MEDAN, SUMUTPOS.CO – Puluhan wartawan baik dari media cetak dan media elektronik Kota Medan melakukan aksi unjuk rasa di Kantor Gubernur, Rabu (25/6) siang. Aksi itu sebagai bentuk solidaritas terhadp rekan mereka Indra Mulia Siagian, wartawan Harian Posmetro Medan. Ketika menjalankan tugas jurnalistiknya justru mendapat reaksi berlebihan dari Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Gatot Pujo Nugroho.
Perlawanan dimaksud ketika Indra Mulia Siagian ingin mengonfirmasikan persoalan dana bagi hasil (DBH) kepada orang nomor satu di Pemprovsu tersebut. Namun sayang, bukannya ditanggapi malah disikapi berbeda oleh Gubsu.”Seharusnya Gatot sebagai sumber informasi harus memberi keterangan dan jawaban saat dikonfirmasi. Tapi kenyataannya apa, dia malah menantang kita para wartawan ini. Apa ini sebuah perlakuan seorang Gubernur?” ucap Uliansyah, salah satu jurnalis media cetak lokal saat menyampaikan orasinya.
Menanggapi aksi tersebut, Kasubag Humas Pemprovsu Harvina Zuhra didampingi Kepala Badan Kesbangpolinmas, Edi Sofyan, Assisten I Pemprovsu, Hasiholan Silaen, meminta maaf atas terjadinya insiden tersebut. Vina menyatakan Gubsu berada di Jakarta dalam suatu acara live di televisi nasional.
Kasubbag Humas Pimpinan dan Kemitraan Pemprovsu Harvina Zuhra menegaskan Gubsu dalam setiap kesempatan konsisten menempatkan media menjadi elemen yang sangat penting dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan di Sumatera Utara. Gubsu bahkan selalu menekankan pada kepala SKPD di jajaran Pemprovsu untuk selalu membuka diri terhadap media sebagai bentuk akuntabilitas kepada publik.
“Jadi tidak benar ada tudingan seolah-olah Gubsu berkonflik apalagi mengajak wartawan adu jotos. Malah Gubsu sangat menghormati profesi wartawan karena beliau berprinsip media merupakan pilar ke empat dalam sistem pemerintahan dan kemasyarakatan,” ujar Harvina Zuhra.
Ditambahkan Harvina, Gubsu menyatakan sama sekali tidak berniat mengajak duel wartawan. Hanya saja saat itu Gubsu sedang terburu-terburu untuk menuntaskan rekaman televisi dan radio guna menyampaikan pesan dan himbauan dalam rangka menyambut Bulan Suci Ramadan.
“Rekaman imbauan ini setiap tahunnya menjadi agenda rutin Gubsu untuk disiarkan pada malam satu Ramadan. Jadi pak Gubsu memang sedang terburu-terburu dan konsentrasi untuk pengambilan gambar dan suara tersebut. Tak masuk akal Gubsu ingin benar-benar adu jotos dengan wartawan. Kalimat yang keluar mengalir begitu saja, bukan dari lubuk hati apalagi mencerminkan sikap Gubsu terhadap wartawan secara umum,” ujar Harvina.
Kendati demikian, seandainya kata-kata yang meluncur ketika itu ada menyinggung wartawan dimaksud, lanjut Harvina, Gubsu meminta maaf. “Jadi sampai saat ini Pak Gubsu tidak ada masalah apalagi berkonflik dengan wartawan. Hanya saja dalam keseharian masing-masing pihak tentu harus saling menghormati dan menjaga hubungan yang sudah terjalin harmonis selama ini. Karena memang Pak Gubsu dan wartawan sama-sama manusia yang bisa saja terjadi kekhilafan,” jelasnya.
Sementara itu, Kesbanglinmas Eddy Sofyan mengatakan, sebenarnya hubungan harmoni pemerintah dan pers selama ini tidak pernah ada masalah. Apalagi sampai alergi kepada insan pers.”Atas nama Gubernur, kami meminta maaf kepada rekan-rekan jurnalis. Terus terang, selama 5 tahun belakangan ini hubungan jurnalis dan Pemprovsu selalu terjalin harmoni,” katanya.
Menurut mantan Humas Pemprovsu ini, kedepan perlu dibentuk lembaga PPID (pejabat pengelola informasi daerah) di semua SKPD jajaran Pemprovsu. “Mungkin kita perlu berdiskusi terlebih dahulu mengenai hal ini. Kami jamin kedepan hal ini tidak akan terjadi lagi. Kami akui, memang kalau dalam posisi wawancara door stop, terkadang narasumber tidak siap menerima cercaan pertanyaan wartawan. Mungkin hal ini yang bisa kita pahami bersama,” pungkasnya.(rel)