26 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

AQUA Hadir Mendukung Kesehatan di Tengah Masyarakat Langkat (3)

Cegah Stunting, Pilih Makan Sayur Organik

SUMUTPOS.CO – Ada aktivitas dan pemandangan berbeda pada pekarangan rumah warga di Desa Pasar VI Kwala Mencirim, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat. Pot-pot bunga di pekarangan rumah mereka tak lagi berisi tanaman bunga indah, tapi tanaman sayur-sayuran.

LAILA AZIZAH, Langkat

CUACA di Kamis siang itu lumayan terik saat wartawan Sumut Pos menyambangi kediaman Lumaja Saputra Wijaya, di Desa Pasar VI Kwala Mencirim, seusai menemui Kelompok Tani Sehat. Di pekarangan depan rumahnya tampak berbagai tanaman sayuran. Mulai dari bunga kol, bayam, bayam Jepang, sawi pagoda, sawi manis, kangkung, kailan, selada dan lainnya.

Ada juga tanaman Apotik Hidup (tanaman yang memiliki khasiat untuk pengobatan) seperti kencur, temulawak, sambiroto, daun bangun-bangun, lidah buaya, daun jarak, kunyit putih, kunyit kuning, jahe merah, dan lainnya.

Pria yang akrab disapa Pakde ini, sudah dua tahun menanam berbagai sayur-sayuran organik maupun tanaman Apotik Hidup. Padahal sebelumnya, Pakde hanya menanam bunga hias. “Hampir semua bibit tanaman sayuran ini saya dapat dari AQUA melalui SOI,” ujar Pakde menunjukkan tanaman sayurannya kepada wartawan Sumut Pos. SOI atau Sources of Indonesia merupakan mitra pelaksana AQUA.

Pakde mengisahkan, ia awalnya menanam bunga maupun sayuran menggunakan pupuk kimia. Namun setelah bergabung dengan Kelompok Tani Sehat, AQUA melalui SOI memperkenalkan Pakde dengan tanaman organik. Meski penyandang disabilitas (keterbatasan fisik), tak menjadi penghalang baginya. Ini dibuktikan Pakde yang sudah dua kali menyabet juara pertama lomba tanaman pekarangan rumah sistem organik tingkat desa di wilayah itu.

Tanaman Pakde pun disematkan sebagai Dusun Percontohan. “Dulu hobi saya menanam tanaman bunga hias, bonsai, cabai dan terong. Setelah digandeng AQUA dan SOI, saya jadi banyak tahu perkembangan tanaman sayuran, lalu saya tanam di pekarangan rumah hingga akhirnya saya dua kali berturut-turut juara satu selama dua tahun,” kata Pakde.

SAYURAN ORGANIK: Erni dari Kelompok Pekarangan Ibu Kreatif bersama sayuran organik yang ditanam di pekarangan rumahnya.

Pria bertubuh kurus ini digelar ‘Bertangan Dingin’ di desanya ini, karena mampu melakukan inovasi berbagai tanaman. Contohnya saja sawi pagoda yang biasa hidup di udara dingin, namun di tangannya sawi pagoda bisa tumbuh subur. Begitu juga bunga kol yang biasa hidup di daerah dataran tinggi, namun mampu dia tanam subur. Ada lagi tanaman daun bawang yang dia bawa dari Takengon Aceh, dimana udara di sana sama dinginnya dengan Berastagi, Tanah Karo.

“Saya coba melakukan inovasi tanaman sayuran yang biasa tumbuh di udara dingin itu dengan pupuk kompos cair. Setelah saya tanam dan tumbuh subur, saya lalu bagikan ilmu saya dan juga bibitnya ke kawan-kawan petani. Bahkan saya bagikan hasil panen hampir satu desa,” ujar Pakde.

Hasil panen semua tanaman sayuran organik itu, saat ini belum dikomersilkan atau dijual Pakde untuk penghasilan. Namun hanya dikonsumsi Pakde dan keluarga demi mendapatkan kesehatan. Apalagi Pakde mengaku mulai paham dengan isu stunting.

