska terjadinya banjir besar. Menurut sejumlah warga, banjir mulai terlihat sekitar pukul 20.00 WIB setelah hujan mengguyur wilayah mereka dan surut sekitar pukul 24.00 WIB.

(yza/ab/net/bbs)

Foto: New Tapanuli/JPNN Jenazah empat korban banjir di Sibabangun, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Indonesia, ditangisi pihak keluarga, Minggu (23/11/2014).
Foto: New Tapanuli/JPNN
Jenazah empat korban banjir di Sibabangun, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Indonesia, ditangisi pihak keluarga, Minggu (23/11/2014).

TAPTENG, SUMUTPOS.CO- Hujan yang terus menerus mengguyur Tapteng sejak Jumat (21/11), membuat perkampungan Dusun I, Desa Sibiobio, Kecamatan Sibabangun, Kabupaten Tapanuli Tengah dilanda banjir bandang.

Lima rumah warga di tertimbun longsor, 4 orang tewas tertimbun dan 1 bayi berusia 4 bulan masih belum ditemukan karena terbawa longsor. Upaya pencarian korban masih dilakukan.

Korban yang ditemukan tewas dua pasangan suami istri (pasutri Saut Marito Zebua (28), istrinya Kimi Delau (22), sedangkan anaknya Masya Zebua alias Butet (4 bulan) belum ditemukan. Dalizato Zebua (22) bersama istrinya Yunita Delau (20).

Kejadian Jumat (21/11) sekitar jam 19.00 Wib secara tiba-tiba air sosopan meluap dan menghantam rumah Marito Zebua dan Dalizato Zebua. Saat itu hujan deras dan gelap. Dua pasutri terlempar dibawa longsor. Jasad mereka ditemukan dalam posisi terpencar dan mengenaskan.

Korban Kimi Delau ditemukan di Desa Garoga Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan di kebun sawit masyarakat dalam posisi telungkup dan hanya memakai celana dalam, Sabtu (22/11) pukul 06.00 Wib, atau sekitar 6 km dari rumahnya.

Sedangkan, Yunita Delau ditemukan dalam posisi telungkup menyangkut di kayu sekitar 1,5 meter dari bibir sungai dalam keadaan telanjang. Korban Marito Zebua dan Dalizato Zebua ditemukan berdampingan sekitar 2,5 km dari rumahnya dengan posisi terlentang masih berpakaian lengkap.

Informasi yang dihimpun awalnya lereng bukit di pinggir sungai tepat di sekitar rumah warga terjadi longsor dan menutupi sebahagian aliran sungai.

Saat itulah, air dari hulu sungai datang dengan deras membawa material menyapu bersih ke 3 rumah yang tepat berada di bantaran sungai. Diduga akibat sebagaian aliran sungai tertimbun longsor menyebabkan air sungai dengan cepat meluap dan menyapu bersih rumah warga.

Di lokasi kejadian tepat di pinggiran sungai, warga yang tinggal hanya 3 kepala keluarga (KK) saja. Diantaranya Ruslin Zebua (30) bersama istri Mislina Gea (28) dan ketujuh anaknya dan korban tewas Marito Zebua (29) bersama istri Kimi Delau (22) dan anaknya Masya Zebua (4 Bulan) masih belum ditemukan. Serta Dalizato Zebua (22) bersama istri Yunita Delau (20) yang merupakan saudara kandung dari Marito Zebua.

Para korban tewas itu merupakan dua keluarga yang rumahnya berada tak jauh dari Sungai Garoga di Desa Sibio-bio, Kecamatan Sibabangun.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tapanuli Tengah, Bonaparte Manurung menyatakan, rumah kedua keluarga ini tersapu air.

“Rumah para korban tersapu air, dan empat yang tewas ditemukan di sekitar sungai. Korban hilang juga dicari di sekitar sungai,” katanya.

“Yang empat orang tewas sudah ditemukan, dan dalam proses pengebumian. Satu orang lagi masih dalam pencarian, bayi usia empat bulan,” kata Manurung kepada wartawan, Sabtu (22/11).

