25.2 C
Medan
Saturday, June 22, 2024

Lestarikan Budaya Karo Melalui Sapo Angin

SOLIDEO/sumut pos
TINJAU: Bupati Karo Terkelin Brahmana saat meninjau pembangunan Sapo Angin di lingkungan Kantor Bupati Karo.

KARO, SUMUTPOS.CO – Dalam rangka menjaga dan melestarikan peninggalan budaya, Pemerintah Kabupaten Karo, membangun Sapo Angin, bangunan tradisional Suka Karo. Pembangunan Sapo Angin kini masih dalam tahap pengerjaan, di areal halaman Kantor Bupati Karo.

Bupati Karo Terkelin Brahmana mengungkapkan, inisiatif pembangunan Sapo Angin, untuk melestarikan peninggalan budaya Karo. Pembangunan Sapo Angin, tutur Terkelin Brahmana, diserahkan kepada ahli Sapo Angin.

“Ini inspiratif wujud kepedulian nilai-nilai kearifan lokal budaya Karo, membangun Sapo Angin di sekitar lingkungan halaman Kantor Bupati Karo. Ini bertujuan agar masyarakat Karo khususnya yang datang ke Kantor Bupati dapat melihat, minimal tahu bahwa nilai-nilai budaya Karo, pada eranya begitu tinggi makna dan nilainya,” ujar Terkelin Brahmana saat meninjau pembangunan Sapo Angin, Kamis (25/4).

Bupati menyatakan, Sapo Angin tersebut nantinya dimanfaatkan dalam kegiatan di Pemkab Karo dan masyarakat. Dalam pembangunan Sapo Angin, Terkelin menuturkan, material pembangunan, desain diserahkan kepada ahli Sapo Angin, Salmon Sembiring dan Benediktus Sembiring.

“Kita serahkan kepada ahlinya. Kita tinggal terima bersih, sudah siap pakai. Siap digunakan bagi masyarakat, silakan manfaatkan dan ketahui bahwa budaya Karo masih berkibar serta perlu kita lestarikan dan jaga,” imbuh Terkelin.

Tukang Sapo Angin, Salmon Sembiring dan Benediktus Sembiring mengungkapkan sudah puluhan tahun melakoni sebagai tukang Sapo Angin, juga bangunan khas budaya Karo lainnya, seperti Geriten.

Kedua tukang Sapo Angin, menyebutkan, dalam membangun diperlukan kehati-hatian dalam membangung rangka, pondasi bangunan, dan juga dalam membuat ukiran, relief di bangunan Sapo Angin.

“Sapo Angin yang kami buat biasanya tergantung si pemilik. Tapi kebanyakan yang kami terima orderan itu bahan-bahan yang dibutuhkan berasal dari kami. Sekarang ini bangunan 2,5 meter x 2,5 meter, yang dibangun dengan semua bahan yang ada dan Pemkab Karo akan menerima siap jadi dan siap pakai, dengan biaya Rp40 juta,” ujar Salmon Sembiring dan Benediktus Sembiring.

Waktu pembangunan Sapo Angin, menurut keduanya, diperlukan waktu sekitar satu bulan. “Biasa kami lakukan dalam target satu bulan semuanya sudah clear,” ucap Salmon. (deo/han)

SOLIDEO/sumut pos
TINJAU: Bupati Karo Terkelin Brahmana saat meninjau pembangunan Sapo Angin di lingkungan Kantor Bupati Karo.

KARO, SUMUTPOS.CO – Dalam rangka menjaga dan melestarikan peninggalan budaya, Pemerintah Kabupaten Karo, membangun Sapo Angin, bangunan tradisional Suka Karo. Pembangunan Sapo Angin kini masih dalam tahap pengerjaan, di areal halaman Kantor Bupati Karo.

Bupati Karo Terkelin Brahmana mengungkapkan, inisiatif pembangunan Sapo Angin, untuk melestarikan peninggalan budaya Karo. Pembangunan Sapo Angin, tutur Terkelin Brahmana, diserahkan kepada ahli Sapo Angin.

“Ini inspiratif wujud kepedulian nilai-nilai kearifan lokal budaya Karo, membangun Sapo Angin di sekitar lingkungan halaman Kantor Bupati Karo. Ini bertujuan agar masyarakat Karo khususnya yang datang ke Kantor Bupati dapat melihat, minimal tahu bahwa nilai-nilai budaya Karo, pada eranya begitu tinggi makna dan nilainya,” ujar Terkelin Brahmana saat meninjau pembangunan Sapo Angin, Kamis (25/4).

Bupati menyatakan, Sapo Angin tersebut nantinya dimanfaatkan dalam kegiatan di Pemkab Karo dan masyarakat. Dalam pembangunan Sapo Angin, Terkelin menuturkan, material pembangunan, desain diserahkan kepada ahli Sapo Angin, Salmon Sembiring dan Benediktus Sembiring.

“Kita serahkan kepada ahlinya. Kita tinggal terima bersih, sudah siap pakai. Siap digunakan bagi masyarakat, silakan manfaatkan dan ketahui bahwa budaya Karo masih berkibar serta perlu kita lestarikan dan jaga,” imbuh Terkelin.

Tukang Sapo Angin, Salmon Sembiring dan Benediktus Sembiring mengungkapkan sudah puluhan tahun melakoni sebagai tukang Sapo Angin, juga bangunan khas budaya Karo lainnya, seperti Geriten.

Kedua tukang Sapo Angin, menyebutkan, dalam membangun diperlukan kehati-hatian dalam membangung rangka, pondasi bangunan, dan juga dalam membuat ukiran, relief di bangunan Sapo Angin.

“Sapo Angin yang kami buat biasanya tergantung si pemilik. Tapi kebanyakan yang kami terima orderan itu bahan-bahan yang dibutuhkan berasal dari kami. Sekarang ini bangunan 2,5 meter x 2,5 meter, yang dibangun dengan semua bahan yang ada dan Pemkab Karo akan menerima siap jadi dan siap pakai, dengan biaya Rp40 juta,” ujar Salmon Sembiring dan Benediktus Sembiring.

Waktu pembangunan Sapo Angin, menurut keduanya, diperlukan waktu sekitar satu bulan. “Biasa kami lakukan dalam target satu bulan semuanya sudah clear,” ucap Salmon. (deo/han)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/