25.6 C
Medan
Sunday, June 2, 2024

500 Ha Persawahan di Asahan Terancam Kering

ASAHAN – Sekitar 500 hektare (Ha) lahan pertanian di Desa Gajah, Kecamatan Meranti, Kabupaten Asahan, terancam kekeringan akibat rusaknya irigasi yang mengaliri sawah.

Hal itu disampaikan Kepala Desa Gajah M Mangunsong saat ditemui METRO (grup Sumut Pos) di kantornya, Rabu (25/1).

Dikatakan dia, pada musim tanam tahun 2011, warga mengalami kerugian besar, soalnya dua kali musim tanam sekitar 50 ha tanaman padi ludes dilalap hama tikus dan sekitar 500 he gagal tanam akibat tidak adanya air karena irigasi tidak berfungsi. Oleh karena itu, pihaknya berharap irigasi dapat segera diperbaiki, agar  pada musim tanam tahun ini warga dapat turun tanam dan berharap mendapat keuntungan guna memenuhi kebutuhan keluarga mereka.
Cuaca tidak menentu (ekstrim), lanjutnya, mempengaruhi pasokan air, sehingga banyak sawah kekeringan. Oleh sebab itu pihaknya mengajak warga melakukan gotong royong membersihkan parit untuk mengalirkan air yang dipumpa dari sungai sambil menunggu pembangunan irigasi yang dijanjikan pemerintah.

Kita berterima kasih kepada Pemkab Asahan yang telah memberikan bantuan mesin sebanyak 2 unit untuk memumpa air, tetapi masih ada juga kendala yaitu air sungai terkadang kering akibat cuaca tidak menentu,” ujar Simagunsong sembari menuturkan, bahwa desa mereka merupakan lubung pangan Asahan.

Untuk 1 ha lahan pertanian, sambungnya, bisa menghasilkan 7 ton padi. Namun karena serangan tikus dan ancaman kekeringan, produksi padi diwilayahnya turun drastis.

Areal persawahan kami terancam tidak bisa ditanami padi, selain tidak adanya pasokan air, hama tikus juga masih menjadi ancaman. “Jadi kami berharap pemerintah secepatnya memperbaiki saluran irigasi yang rusak sehingga warga disini bisa menanam padi kembali,” harap Siagian, seorang perani yang ditemui di lokasi irigasi yang rusak. (sus/smg )

ASAHAN – Sekitar 500 hektare (Ha) lahan pertanian di Desa Gajah, Kecamatan Meranti, Kabupaten Asahan, terancam kekeringan akibat rusaknya irigasi yang mengaliri sawah.

Hal itu disampaikan Kepala Desa Gajah M Mangunsong saat ditemui METRO (grup Sumut Pos) di kantornya, Rabu (25/1).

Dikatakan dia, pada musim tanam tahun 2011, warga mengalami kerugian besar, soalnya dua kali musim tanam sekitar 50 ha tanaman padi ludes dilalap hama tikus dan sekitar 500 he gagal tanam akibat tidak adanya air karena irigasi tidak berfungsi. Oleh karena itu, pihaknya berharap irigasi dapat segera diperbaiki, agar  pada musim tanam tahun ini warga dapat turun tanam dan berharap mendapat keuntungan guna memenuhi kebutuhan keluarga mereka.
Cuaca tidak menentu (ekstrim), lanjutnya, mempengaruhi pasokan air, sehingga banyak sawah kekeringan. Oleh sebab itu pihaknya mengajak warga melakukan gotong royong membersihkan parit untuk mengalirkan air yang dipumpa dari sungai sambil menunggu pembangunan irigasi yang dijanjikan pemerintah.

Kita berterima kasih kepada Pemkab Asahan yang telah memberikan bantuan mesin sebanyak 2 unit untuk memumpa air, tetapi masih ada juga kendala yaitu air sungai terkadang kering akibat cuaca tidak menentu,” ujar Simagunsong sembari menuturkan, bahwa desa mereka merupakan lubung pangan Asahan.

Untuk 1 ha lahan pertanian, sambungnya, bisa menghasilkan 7 ton padi. Namun karena serangan tikus dan ancaman kekeringan, produksi padi diwilayahnya turun drastis.

Areal persawahan kami terancam tidak bisa ditanami padi, selain tidak adanya pasokan air, hama tikus juga masih menjadi ancaman. “Jadi kami berharap pemerintah secepatnya memperbaiki saluran irigasi yang rusak sehingga warga disini bisa menanam padi kembali,” harap Siagian, seorang perani yang ditemui di lokasi irigasi yang rusak. (sus/smg )

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/