Hujan deras yang turun beberapa hari terakhir menyebabkan air di hulu naik dan membawa batang kayu yang tumbang.

Foto: New Tapanuli/JPNN Dampak banjir bandang di Tapteng, jalan masih berlumpur sehingga warga kesulitan hendak ke melintas, Minggu (23/11/2014).
Foto: New Tapanuli/JPNN
Dampak banjir bandang di Tapteng, jalan masih berlumpur sehingga warga kesulitan hendak ke melintas, Minggu (23/11/2014).

Saat ini tim gabungan petugas TNI, Polri, pemerintah setempat dan warga masih berupaya melakukan pencarian. Tim gabungan juga tengah mengupayakan menyingkirkan material yang menutupi akses transportasi desa. Alat berat sudah berada di lokasi.

“Kondisi medan berat karena perbukitan dan hutan. Daerah Tapanuli Tengah adalah daerah rawan longsor, hampir setiap tahun terjadi longsor dan menimbulkan korban,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, melalui pesan singkat, Sabtu (22/11).

Camat Sibabangun Tulus Panggabean mengaku, sudah mengerahkan semua masyarakat termasuk juga para tim regu penyelamat dari badan penangulangan Bencana Daerah (BPBD) Tapteng. Selain itu dari tim kesehatan yakni petugas kesehatan yang berada  di Desa Muara Sibuntuon serta Kepala Desa Muara Subuntuon, Sellina Simangunsong bersama aparatnya. Menurutnya, tim masih berusaha mencari korban anak–anak. Kepala Dinas Kesehatan Tapteng, Freddy Situmeang yang turun langsung ke lokasi melihat kesiapan tim kesehatan membantu masyarakat yang menjadi korban. Selain itu juga turun dari tim Basarnas dan TNI serta BPBD Tapteng untuk berusaha mencari korban yang hilang.

Hingga berita ini naik cetak anak yang hilang masih belum ditemukan. Informasi yang terakhir diterima bahwa Tim Basarna dibantu TNI dan dari BPBD Tapteng masih melakukan pencarian, sementara hujan masih terus turun hingga malam hari.

 

Foto: Metro Tabagsel/JPNN Banjir  bandang yang melanda Desa Sibio-bio Kecamatan Sibabangun menghancurkan satu jembatan penghubung di Desa Huta Godang Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel).
Foto: Metro Tabagsel/JPNN
Banjir bandang yang melanda Desa Sibio-bio Kecamatan Sibabangun menghancurkan satu jembatan penghubung di Desa Huta Godang Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel).

Jembatan Putus

Banjir Bandang yang menghantam wilayah Tapanuli Tengah (Tapteng), tepatnya di Desa Sibio-bio Kecamatan Sibabangun, juga menghancurkan satu jembatan penghubung antar desa yang terdapat di Desa Huta Godang Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel). Akibatnya, akses jalan dan aktivitas warga jadi terganggu.

Kapolsek Batang Toru, AKP Chobly SH melalui Kanit Reskrim Aiptu Mulyadi mengatakan, sampai saat ini pihaknya sudah memantau dampak akibat dari banjir.

“Untuk kerusakan yang fatal hanya pada jembatan di Huta Godang saja, ada juga sejumlah kebun dan lahan milik warga yang tergenang, namun tidak begitu parah. Dan semuanya sudah kita kordinasikan ke Pemkab Tapsel,” katanya.

Pantauan wartawan, Sabtu (22/11) di Kecamatan Batang Toru, tepatnya di Desa Garoga dan Huta Godang terlihat ratusan warga masih berusaha membersihkan masing-masing kediamannya dari sisa-sisa air dan lumpur yang merendam rumah mereka paska terjadinya banjir besar. Menurut sejumlah warga, banjir mulai terlihat sekitar pukul 20.00 WIB setelah hujan mengguyur wilayah mereka dan surut sekitar pukul 24.00 WIB.

(yza/ab/net/bbs)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/