Stunting merupakan sebutan bagi gangguan pertumbuhan pada anak akibat kurangnya asupan nutrisi selama masa pertumbuhan anak. “Hasil tanaman sayur ini saya konsumsi bersama keluarga agar sehat. Saya juga bagi-bagikan ke tetangga. Sayuran organik sangat baik untuk kesehatan, apalagi untuk gizi anak biar tak kekurangan gizi atau stunting,” pungkas Pakde.

Beranjak dari kediaman Pakde, wartawan Sumut Pos kemudian menyambangi kediaman Erni, salah seorang dari Kelompok Pekarangan Ibu Kreatif (PIK) yang juga merupakan binaan AQUA bersama SOI.

Di pekarangan belakang rumah Erni yang berukuran lebar 3×3 meter ini, berbagai tanaman sayuran tampak tumbuh subur. Erni juga baru-baru ini berhasil memenangkan lomba sebagai juara pertama tanaman kreatif yang digelar AQUA saat 17 Agustus lalu di Desa Pasar VI Kwala Mencirim tersebut.

“Pekerjaan saya sebelumnya hanya bertani di ladang orang dengan mendapat upah sangat kecil. Lalu tahun 2019 saya dan suami bercerai. Kemudian masih di tahun 2019 pihak AQUA melalui SOI membuka kelas menjahit bagi ibu-ibu di desa ini agar mandiri. Saya pun ikut. Lalu tahun 2020 saya juga ikut tawaran SOI untuk bergabung di Kelompok Pekarangan Ibu Kreatif. Sekarang hidup dan ekonomi saya benar-benar berubah. Saya mampu membesarkan anak saya meski ditinggal suami waktu itu,” ujar Erni mengawali ceritanya kepada wartawan Sumut Pos.

Sebagai uji coba, awalnya Erni menanam cabai dengan pupuk kompos. Setelah tumbuh subur dan hasilnya cukup lumayan, Erni kemudian menanam bayam, sawi dan selada. Hasil panen mampu membantu kebutuhan dapur Erni. “Jadi hasil panen saya buat untuk kebutuhan saya memasak. Bahkan saya jual ke pasar dengan mempromosikan melalui facebook.

Kemarin saja saya panen kangkung hingga 40 ikat dan bayam 30 ikat untuk saya jual. Itu pun masih kurang memenuhi permintaan konsumen. Jadi saya dapat duitnya, dapat juga sehatnya. Apalagi kalau kalau kita makan sayuran organik bisa mencegah penyakit stunting seperti kata Bu Iren dari SOI,” tutur wanita dua anak ini.

Erni berharap AQUA bersama SOI bisa terus mengayomi warga desanya karena masih banyak yang tidak paham akan manfaat sayuran organik. “Terima kasih kami kepada AQUA dan SOI yang sudah mengubah hidup kami maupun ekonomi kami,” pungkas Erni.

Direktur Eksekutif Sources of Indonesia Renta Morina E. Nababan mengatakan, awal mula terbentuknya Kelompok Pekarangan Ibu Kreatif karena para ibu-ibu di Desa Pasar VI Kwala Mencirim tersebut sangat tertarik dengan aktivitas Kelompok Tani Sehat yang melakukan pertanian secara organik.

“Kami mengedukasi, mendampingi, dan membentuk sebuah Kelompok Pertanian Pekarangan Ramah Lingkungan yang didominasi oleh kaum perempuan yang diberi nama Kelompok Pekarangan Ibu Kreatif (PIK). Kelompok ini berdiri sejak tahun 2020, mulanya kami hanya mengajak ibu-ibu mengelola sampah rumah tangga menjadi eco enzyim, yang dapat dimanfaatkan untuk tanaman pekarangan rumah mereka,” ujar Renta Morina E Nababan.

Selama perjalanan kelompok, lanjutnya, hasil dari pekarangan rumah sendiri terbukti mampu membantu para ibu rumah tangga untuk menyediakan makanan yang lebih sehat di meja makan keluarga masing-masing. “Selain itu sebagian dari hasil panen juga mereka manfaatkan untuk menambah pendapatan keluarga dari hasil penjualan tanaman,” kata Renta Nababan yang akrab dipanggil Iren ini.

Tanaman sehat yang dikelola tersebut, kata Iren, sebenarnya bisa mengurangi resiko penyakit stunting. Sebab, mengkonsumsi makanan sehat, terutama sayuran organik, memberikan dampak kesehatan bagi keluarga para ibu di Desa Pasar VI Kwala Mencirim.

