26 C
Medan
Sunday, June 30, 2024

Afalina: Suamiku yang Bunuh Dia…

Seputar Bocah 4 Tahun Tewas Dipenggal di Batangtoru

BATANGTORU-Afalina (35) berkeyakinan bahwa suaminya Patimanoha Halawa (40) yang membunuh anak kandungnya Adi Saputra Halawa (4) yang ditemukan tewas tanpa kepala di dalam kamarnya di Dusun Tamusu, Desa Wek IV, Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan. Adi Saputra merupakan anak paling kecil dari dua bersaudara buah perkawinannya dari suami pertama, sedangkan Patimanoha suami kedua.

Kamis (24/10) sekira pukul 11.30 WIB, ibu kandung korban, yang tinggal di itu diajak bercerita dengan gaya santai di ruang depan Polsek Batangtoru untuk mengambil keterangan seputar kematian anaknya. Petugas polisi bermarga Simanjuntak dan Kanit Intel Polsek Batangtoru Iptu S Siregar yang pandai berbahasa Nias mengajukan pertanyaan kepada ibu kandung korban ini.

Metro Siantar (Grup Sumut Pos) berada di samping Kanit Intel sengaja mendengarkan percakapan tersebut.  Afalina diajak bercerita hingga satu jam atau hingga pukul 12.30 WIB.

Kanit Intel mengajukan pertanyaan seputar keberadaan korban sebelum ditemukan tewas. Apakah korban diikuti ayah tirinya saat berangkat dari ladang. Lalu Afalina mengatakan, korban diikuti ayah tirinya dan saat itu suaminya Patimanoha Halawa membawa parang yang disandang di sebelah kanan pinggangnya.

Patimanoha saat itu juga menuju rumah mereka. Hampir satu jam Patimanoha Halawa meninggalkan dia sendirian di kebun. Tidak lama kemudian, Patimanoha pulang lagi dan kembali menderes karet. Beberapa menit kemudian,  dia bersama suaminya, pulang ke rumah untuk makan siang.
Setiba di rumah, dia bersama suaminya dan dua anak tirinya yang lain hendak makan siang di dapur. Mereka lalu berkumpul di dapur,  dia dan suaminya lalu berteriak dari dapur untuk mengajak korban makan siang. Hanya saja, saat itu tidak ada sahutan dari korban. Lalu mereka bersama-sama masuk ke dalam kamar dan mendekati tubuh korban. Saat itulah dia melihat, korban tidak bernyawa lagi dengan  kepala hilang.

Saat beberapa polisi menanyakan baju yang dikenakan suaminya saat itu dan baju itu sekarang dimana, Afalina mengatakan, suaminya mengenakan baju merah dan celana putih. Hanya kalimat merah dan putih yang bisa dipahami dari penjelasan Afalina ini.
“Merah dan putih,” kata Afalina dilanjutkan lagi dengan Bahasa Nias.

Kanit Intel lalu mempertanyakan dimana baju dan celana yang dikenakan suaminya itu, Afalina mengatakan tidak tahu lagi dimana baju itu sekarang. Begitu juga dengan parang yang selalu dibawa suaminya, Afalina juga mengatakan tidak tahu.

Polisi bermarga Simanjuntak lalu menegaskan bahwa suaminyalah yang membunuh anak kandungnya, dan hal ini ditegaskan kembali Kanit Intel S Siregar dalam bahasa Nias, Afalina terdiam beberapa saat. Namun setelah Kanit Intel kembali mengatakan, kalau dia tidak terus terang, maka suaminya bisa saja nanti memotong lehernya juga, Afalina lalu mengangguk membenarkan.

Afalina juga bercerita, pada malam sebelum kejadian, korban semalaman menangis hingga pagi hari. Hal ini membuat jengkel suaminya, sehingga sempat terucap dari mulut suaminya, potong saja lehernya biar diam. Dan Afalina sempat melawan saat itu dan berujar, kalau memang suaminya berani, potong saja leher anaknya itu.

