28 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Dampak Kabut Asap, Nelayan Langkat Takut Melaut

BERKABUT: Meski berkabut, warga Langkat masih menggunakan jasa sampan sebagai alat tranfortasi.
Bambang/sumut pos

LANGKAT, SUMUTPOS.CO – Ratusan nelayan di pesisir pantai, khusususnya di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, takut melaut. Hal itu disebabkan kabut asap yang membatasi jarak pandang saat berada di tengah laut.

Salah seorang nelayan Desa Jaring Halus Muhammad Nahar (35), Rabu (25/9) mengakui, selain dirinya, nelayan lain juga sudah tiga minggu tidak melaut, karena takut tidak tahu jalan pulang. Selain itu, kabut asap yang cukup tebal, dapat menimbulkan kecelakaan saat di tengah laut.

“Sudah lama kalilah kami tidak melaut bang, kalau tidak salah sudah tiga mingguan ini. Karena jarak pandang cukup menghawatirkan bang. Jarak pandang berkisar 200-300 meter dan ini dapat menimbulkan kecelakaan,” kata dia.

Disebutkan Nahar, dampak dari tidak melaut sangat terasa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Karena nelayan yang tidak melaut banyak yang hanya duduk-duduk di pelantaran. Sementara sebagian lagi ada yang memperbaiki perahu dan alat tangkap.

Meski demikian, masih ada juga nelayan yang berani melaut, dan itupun hanya dipinggiran saja, tidak seperti biasa sampai ke tengah laut.

“Jika tidak melaut, tentunya perekonomian kami hancurlah bang. Soalnya, masyarakat di sini pencarian utamanya hanya sebagai nelayan saja. Meskipun tidak melaut, kami kebanyakan memperbaiki alat menangkap ikan dan perahu,” terang dia. Di tempat yang sama, salah satu nelayan Rizal mengaku, selain memperbaiki alat untuk melaut. Keseharian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dirinya harus mencari pekerjaan samping. Salah satunya menjadi kuli bangunan.

“Mau gimana lagi bang, dari pada tidak makan, makanya mengakalinya saya mencari pekerjaan lain bang, semua saya kerjakan yang penting halal,” tuturnya.

Plt Kepala Desa Jaring Halus Adek Agustiani ketika dikonfirmasi, membenarkan kalau warganya sudah lama tidak melaut dikarenakan kabut asap yang tebal, sehingga mengganggu jarak pandang.

“Desa Jaring Halus jumlah penduduknya 875 kepala keluarga dan 3.350 jiwa, sementara 99 persen berprofesi sebagai nelayan karena Desa Jaring Halus termasuk desa pulau,” pungkas Adek.

Dengan kondisi ini, dirinya mengharapkan agar permasalahan cepat terselesaikan. Sehingga, masyarakat yang mayoritas sebagai nelayan dapat kembali beraktivitas seperti biasa. Dan perekonomian dipesisir pantai ini dapat segera pulih seperti biasa.

“Saya juga menghimbau, agar masyarakat jangan banyak beraktifitas diluar rumah khususnya anak-anak. Jikapun ada melakukan aktifitas, diharapkan menggunakan masker untuk mengantisifasi hal yang tidak diinginkan seperti gangguan pernafasan,” tegas dia. (bam/han)

BERKABUT: Meski berkabut, warga Langkat masih menggunakan jasa sampan sebagai alat tranfortasi.
Bambang/sumut pos

LANGKAT, SUMUTPOS.CO – Ratusan nelayan di pesisir pantai, khusususnya di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, takut melaut. Hal itu disebabkan kabut asap yang membatasi jarak pandang saat berada di tengah laut.

Salah seorang nelayan Desa Jaring Halus Muhammad Nahar (35), Rabu (25/9) mengakui, selain dirinya, nelayan lain juga sudah tiga minggu tidak melaut, karena takut tidak tahu jalan pulang. Selain itu, kabut asap yang cukup tebal, dapat menimbulkan kecelakaan saat di tengah laut.

“Sudah lama kalilah kami tidak melaut bang, kalau tidak salah sudah tiga mingguan ini. Karena jarak pandang cukup menghawatirkan bang. Jarak pandang berkisar 200-300 meter dan ini dapat menimbulkan kecelakaan,” kata dia.

Disebutkan Nahar, dampak dari tidak melaut sangat terasa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Karena nelayan yang tidak melaut banyak yang hanya duduk-duduk di pelantaran. Sementara sebagian lagi ada yang memperbaiki perahu dan alat tangkap.

Meski demikian, masih ada juga nelayan yang berani melaut, dan itupun hanya dipinggiran saja, tidak seperti biasa sampai ke tengah laut.

“Jika tidak melaut, tentunya perekonomian kami hancurlah bang. Soalnya, masyarakat di sini pencarian utamanya hanya sebagai nelayan saja. Meskipun tidak melaut, kami kebanyakan memperbaiki alat menangkap ikan dan perahu,” terang dia. Di tempat yang sama, salah satu nelayan Rizal mengaku, selain memperbaiki alat untuk melaut. Keseharian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dirinya harus mencari pekerjaan samping. Salah satunya menjadi kuli bangunan.

“Mau gimana lagi bang, dari pada tidak makan, makanya mengakalinya saya mencari pekerjaan lain bang, semua saya kerjakan yang penting halal,” tuturnya.

Plt Kepala Desa Jaring Halus Adek Agustiani ketika dikonfirmasi, membenarkan kalau warganya sudah lama tidak melaut dikarenakan kabut asap yang tebal, sehingga mengganggu jarak pandang.

“Desa Jaring Halus jumlah penduduknya 875 kepala keluarga dan 3.350 jiwa, sementara 99 persen berprofesi sebagai nelayan karena Desa Jaring Halus termasuk desa pulau,” pungkas Adek.

Dengan kondisi ini, dirinya mengharapkan agar permasalahan cepat terselesaikan. Sehingga, masyarakat yang mayoritas sebagai nelayan dapat kembali beraktivitas seperti biasa. Dan perekonomian dipesisir pantai ini dapat segera pulih seperti biasa.

“Saya juga menghimbau, agar masyarakat jangan banyak beraktifitas diluar rumah khususnya anak-anak. Jikapun ada melakukan aktifitas, diharapkan menggunakan masker untuk mengantisifasi hal yang tidak diinginkan seperti gangguan pernafasan,” tegas dia. (bam/han)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/