Bicara soal stunting, Kepala Dinas Kesehatan Sumut dr Alwi Mujahit Hasibuan, MKes mengatakan, berdasarkan laporan penimbangan Agustus 2023 dan aplikasi elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) pada tanggal 3 Oktober 2023 tercatat, 26.399 balita stunting dari 609.617 yang diukur atau sekitar 4,3 persen.

Dari 18.402 balita underweight (berat badan kurang) dari 611.238 yang ditimbang atau sekitar 3,01 persen. Lalu, 12.225 balita wasting (gizi kurang) dari 610.132 yang ditimbang dan diukur atau sekitar 2 persen.

Menurut Alwi, banyak cara mencegah stunting sejak dini. Salah satunya mengkonsumsi makanan sehat berupa sayuran organik atau buah yang sangat baik untuk kesehatan. Sebab, selama ini masyarakat secara terus menerus mengkonsumsi sayuran yang mengandung pestisida. “Mengkonsumsi makanan organik tidak hanya mencegah stunting, tapi juga semua penyakit,” kata Alwi kepada wartawan Sumut Pos, Jumat (13/10).

Saat dimintai pendapatnya soal para Kelompok Tani Sehat maupun Kelompok Pekarangan Ibu Kreatif binaan AQUA Langkat yang bertani secara organik, Alwi sangat mengapresiasikannya. Sebab saat ini berbagai negara sudah melakukan pertanian secara organik demi keberlangsungan lingkungan hijau. Tentu saja, kata Alwi, peran stakeholder dan pemerintah terkait juga dibutuhkan untuk pasar organik para petani.

“Kalau kami dari sisi kesehatan sangat mendorong agar para petani seluruh Sumatera Utara, tidak hanya di Langkat, agar mau melakukan pertanian secara organik. Karena organik tidak hanya memberikan keuntungan secara kesehatan, baik itu mencegah stunting, tapi juga mencegah berbagai penyakit lain. Saya sangat apresiasikan para petani di Langkat maupun kepada pihak AQUA,” pungkasnya.

Bicara tentang kesehatan, Corporate Communications Danone Indonesia, Michael Liemena mengatakan, kegiatan para petani di Langkat tersebut, tak hanya bertujuan untuk lingkungan hijau saja, tapi juga untuk kesehatan. Sebab, sayuran organik yang ditanam para petani dan kemudian dikonsumsi, akan berdampak pada kesehatan tubuh yang baik.

“Sayuran organik sangat aman dikonsumsi tubuh karena tidak mengandung kimia. Apalagi Kelompok Tani Sehatan dan Kelompok Pekarangan Ibu Kreatif, rutinitasnya menanam sayuran organik yang sangat baik dikonsumsi. Hal ini tentu sangat tepat dalam pemberian gizi keluarganya, sehingga bila tubuh sehat tentu mampu mencegah berbagai penyakit, termasuk stunting,” kata Michael kepada wartawan Sumut Pos, Kamis (19/10).

Michael mengatakan, kesehatan lain juga bisa diperoleh masyarakat dengan mengkonsumsi air kemasan AQUA. Sebab, air minum AQUA berasal dari pegunungan vulkanik yang secara alami mengandung mineral yang dibutuhkan tubuh.

Seperti diketahui, mineral yang terkandung dalam air memiliki banyak manfaat bagi tubuh manusia misalnya, zinc berfungsi untuk membantu respon imun dan fungsi otak manusia, untuk kalium dapat membantu sistem saraf dan otot tubuh, magnesium dan kalium untuk menjaga jantung dan pembuluh darah, dan berbagai manfaat baik lainnya.

Pengaruh air mineral AQUA terhadap tubuh sangat baik untuk menyehatkan tulang dan otot.

Sebab, menurut penelitian, kalsium dalam air mineral sama efektifnya dengan kalsium dalam susu. Tak hanya itu, dapat menurunkan tekanan darah dalam tubuh, terutama pada penderita hipertensi. Hal ini dikarenakan kandungan kalsium dan magnesium yang tinggi dalam air mineral.