Usai dimintai keterangan oleh polisi, Metro Siantar dibantu wartawan lainnya dari Nias sempat melakukan wawancara dengan ibu korban. Saat disinggung yang membunuh anak kandungnya merupakan suaminya sendiri, Patimanoha Halawa.
“Hani ha, natenga ia-ia.(Siapa lagi kalau bukan dia),” jawabnya sambil melihat kepada wartawan.(ral/smg)

Seputar Bocah 4 Tahun Tewas Dipenggal di Batangtoru

BATANGTORU-Afalina (35) berkeyakinan bahwa suaminya Patimanoha Halawa (40) yang membunuh anak kandungnya Adi Saputra Halawa (4) yang ditemukan tewas tanpa kepala di dalam kamarnya di Dusun Tamusu, Desa Wek IV, Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan. Adi Saputra merupakan anak paling kecil dari dua bersaudara buah perkawinannya dari suami pertama, sedangkan Patimanoha suami kedua.

Kamis (24/10) sekira pukul 11.30 WIB, ibu kandung korban, yang tinggal di itu diajak bercerita dengan gaya santai di ruang depan Polsek Batangtoru untuk mengambil keterangan seputar kematian anaknya. Petugas polisi bermarga Simanjuntak dan Kanit Intel Polsek Batangtoru Iptu S Siregar yang pandai berbahasa Nias mengajukan pertanyaan kepada ibu kandung korban ini.

Metro Siantar (Grup Sumut Pos) berada di samping Kanit Intel sengaja mendengarkan percakapan tersebut.  Afalina diajak bercerita hingga satu jam atau hingga pukul 12.30 WIB.

Kanit Intel mengajukan pertanyaan seputar keberadaan korban sebelum ditemukan tewas. Apakah korban diikuti ayah tirinya saat berangkat dari ladang. Lalu Afalina mengatakan, korban diikuti ayah tirinya dan saat itu suaminya Patimanoha Halawa membawa parang yang disandang di sebelah kanan pinggangnya.

Patimanoha saat itu juga menuju rumah mereka. Hampir satu jam Patimanoha Halawa meninggalkan dia sendirian di kebun. Tidak lama kemudian, Patimanoha pulang lagi dan kembali menderes karet. Beberapa menit kemudian,  dia bersama suaminya, pulang ke rumah untuk makan siang.
Setiba di rumah, dia bersama suaminya dan dua anak tirinya yang lain hendak makan siang di dapur. Mereka lalu berkumpul di dapur,  dia dan suaminya lalu berteriak dari dapur untuk mengajak korban makan siang. Hanya saja, saat itu tidak ada sahutan dari korban. Lalu mereka bersama-sama masuk ke dalam kamar dan mendekati tubuh korban. Saat itulah dia melihat, korban tidak bernyawa lagi dengan  kepala hilang.

Saat beberapa polisi menanyakan baju yang dikenakan suaminya saat itu dan baju itu sekarang dimana, Afalina mengatakan, suaminya mengenakan baju merah dan celana putih. Hanya kalimat merah dan putih yang bisa dipahami dari penjelasan Afalina ini.
“Merah dan putih,” kata Afalina dilanjutkan lagi dengan Bahasa Nias.

Kanit Intel lalu mempertanyakan dimana baju dan celana yang dikenakan suaminya itu, Afalina mengatakan tidak tahu lagi dimana baju itu sekarang. Begitu juga dengan parang yang selalu dibawa suaminya, Afalina juga mengatakan tidak tahu.

Polisi bermarga Simanjuntak lalu menegaskan bahwa suaminyalah yang membunuh anak kandungnya, dan hal ini ditegaskan kembali Kanit Intel S Siregar dalam bahasa Nias, Afalina terdiam beberapa saat. Namun setelah Kanit Intel kembali mengatakan, kalau dia tidak terus terang, maka suaminya bisa saja nanti memotong lehernya juga, Afalina lalu mengangguk membenarkan.

Afalina juga bercerita, pada malam sebelum kejadian, korban semalaman menangis hingga pagi hari. Hal ini membuat jengkel suaminya, sehingga sempat terucap dari mulut suaminya, potong saja lehernya biar diam. Dan Afalina sempat melawan saat itu dan berujar, kalau memang suaminya berani, potong saja leher anaknya itu.

Usai dimintai keterangan oleh polisi, Metro Siantar dibantu wartawan lainnya dari Nias sempat melakukan wawancara dengan ibu korban. Saat disinggung yang membunuh anak kandungnya merupakan suaminya sendiri, Patimanoha Halawa.
“Hani ha, natenga ia-ia.(Siapa lagi kalau bukan dia),” jawabnya sambil melihat kepada wartawan.(ral/smg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/