26 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Koptan Mulia Bakti di Batangtoru-Tapsel

Target jadi Sentra Produksi Benih ‘si Emas Batangtoru’

Bertahun-tahun uji coba menanam ini dan itu, akhirnya petani di kawasan Lubuk Tano, Tapanuli Selatan, tiba pada kesimpulan: jagung pipil adalah yang terbaik. Menanamnya mudah, pasarnya ada. Untuk cuan yang lebih besar, petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Mulia Bakti itu mulai menargetkan posisi sebagai sentra produsen benih jagung hibrida di Sumut. Harga butiran orange yang disebut ‘emas Batangtoru’ itu, lebih mahal dari jagung pipil.

—————————–

Dame Ambarita, Batangtoru

—————————–

“AWALNYA, kami menanam berbagai macam tanaman. Mulai dari jagung, padi, pisang, sayuran, cabai, semangka, jahe, dan lainnya. Hasilnya, kalau panennya tidak gagal, pasarnya yang sulit,” ungkap Mukson, Ketua Koptan Mulia Bakti, mengawali kisahnya kepada wartawan di Dusun Aek Sirara Desa Sumuran Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, pekan lalu. Ia didampingi Sekretaris Koptan, Suryadi, dan anggota, Pak Satu.

Tanaman cabai merah pernah dicoba. Gagal panen karena serangan hama. Padahal, biaya produksi lumayan besar. Coba menanam jahe, pasar di sekitar Batangtoru tidak mampu menerima stok hitungan ton. Alhasil, tanaman jahe yang tidak ada pembeli menjadi terbengkalai.

“Coba terong, pasar setempat juga tak mampu menerima hasil panen sekaligus. Akhirnya, terong dibiarkan membusuk di ladang. Tanam jagung manis, pasar setempat juga tak mampu menyerap banyak. Tanam kacang kedelai, perawatannya mesti intens,” bebernya.

Sementara, jika hasil tani mesti dipasarkan ke luar daerah, hasil penjualan dianggap tak ekonomis menutupi ongkos pengangkutan.

Setelah uji coba berkali-kali, akhirnya para petani di desa itu memutuskan, tanam jagung pipil adalah yang paling pas. Kondisi alam mendukung, dan karakter tanamannya cocok dengan “profesi” mereka sebagai penderes karet. Yakni, tanaman jagung bisa ditinggal berhari-hari dan tak butuh biaya perawatan besar.

Lewat Koptan Mulia Bakti dan Koperasi Karya Mulia Bakti yang terbentuk tahun 2017 (pemekaran koptan sebelumnya yang terbentuk tahun 2015), para petani belajar menanam jagung pipil, dengan pendampingan intens dari PT Agincourt Resources (PTAR) yang mengelola Tambang Emas Martabe di Batangtoru.

Pendampingan dari PTAR mulai dari cara berbudidaya yang tepat dengan melibatkan PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan). PPL yang mencek areal dan Ph tanah, untuk menentukan varietas jagung yang tepat. PTAR juga memberikan dukungan berupa saprotan (sarana produksi pertanian).

“Sejak didampingi PTAR, jumlah produktivitas jagung pipil meningkat sebelumnya hanya dapat 1 ton jagung per hectare, kini menjadi 5-6 ton per hectare,” kata Mukson.

Apa rahasianya? “Pola budidaya yang tepat, plus persiapan lahan. Lahan diolah pakai handtraktor dan conder. Kemudian, pemilihan bibit dan pupuk. Waktu pemupukan dan dosis mesti tepat. Waktu panen juga mesti tepat agar hasilnya maksimal,” kata Sekretaris Koptan, Suryadi menambahkan. Jagung pipil ini umumnya dipanen setelah 115 hari.

Harga jual jagung juga meningkat, dari Rp 2.300/kg menjadi Rp 3.300/kg. Itu karena petani diajari untuk menjual jagung pipil langsung ke pembeli akhir.

Saat ini, hamparan lahan yang ada di Lubuk Tano umumnya ditanami jagung pipil. Jagung juga ditanami di sela-sela tanaman sawit atau karet. Rata-rata anggota koptan memiliki lahan 1 hektare. Total lahan anggota koptan mencapai 32,5 hektare, seluruhnya ditanami jagung pipil. Jagung bisa dipanen lima kali dalam 2 tahun.