“AQUA hadir memberikan manfaat untuk kesehatan, lingkungan dan masyarakat. Kami tidak hanya mengejar keuntungan atas penjualan produk kami, tapi kami ingin terus berguna bagi masyarakat,” pungkas Michael Liemena. (habis/ila)

SUMUTPOS.CO – Ada aktivitas dan pemandangan berbeda pada pekarangan rumah warga di Desa Pasar VI Kwala Mencirim, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat. Pot-pot bunga di pekarangan rumah mereka tak lagi berisi tanaman bunga indah, tapi tanaman sayur-sayuran.

LAILA AZIZAH, Langkat

CUACA di Kamis siang itu lumayan terik saat wartawan Sumut Pos menyambangi kediaman Lumaja Saputra Wijaya, di Desa Pasar VI Kwala Mencirim, seusai menemui Kelompok Tani Sehat. Di pekarangan depan rumahnya tampak berbagai tanaman sayuran. Mulai dari bunga kol, bayam, bayam Jepang, sawi pagoda, sawi manis, kangkung, kailan, selada dan lainnya.

Ada juga tanaman Apotik Hidup (tanaman yang memiliki khasiat untuk pengobatan) seperti kencur, temulawak, sambiroto, daun bangun-bangun, lidah buaya, daun jarak, kunyit putih, kunyit kuning, jahe merah, dan lainnya.

Pria yang akrab disapa Pakde ini, sudah dua tahun menanam berbagai sayur-sayuran organik maupun tanaman Apotik Hidup. Padahal sebelumnya, Pakde hanya menanam bunga hias. “Hampir semua bibit tanaman sayuran ini saya dapat dari AQUA melalui SOI,” ujar Pakde menunjukkan tanaman sayurannya kepada wartawan Sumut Pos. SOI atau Sources of Indonesia merupakan mitra pelaksana AQUA.

Pakde mengisahkan, ia awalnya menanam bunga maupun sayuran menggunakan pupuk kimia. Namun setelah bergabung dengan Kelompok Tani Sehat, AQUA melalui SOI memperkenalkan Pakde dengan tanaman organik. Meski penyandang disabilitas (keterbatasan fisik), tak menjadi penghalang baginya. Ini dibuktikan Pakde yang sudah dua kali menyabet juara pertama lomba tanaman pekarangan rumah sistem organik tingkat desa di wilayah itu.

Tanaman Pakde pun disematkan sebagai Dusun Percontohan. “Dulu hobi saya menanam tanaman bunga hias, bonsai, cabai dan terong. Setelah digandeng AQUA dan SOI, saya jadi banyak tahu perkembangan tanaman sayuran, lalu saya tanam di pekarangan rumah hingga akhirnya saya dua kali berturut-turut juara satu selama dua tahun,” kata Pakde.

SAYURAN ORGANIK: Erni dari Kelompok Pekarangan Ibu Kreatif bersama sayuran organik yang ditanam di pekarangan rumahnya.

Pria bertubuh kurus ini digelar ‘Bertangan Dingin’ di desanya ini, karena mampu melakukan inovasi berbagai tanaman. Contohnya saja sawi pagoda yang biasa hidup di udara dingin, namun di tangannya sawi pagoda bisa tumbuh subur. Begitu juga bunga kol yang biasa hidup di daerah dataran tinggi, namun mampu dia tanam subur. Ada lagi tanaman daun bawang yang dia bawa dari Takengon Aceh, dimana udara di sana sama dinginnya dengan Berastagi, Tanah Karo.

“Saya coba melakukan inovasi tanaman sayuran yang biasa tumbuh di udara dingin itu dengan pupuk kompos cair. Setelah saya tanam dan tumbuh subur, saya lalu bagikan ilmu saya dan juga bibitnya ke kawan-kawan petani. Bahkan saya bagikan hasil panen hampir satu desa,” ujar Pakde.

Hasil panen semua tanaman sayuran organik itu, saat ini belum dikomersilkan atau dijual Pakde untuk penghasilan. Namun hanya dikonsumsi Pakde dan keluarga demi mendapatkan kesehatan. Apalagi Pakde mengaku mulai paham dengan isu stunting.

Stunting merupakan sebutan bagi gangguan pertumbuhan pada anak akibat kurangnya asupan nutrisi selama masa pertumbuhan anak. “Hasil tanaman sayur ini saya konsumsi bersama keluarga agar sehat. Saya juga bagi-bagikan ke tetangga. Sayuran organik sangat baik untuk kesehatan, apalagi untuk gizi anak biar tak kekurangan gizi atau stunting,” pungkas Pakde.

