SIMALUNGUN- Warga Nagori Karang Sari, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun, marah saat mendengar informasi kalau pelaku pembunuhan Dian (32) adalah warga sekitar. Parahnya, amukan masyarakat sampai melakukan penyerangan ke salah satu rumah milik warga yakni Ucok Gurning (27).
Sutrisno (48) seorang masyarakat mengatakan, telah mencurigai Ucok, pelaku atas kematian Dian. Karena menurut saksi mata yang melihat kejadian, ciri-cirinya menyerupai dengan Ucok. Anehnya, setelah kejadian, Ucok tidak pernah kelihatan. Apalagi Ucok, sangat terkenal di kampung ini sebagai pencuri ulung. Setelah Ucok sering ketangkap tangan mencuri ayam milik warga.
Menurut Sutrisno alias si Puntung, sebelum penemuan mayat Dian di kamar mandi rumahnya. Keponakannya yang bernama Awai (24) sempat melihat seorang laki-laki di dalam rumah tersebut. Sekitar pukul 10.30 WIB, Awai suami dari Sugiarto (28) ingin mengisi pulsa ke warung ke lontong rumah Dian.
Saat itu kedai kelontong Dian dalam keadaan tertutup tapi tidak terkunci. Kemudian Awai teriak memanggil Dian selama 4 kali. Tapi tidak ada jawaban.
Selajutnya, Awai yang ketika itu naik sepedamotor, kemudian mendorong pintu gerbang warung Kelontong Dian. Di dalam kelontong, Awai melihat seorang laki-laki sedang menarik sesuatu ke arah kamar mandi.
“Saat itu Awai melihat laki-laki menarik sesuatu dari warung ke kamar mandi. Tapi, karena tertutupi meja panjang tinggi sekitar 1 meter, Awai mengira kalau yang ditarik pria itu adalah beras. Tak mau menggaggu, kemudian Awai langsung meningglkan kelontong itu,” kata Sutrisno menirukan keponakannya. Rabu (23/2) tengah malam, ratusan masyarakat menyerbu kediaman Ucok. Sayangnya, Ucok saat itu tidak berhasil ditemukan di rumahnya. “Nyawa harus tukar nyawa,” teriak warga ditirukan si Puntung.
Puntung bilang, amukan massa tak terbendung saat itu. Sehingga massa nekat melakukan pengerusakan rumah tempat tinggal Ucok.
Saat massa berhasil masuk kedalam rumah, tak satu pun foto Ucok ditemukan. Kaca di bagian rumah Ucok, hancur terkena lemparan massa.
Malam itu, bapak Ucok, R Gurning dari Kerasaan langsung tiba dilokasi. Ucok adalah anak tunggal. Sedangkan Mamaknya M br Butar-Butar telah meninggalkan sekitar 8 tahun lalu.
Selama ditinggal Mamaknya, Ucok tinggal sendiri di dalam rumah permanen ukuran 5 x 20 meter. “Soal curiga kepada anak saya boleh. Tapi jangan main hakim sendiri. Agar kalian tahu semuanya, sebulan terahir anak Saya, Ucok tinggal ditempat famili di Raya. Tidak mungkin Ucok pelakunya,” tegas G Gurning kepada massa.
Sementara, masyarakat tidak langsung percaya. Masyarakat minta agar Ucok dihadirkan. Kalau memang Ucok tidak bersalah, masyarakat akan memperbaiki rumahnya yang telah dirusaki.
“Ucok dan Rusli (dimintai keterangan di Polsek Bangun), diketahui sudah dua kali ketangkap basah mencuri ayam.
Masyarakat belum puas kalau belum bertemu di Ucok. Ucok dan Rusli sudah dikenal sangat kompak. Kalau memang ucok tidak pelakunya, suruh saja pulang. Ngapain takut,” tegasnya.(osi/smg)
Mimpi, Ibu Masuk Jurang
Sementara itu, sehari sebelum pembunuhan Dian, anaknya Mely (10) pernah bermimpi. “Saya bermimpi, menolong Mamak masuk jurang. Saya dan Dwie (7) berhasil menolong Mamak. Tapi belum pernah ceritakan mimpi itu, kepada Bapak,” ujarnya, Kamis (24/2)
Menurut Mely, kenangan terakhir diberikan sang Mama adalah Kalung, baju dan Gelang kaki. Tapi gelang kaki itu sudah putus. Lalu, Dian juga pernah janji, akan memasak kolak untuk mereka. “Di hari Ulang Tahun ku ke 9 nanti. Ibu berjanji akan memberikan baju. Kemudian makan Roti dan ayam goreng di Kepsi, tepatnya tanggal 4 Maret nanti. Tapi Mamak bilang tidak akan merayakan seperti sebelumnya. Memang sebelumnya, Ulang Tahun ku selalu di rayakan,” katanya menangis.
Masih kata Mely, sebulan lalu Mamaknya pernah mengatakan untuk mengantikannya kalau sudah tidak ada lagi. Ucapan itu keluar dari mulut Dian, ketika Mely dan Dwie berkelahi saling cubit-cubitan.
“Saat Mely dan Dwie berkelahi, saling cubit. Mamak belahin Mely. Mamak bilang, Mely harus mengalah. Mamak bilang kalau dia mati, Kak meli yang menggantikan,” katanya.
Anehnya, Mely dan Dwie menolak permintaan keluarga untuk mencium Dian, sebelum dibawa ke kuburan. Menurut Mely, kalau melihat Mamaknya merasa katakutan. (osi/smg)