“Kita fokus tanam jagung pipil untuk pakan ternak. Karena pasarnya ada. Dulu, koperasi kami menjual jagung pipil ke Pabrik Phokpand. Tapi mengingat biaya angkut, upah pekerja, dan resiko di jalanan, kami menilai harga jualnya tidak ekonomis. Akhirnya, kami memutuskan mengolah jagung pipil menjadi pakan ternak saja,” papar Mukson.

Di tahun 2017 itu juga, Koptan Mulia Bakti membentuk Koperasi Karya Mulia Bakti sebagai wadah koptan untuk menjalankan usaha taninya. PTAR turut memberikan stimulan berupa pendirian fasilitas gudang, lantai jemur, mesin pipil, jalan rabat, saung tani dan beberapa bantuan saprotan lainnya.

Setelah menjadi koperasi, petani menerima bantuan mesin pengolah jagung dari Dinas Pertanian Tapsel. Mesin itu bisa mengolah jagung menjadi pakan dalam 3 bentuk. Yakni jagung belah yang disebut lasar, kemudian menir, dan tepung. “Kapasitas mesin bisa mengolah 1 ton jagung pipil dalam 3 hari, dengan 3 orang tenaga kerja,” kata Mukson.

Bahan baku jagung pipil diperoleh dari anggota koptan dan juga petani lainnya di sekitar dusun. Koperasi juga memiliki areal penjemuran serta gudang penyimpanan, bantuan dari PTAR.

Pakan ternak (ayam dan burung) itu dijual ke toko besar di Kota Padang Sidempuan. Toko itu bersedia menampung berapapun pakan yang diproduksi koptan itu. “Kadang, kami bahkan sampai kewalahan menampung produksi jagung petani. Mesin tak mampu mengolah seluruh jagung produksi petani,” sebutnya.

Keuntungan anggota koperasi, mereka bisa meminjam uang sebelum ladang jagungnya panen.

BENIH: Ketua Koptan Mulia Bakti Mukson, didampingi Sekretaris Koptan Suryadi, dan anggota Pak Satu, memamerkan benih jagung hibrida yang mereka produksi, di Dusun Aek Sirara Desa Sumuran Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapsel, pekan lalu.

Target jadi Sentra Benih

Meski penanaman jagung mudah dan pasarnya ada, petani masih merasa kurang sejahtera. Pasalnya, dengan lahan rata-rata 1 hektare per anggota, dan produksi jagung 5 ton per hectare, hasil yang diperoleh per 3 bulan hanya Rp16,5 juta. Dipotong biaya produksi, hanya bisa mendapatkan sekitar Rp2 juta-3 juta per KK. Apalagi belakangan, jagung petani mengalami penyakit bulai, sehingga produksi menurun.

Untuk meningkatkan kesejahteraan, tahun 2021, Koptan Mulia Bakti mulai membudidayakan penangkaran benih jagung komposit. Saat ini telah terdaftar sebagai kelompok penangkar benih jagung. Tahun ini benih jagung yang ditangkarkan adalah benih komposit varietas Sukma Raga dengan luas lahan 1 ha.

“Target Koptan Mulia Bakti: menjadi sentra penangkar benih jagung hibrida di Sumut,” kata Mukson.

Harga butiran orange yang dinamai ‘emas Batangtoru’ itu, lebih mahal dari jagung pipil. Saat ini. harga benih jagung hibrida yang ada di toko saat ini bisa mencapai Rp 90.000-120.000/kg.

Namun dengan adanya penangkaran benih ini, harga yang ditawarkan Koptan Mulia Bakti sekitar Rp 40.000-45.000 per kg. Kelompok Tani Mulia Bakti juga saat ini terus melakukan transaksi penjualan jagung pipil, jagung pecah, tepung jagung ke beberapa pembeli yang ada di Padangsidempuan dan Sibolga.

“Rahasia benih jagung hibrida adalah, benihnya mesti diperlakukan khusus,” kata Suryadi.

Benih diambil dari butiran di bagian tengah tongkol. Jangan dari kepala ataupun dari ekor. Kekeringan harus pas untuk mencegah jamur. Dan ada sejumlah perlakukan khusus lainnya. “Bibit jagung produksi kami sudah mendapat sertifikat dari BPSB Sumut,” katanya.

Jika koptan bisa memproduksi 2 ton benih jagung hibrida, mereka bisa memperoleh hasil penjualan Rp80 juta. “Uji coba bibit jagung pertama gagal, karena benih yang kami beli dari luar ternyata bermasalah. Saat ini, kami uji adaptasi lagi seluas 5 hektare,” jelas Mukson.