Beranjak dari kediaman Pakde, wartawan Sumut Pos kemudian menyambangi kediaman Erni, salah seorang dari Kelompok Pekarangan Ibu Kreatif (PIK) yang juga merupakan binaan AQUA bersama SOI.

Di pekarangan belakang rumah Erni yang berukuran lebar 3×3 meter ini, berbagai tanaman sayuran tampak tumbuh subur. Erni juga baru-baru ini berhasil memenangkan lomba sebagai juara pertama tanaman kreatif yang digelar AQUA saat 17 Agustus lalu di Desa Pasar VI Kwala Mencirim tersebut.

“Pekerjaan saya sebelumnya hanya bertani di ladang orang dengan mendapat upah sangat kecil. Lalu tahun 2019 saya dan suami bercerai. Kemudian masih di tahun 2019 pihak AQUA melalui SOI membuka kelas menjahit bagi ibu-ibu di desa ini agar mandiri. Saya pun ikut. Lalu tahun 2020 saya juga ikut tawaran SOI untuk bergabung di Kelompok Pekarangan Ibu Kreatif. Sekarang hidup dan ekonomi saya benar-benar berubah. Saya mampu membesarkan anak saya meski ditinggal suami waktu itu,” ujar Erni mengawali ceritanya kepada wartawan Sumut Pos.

Sebagai uji coba, awalnya Erni menanam cabai dengan pupuk kompos. Setelah tumbuh subur dan hasilnya cukup lumayan, Erni kemudian menanam bayam, sawi dan selada. Hasil panen mampu membantu kebutuhan dapur Erni. “Jadi hasil panen saya buat untuk kebutuhan saya memasak. Bahkan saya jual ke pasar dengan mempromosikan melalui facebook.

Kemarin saja saya panen kangkung hingga 40 ikat dan bayam 30 ikat untuk saya jual. Itu pun masih kurang memenuhi permintaan konsumen. Jadi saya dapat duitnya, dapat juga sehatnya. Apalagi kalau kalau kita makan sayuran organik bisa mencegah penyakit stunting seperti kata Bu Iren dari SOI,” tutur wanita dua anak ini.

Erni berharap AQUA bersama SOI bisa terus mengayomi warga desanya karena masih banyak yang tidak paham akan manfaat sayuran organik. “Terima kasih kami kepada AQUA dan SOI yang sudah mengubah hidup kami maupun ekonomi kami,” pungkas Erni.

Direktur Eksekutif Sources of Indonesia Renta Morina E. Nababan mengatakan, awal mula terbentuknya Kelompok Pekarangan Ibu Kreatif karena para ibu-ibu di Desa Pasar VI Kwala Mencirim tersebut sangat tertarik dengan aktivitas Kelompok Tani Sehat yang melakukan pertanian secara organik.

“Kami mengedukasi, mendampingi, dan membentuk sebuah Kelompok Pertanian Pekarangan Ramah Lingkungan yang didominasi oleh kaum perempuan yang diberi nama Kelompok Pekarangan Ibu Kreatif (PIK). Kelompok ini berdiri sejak tahun 2020, mulanya kami hanya mengajak ibu-ibu mengelola sampah rumah tangga menjadi eco enzyim, yang dapat dimanfaatkan untuk tanaman pekarangan rumah mereka,” ujar Renta Morina E Nababan.

Selama perjalanan kelompok, lanjutnya, hasil dari pekarangan rumah sendiri terbukti mampu membantu para ibu rumah tangga untuk menyediakan makanan yang lebih sehat di meja makan keluarga masing-masing. “Selain itu sebagian dari hasil panen juga mereka manfaatkan untuk menambah pendapatan keluarga dari hasil penjualan tanaman,” kata Renta Nababan yang akrab dipanggil Iren ini.

Tanaman sehat yang dikelola tersebut, kata Iren, sebenarnya bisa mengurangi resiko penyakit stunting. Sebab, mengkonsumsi makanan sehat, terutama sayuran organik, memberikan dampak kesehatan bagi keluarga para ibu di Desa Pasar VI Kwala Mencirim.

