30 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Kebakaran Pabrik Mancis, Ibu Korban: Sedih, Rasanya Nyesak di Dada

Sarinten
Ibu Korban

BINJAI, SUMUTPOS.CO – PENYESALAN bercampur kesedihan yang teramat dalam dirasakLnak dan cucunya itu begitu cepat dipanggil sang Khalik. “Begitu cepat Allah memanggil anak saya Yunitasari dan dua cucu saya Vinza Parisyah serta Runisa Saqila,” katanya dengan mata berkaca-kaca.

Selama ini, dijelaskanya, Yunitasari sudah sekitar 8 tahun bekerja di pabrik perakitan korek api tersebut. Selama bekerja, memang Yunita selalu membawa anaknya yang paling bungsu Runisa Saqila (3). Namun, usai abangnya Vinza Parisyah (10) pulang sekolah, barulah menjemput adiknya yang dibawa ibunya di perusahaan home industry itu.

“Biasanya saya yang menjaga, hari itu saya tidak ke rumah mereka dan tidak menjemput mereka. Saya ikhlas, tapi gimana ya, kalau dikenang-kenang lagi dada ini rasanya sesak,” ucapnya dengan terbata-bata.

Dikisahkanya, siang sebelum kejadian, cucunya yang sulung Vinza Parisyah (10), tidak pulang ke rumah mereka yang tak jauh dari lokasi pabrik. Vinza Parisyah, malah ikut menemani adik dan ibunya saat sedang bekerja sembari mengantar nasi untuk makan siang. “Rumah saya jauh, kalau tidakkan kejadian ini tidak menimpa anak dan cucu saya,” lirihnya meneteskan air mata.

Ayahnya yang akan pergi merantau, jelasnya, barupun sampai, langsung kembali lagi mendapat kabar tersebut. “Itu bapaknyapun sampai sekarang tak bisa berkata-kata, sedih rasanya, nyesak didada ini,” tutur wanita berhijab ini.

Bahkan tiga hari berturut-turut, kenangnya kembali, dia selalu datang ke lokasi mengantarkan bakso kesukaan mereka. “Mereka sangat senang,” timpal wanita berkulit kuning langsat ini.

Tiga hari sebelum kejadian, kata dia, Yunita dan cucunya sempat diajak jalan-jalan ke Bukit Lawang, disitu Yunita berulang kali meminta agar dirinya dibontotkan oleh sang ibu. “Bu, nanti saya bontotkan ya,” kata Sarinten, mengenang ucapan Yunita kala itu.

“Mereka terlihat bahagia, tapi kenapa kejadianya seperti ini. Malah, cucu saya begitu bahagia dan selalu tersenyum. Kenapa bisa begini,” timpalnya kembali.

Dirinya berharap, agar proses identifikasi dapat segera terselesaikan. Sehingga, keluarga dapat mengebumikan para korban dengan layak. “Cuma itu harapan saya,” lirinya. (bam)

Sarinten
Ibu Korban

BINJAI, SUMUTPOS.CO – PENYESALAN bercampur kesedihan yang teramat dalam dirasakLnak dan cucunya itu begitu cepat dipanggil sang Khalik. “Begitu cepat Allah memanggil anak saya Yunitasari dan dua cucu saya Vinza Parisyah serta Runisa Saqila,” katanya dengan mata berkaca-kaca.

Selama ini, dijelaskanya, Yunitasari sudah sekitar 8 tahun bekerja di pabrik perakitan korek api tersebut. Selama bekerja, memang Yunita selalu membawa anaknya yang paling bungsu Runisa Saqila (3). Namun, usai abangnya Vinza Parisyah (10) pulang sekolah, barulah menjemput adiknya yang dibawa ibunya di perusahaan home industry itu.

“Biasanya saya yang menjaga, hari itu saya tidak ke rumah mereka dan tidak menjemput mereka. Saya ikhlas, tapi gimana ya, kalau dikenang-kenang lagi dada ini rasanya sesak,” ucapnya dengan terbata-bata.

Dikisahkanya, siang sebelum kejadian, cucunya yang sulung Vinza Parisyah (10), tidak pulang ke rumah mereka yang tak jauh dari lokasi pabrik. Vinza Parisyah, malah ikut menemani adik dan ibunya saat sedang bekerja sembari mengantar nasi untuk makan siang. “Rumah saya jauh, kalau tidakkan kejadian ini tidak menimpa anak dan cucu saya,” lirihnya meneteskan air mata.

Ayahnya yang akan pergi merantau, jelasnya, barupun sampai, langsung kembali lagi mendapat kabar tersebut. “Itu bapaknyapun sampai sekarang tak bisa berkata-kata, sedih rasanya, nyesak didada ini,” tutur wanita berhijab ini.

Bahkan tiga hari berturut-turut, kenangnya kembali, dia selalu datang ke lokasi mengantarkan bakso kesukaan mereka. “Mereka sangat senang,” timpal wanita berkulit kuning langsat ini.

Tiga hari sebelum kejadian, kata dia, Yunita dan cucunya sempat diajak jalan-jalan ke Bukit Lawang, disitu Yunita berulang kali meminta agar dirinya dibontotkan oleh sang ibu. “Bu, nanti saya bontotkan ya,” kata Sarinten, mengenang ucapan Yunita kala itu.

“Mereka terlihat bahagia, tapi kenapa kejadianya seperti ini. Malah, cucu saya begitu bahagia dan selalu tersenyum. Kenapa bisa begini,” timpalnya kembali.

Dirinya berharap, agar proses identifikasi dapat segera terselesaikan. Sehingga, keluarga dapat mengebumikan para korban dengan layak. “Cuma itu harapan saya,” lirinya. (bam)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/