Jika berhasil, nantinya Koptan ini akan menjadi penangkar benih jagung hibrida kedua di Sumut. (mea)

Bertahun-tahun uji coba menanam ini dan itu, akhirnya petani di kawasan Lubuk Tano, Tapanuli Selatan, tiba pada kesimpulan: jagung pipil adalah yang terbaik. Menanamnya mudah, pasarnya ada. Untuk cuan yang lebih besar, petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Mulia Bakti itu mulai menargetkan posisi sebagai sentra produsen benih jagung hibrida di Sumut. Harga butiran orange yang disebut ‘emas Batangtoru’ itu, lebih mahal dari jagung pipil.

—————————–

Dame Ambarita, Batangtoru

—————————–

“AWALNYA, kami menanam berbagai macam tanaman. Mulai dari jagung, padi, pisang, sayuran, cabai, semangka, jahe, dan lainnya. Hasilnya, kalau panennya tidak gagal, pasarnya yang sulit,” ungkap Mukson, Ketua Koptan Mulia Bakti, mengawali kisahnya kepada wartawan di Dusun Aek Sirara Desa Sumuran Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, pekan lalu. Ia didampingi Sekretaris Koptan, Suryadi, dan anggota, Pak Satu.

Tanaman cabai merah pernah dicoba. Gagal panen karena serangan hama. Padahal, biaya produksi lumayan besar. Coba menanam jahe, pasar di sekitar Batangtoru tidak mampu menerima stok hitungan ton. Alhasil, tanaman jahe yang tidak ada pembeli menjadi terbengkalai.

“Coba terong, pasar setempat juga tak mampu menerima hasil panen sekaligus. Akhirnya, terong dibiarkan membusuk di ladang. Tanam jagung manis, pasar setempat juga tak mampu menyerap banyak. Tanam kacang kedelai, perawatannya mesti intens,” bebernya.

Sementara, jika hasil tani mesti dipasarkan ke luar daerah, hasil penjualan dianggap tak ekonomis menutupi ongkos pengangkutan.

Setelah uji coba berkali-kali, akhirnya para petani di desa itu memutuskan, tanam jagung pipil adalah yang paling pas. Kondisi alam mendukung, dan karakter tanamannya cocok dengan “profesi” mereka sebagai penderes karet. Yakni, tanaman jagung bisa ditinggal berhari-hari dan tak butuh biaya perawatan besar.

Lewat Koptan Mulia Bakti dan Koperasi Karya Mulia Bakti yang terbentuk tahun 2017 (pemekaran koptan sebelumnya yang terbentuk tahun 2015), para petani belajar menanam jagung pipil, dengan pendampingan intens dari PT Agincourt Resources (PTAR) yang mengelola Tambang Emas Martabe di Batangtoru.

Pendampingan dari PTAR mulai dari cara berbudidaya yang tepat dengan melibatkan PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan). PPL yang mencek areal dan Ph tanah, untuk menentukan varietas jagung yang tepat. PTAR juga memberikan dukungan berupa saprotan (sarana produksi pertanian).

“Sejak didampingi PTAR, jumlah produktivitas jagung pipil meningkat sebelumnya hanya dapat 1 ton jagung per hectare, kini menjadi 5-6 ton per hectare,” kata Mukson.

Apa rahasianya? “Pola budidaya yang tepat, plus persiapan lahan. Lahan diolah pakai handtraktor dan conder. Kemudian, pemilihan bibit dan pupuk. Waktu pemupukan dan dosis mesti tepat. Waktu panen juga mesti tepat agar hasilnya maksimal,” kata Sekretaris Koptan, Suryadi menambahkan. Jagung pipil ini umumnya dipanen setelah 115 hari.

Harga jual jagung juga meningkat, dari Rp 2.300/kg menjadi Rp 3.300/kg. Itu karena petani diajari untuk menjual jagung pipil langsung ke pembeli akhir.

Saat ini, hamparan lahan yang ada di Lubuk Tano umumnya ditanami jagung pipil. Jagung juga ditanami di sela-sela tanaman sawit atau karet. Rata-rata anggota koptan memiliki lahan 1 hektare. Total lahan anggota koptan mencapai 32,5 hektare, seluruhnya ditanami jagung pipil. Jagung bisa dipanen lima kali dalam 2 tahun.

“Kita fokus tanam jagung pipil untuk pakan ternak. Karena pasarnya ada. Dulu, koperasi kami menjual jagung pipil ke Pabrik Phokpand. Tapi mengingat biaya angkut, upah pekerja, dan resiko di jalanan, kami menilai harga jualnya tidak ekonomis. Akhirnya, kami memutuskan mengolah jagung pipil menjadi pakan ternak saja,” papar Mukson.