Bicara soal stunting, Kepala Dinas Kesehatan Sumut dr Alwi Mujahit Hasibuan, MKes mengatakan, berdasarkan laporan penimbangan Agustus 2023 dan aplikasi elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) pada tanggal 3 Oktober 2023 tercatat, 26.399 balita stunting dari 609.617 yang diukur atau sekitar 4,3 persen.

Dari 18.402 balita underweight (berat badan kurang) dari 611.238 yang ditimbang atau sekitar 3,01 persen. Lalu, 12.225 balita wasting (gizi kurang) dari 610.132 yang ditimbang dan diukur atau sekitar 2 persen.

Menurut Alwi, banyak cara mencegah stunting sejak dini. Salah satunya mengkonsumsi makanan sehat berupa sayuran organik atau buah yang sangat baik untuk kesehatan. Sebab, selama ini masyarakat secara terus menerus mengkonsumsi sayuran yang mengandung pestisida. “Mengkonsumsi makanan organik tidak hanya mencegah stunting, tapi juga semua penyakit,” kata Alwi kepada wartawan Sumut Pos, Jumat (13/10).

Saat dimintai pendapatnya soal para Kelompok Tani Sehat maupun Kelompok Pekarangan Ibu Kreatif binaan AQUA Langkat yang bertani secara organik, Alwi sangat mengapresiasikannya. Sebab saat ini berbagai negara sudah melakukan pertanian secara organik demi keberlangsungan lingkungan hijau. Tentu saja, kata Alwi, peran stakeholder dan pemerintah terkait juga dibutuhkan untuk pasar organik para petani.

“Kalau kami dari sisi kesehatan sangat mendorong agar para petani seluruh Sumatera Utara, tidak hanya di Langkat, agar mau melakukan pertanian secara organik. Karena organik tidak hanya memberikan keuntungan secara kesehatan, baik itu mencegah stunting, tapi juga mencegah berbagai penyakit lain. Saya sangat apresiasikan para petani di Langkat maupun kepada pihak AQUA,” pungkasnya.

Bicara tentang kesehatan, Corporate Communications Danone Indonesia, Michael Liemena mengatakan, kegiatan para petani di Langkat tersebut, tak hanya bertujuan untuk lingkungan hijau saja, tapi juga untuk kesehatan. Sebab, sayuran organik yang ditanam para petani dan kemudian dikonsumsi, akan berdampak pada kesehatan tubuh yang baik.

“Sayuran organik sangat aman dikonsumsi tubuh karena tidak mengandung kimia. Apalagi Kelompok Tani Sehatan dan Kelompok Pekarangan Ibu Kreatif, rutinitasnya menanam sayuran organik yang sangat baik dikonsumsi. Hal ini tentu sangat tepat dalam pemberian gizi keluarganya, sehingga bila tubuh sehat tentu mampu mencegah berbagai penyakit, termasuk stunting,” kata Michael kepada wartawan Sumut Pos, Kamis (19/10).

Michael mengatakan, kesehatan lain juga bisa diperoleh masyarakat dengan mengkonsumsi air kemasan AQUA. Sebab, air minum AQUA berasal dari pegunungan vulkanik yang secara alami mengandung mineral yang dibutuhkan tubuh.

Seperti diketahui, mineral yang terkandung dalam air memiliki banyak manfaat bagi tubuh manusia misalnya, zinc berfungsi untuk membantu respon imun dan fungsi otak manusia, untuk kalium dapat membantu sistem saraf dan otot tubuh, magnesium dan kalium untuk menjaga jantung dan pembuluh darah, dan berbagai manfaat baik lainnya.

Pengaruh air mineral AQUA terhadap tubuh sangat baik untuk menyehatkan tulang dan otot.

Sebab, menurut penelitian, kalsium dalam air mineral sama efektifnya dengan kalsium dalam susu. Tak hanya itu, dapat menurunkan tekanan darah dalam tubuh, terutama pada penderita hipertensi. Hal ini dikarenakan kandungan kalsium dan magnesium yang tinggi dalam air mineral.

“AQUA hadir memberikan manfaat untuk kesehatan, lingkungan dan masyarakat. Kami tidak hanya mengejar keuntungan atas penjualan produk kami, tapi kami ingin terus berguna bagi masyarakat,” pungkas Michael Liemena. (habis/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/