Di tahun 2017 itu juga, Koptan Mulia Bakti membentuk Koperasi Karya Mulia Bakti sebagai wadah koptan untuk menjalankan usaha taninya. PTAR turut memberikan stimulan berupa pendirian fasilitas gudang, lantai jemur, mesin pipil, jalan rabat, saung tani dan beberapa bantuan saprotan lainnya.

Setelah menjadi koperasi, petani menerima bantuan mesin pengolah jagung dari Dinas Pertanian Tapsel. Mesin itu bisa mengolah jagung menjadi pakan dalam 3 bentuk. Yakni jagung belah yang disebut lasar, kemudian menir, dan tepung. “Kapasitas mesin bisa mengolah 1 ton jagung pipil dalam 3 hari, dengan 3 orang tenaga kerja,” kata Mukson.

Bahan baku jagung pipil diperoleh dari anggota koptan dan juga petani lainnya di sekitar dusun. Koperasi juga memiliki areal penjemuran serta gudang penyimpanan, bantuan dari PTAR.

Pakan ternak (ayam dan burung) itu dijual ke toko besar di Kota Padang Sidempuan. Toko itu bersedia menampung berapapun pakan yang diproduksi koptan itu. “Kadang, kami bahkan sampai kewalahan menampung produksi jagung petani. Mesin tak mampu mengolah seluruh jagung produksi petani,” sebutnya.

Keuntungan anggota koperasi, mereka bisa meminjam uang sebelum ladang jagungnya panen.

BENIH: Ketua Koptan Mulia Bakti Mukson, didampingi Sekretaris Koptan Suryadi, dan anggota Pak Satu, memamerkan benih jagung hibrida yang mereka produksi, di Dusun Aek Sirara Desa Sumuran Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapsel, pekan lalu.

Target jadi Sentra Benih

Meski penanaman jagung mudah dan pasarnya ada, petani masih merasa kurang sejahtera. Pasalnya, dengan lahan rata-rata 1 hektare per anggota, dan produksi jagung 5 ton per hectare, hasil yang diperoleh per 3 bulan hanya Rp16,5 juta. Dipotong biaya produksi, hanya bisa mendapatkan sekitar Rp2 juta-3 juta per KK. Apalagi belakangan, jagung petani mengalami penyakit bulai, sehingga produksi menurun.

Untuk meningkatkan kesejahteraan, tahun 2021, Koptan Mulia Bakti mulai membudidayakan penangkaran benih jagung komposit. Saat ini telah terdaftar sebagai kelompok penangkar benih jagung. Tahun ini benih jagung yang ditangkarkan adalah benih komposit varietas Sukma Raga dengan luas lahan 1 ha.

“Target Koptan Mulia Bakti: menjadi sentra penangkar benih jagung hibrida di Sumut,” kata Mukson.

Harga butiran orange yang dinamai ‘emas Batangtoru’ itu, lebih mahal dari jagung pipil. Saat ini. harga benih jagung hibrida yang ada di toko saat ini bisa mencapai Rp 90.000-120.000/kg.

Namun dengan adanya penangkaran benih ini, harga yang ditawarkan Koptan Mulia Bakti sekitar Rp 40.000-45.000 per kg. Kelompok Tani Mulia Bakti juga saat ini terus melakukan transaksi penjualan jagung pipil, jagung pecah, tepung jagung ke beberapa pembeli yang ada di Padangsidempuan dan Sibolga.

“Rahasia benih jagung hibrida adalah, benihnya mesti diperlakukan khusus,” kata Suryadi.

Benih diambil dari butiran di bagian tengah tongkol. Jangan dari kepala ataupun dari ekor. Kekeringan harus pas untuk mencegah jamur. Dan ada sejumlah perlakukan khusus lainnya. “Bibit jagung produksi kami sudah mendapat sertifikat dari BPSB Sumut,” katanya.

Jika koptan bisa memproduksi 2 ton benih jagung hibrida, mereka bisa memperoleh hasil penjualan Rp80 juta. “Uji coba bibit jagung pertama gagal, karena benih yang kami beli dari luar ternyata bermasalah. Saat ini, kami uji adaptasi lagi seluas 5 hektare,” jelas Mukson.

Jika berhasil, nantinya Koptan ini akan menjadi penangkar benih jagung hibrida kedua di Sumut. (mea)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/