25 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Sekeluarga Hanyut di Sungai Bilah

Terbawa Arus saat Membawa Hasil Kebun

CARI KORBAN HANYUT: Tim Satlak PBP Labuhanbatu mencari ayah, istri  anak  hilang dibawa arus Sungai Bilah.//joko/sumut pos
CARI KORBAN HANYUT: Tim Satlak PBP Labuhanbatu mencari ayah, istri dan anak yang hilang dibawa arus Sungai Bilah.//joko/sumut pos

LABUHANBATU-Mansor Rambe (55) beserta istri, Ninik (50) dan anak, Salmah Rambe (17) warga Lingkungan Perlayuan, Kelurahan Pulopadang, Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhanbatu tenggelam di perairan Sungai Bilah, Rantauprapat, Labuhanbatu, Senin (24/12) sekitar pukul 10.05 WIB. Musibah yang menimpa satu keluarga itu terjadi saat mereka hendak menyeberangkan hasil kebun yang akan mereka jual.

Informasi yang diperoleh Sumut Pos di lokasi, Selasa (25/12) menyebutkan, saat itu korban, sekeluarga itu hendak menjual sayuran yang mereka tanam di seberang sungai tepatnya di Lingkungan Sibuaya, Kelurahan Sioldengan, Kecamatan Rantau Utara dengan menggunakan sampan kecil. Namun baru berlalu sekitar 10 meter dari pinggiran sungai, ujung sampan yang mereka tumpangi menabrak tunggul. Akibatnya, sampan berukuran panjang berkisar 2,5 meter dan lebar kurang dari semester itu terbalik. Sayur-sayuran yang dibungkus kain serta seluruh penumpangnya ikut kejebur ke dalam Sungai Bilah. Arus sungai yang deras kemudian membawa siswi SMK Kharisma, Kelas III, Jurusan Akuntansi itu beserta kedua orangtuanya.

Lurah Sioldengan H Aidi Sahmir Hasibuan dan Lurah Pulopadang Idrus di lokasi menuturkan, korban saat itu hendak menyeberangkan sayurnya dari pinggiran Sungai Bilah untuk diseberangkan ke tempat lain. Namun naas, sampan menabrak tunggul lalu karam. “Sebenarnya keluarga korban banyak tinggal di Kelurahan Sioldengan ini, hanya saja mereka memilih tinggal di Kelurahan Pulopadang. Kabarnya sampan mereka menabrak tunggul dan terbalik saat baru saja mereka menyeberang,” ujar Aidi Sahmir.

Lurah Pulopadang Idrus serta Kepala SMK Kharisma Pulopadang H Harun Hasibuan membenarkan ucapan Aidi Sahmir itu. Menurut mereka, seseorang sempat menolong satu dari tiga korban yang terseret arus Sungai Bilah. Namun gagal, karena tidak mampu menahan derasnya arus sungai, sehingga korban terlepas dari cengkraman tangan warga yang mencoba menolongnya itu. Hingga kini, Mansor Rambe (55) dan istrinya Ninik (50) serta Salmah Rambe (17) anak ke empat dari lima bersaudara itu belum juga ditemukan. Namun sampan yang sempat membawa mereka menyeberang ditemukan warga dari dasar sungai.

Amatan Sumut Pos di lokasi kejadian hingga pukul 16.40 WIB, tiga unit perahu karet milik Satuan Pelaksanaan Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (Satlak PBP) dilengkapi dengan petugas serta dua perahu bermotor milik warga masih mencari ketiga korban yang belum ditemukan di antara alur Sungai Bilah. Selain itu, masyarakat dan pemerintah mendirikan tiga posko untuk menunggu dan peristirahatan keluarga korban. (mag-16)

Enam Paranormal Dikerahkan

Sesaat setelah hilangnya Mansor Rambe (55) beserta istri, Ninik (50) dan anak, Salmah Rambe (17) yang terbawa arus Sungai Bilah Rantauprapat, sedikitnya enam paranormal diturunkan ke lokasi untuk mencari jasad ketga korban tersebut.
Menurut mereka, ketiganya menjadi tumbal dua ekor buaya yang berada di lubuk sungai yang tidak jauh dari lokasi terbaliknya sampan yang ditumpangi korban. Dugaan itu disebutkan seorang para normal yang meminta bantuan kepada seorang ibu untuk menjadi perantara guna menembus alam lain. Tiba-tiba saja ibu tersebut kemasukan dan bertanya ada apa memanggilnya serta memberitahukan bahwa seluruh warga yang ada kala itu akan takut jika dirinya muncul dalam bentuk asli. Negosiasi antara para normal dengan ibu yang kemasukan berjalan lama. Pasalnya, sosok yang telah merasuki ibu tersebut mengaku bernama Nyai Kesumah dan mengaku menyandera ketiga warga itu untuk dijadikan tumbal yang sudah dijaga oleh suaminya, yang disebutnya sebagai siluman buaya. Seekor ayam coba dilepas ke tengah sungai yang diyakini paranormal sebagai pengganti ketiga jasad yang hanyut. Hanya saja ayam yang dilepas itu tidak lah hanyut melainkan menepi dan malah naik ke daratan.
Pembicaraan kembali dilakukan dengan harapan jasad muncul kepermukaan. Namun ibu yang mengaku dirasuki arwah siluman buaya itu malah mengaku tidak mampu dan meminta agar hal itu tidak dilakukan lagi. Saat ditanya mengapa ketiga warga itu dijadikan tumbal, siluman buaya itu mengaku bahwa mereka sudah tidak menemukan makanan lainnya.
Sementara, tim yang menaiki perahu karet bermotor terdiri dari Lurah Sioldengan H Aidi Sahmir Hasibuan, Lurah Pulopadang Idrus, Wakil Bupati Pemkab Labuhanbatu Suhari Pane serta sejumlah petugas Satlak PBP dan juga sejumlah wartawan nyaris terbalik saat melintasi alur sungai Bilah tepatnya di sekitaran Lingkungan Pangkalian.
Pasalnya, posisi melawan arus serta derasnya air sungai Bilah saat melintas di sekitaran Pangkalian membuat perahu karet tidak mampu bergerak  dan landasan perahu berbenturan dengan batu. Itu akibat derasnya air. Rombongan sempat kalut, bahkan sempat ingin melompat ke air. (mag-16)

Terbawa Arus saat Membawa Hasil Kebun

CARI KORBAN HANYUT: Tim Satlak PBP Labuhanbatu mencari ayah, istri  anak  hilang dibawa arus Sungai Bilah.//joko/sumut pos
CARI KORBAN HANYUT: Tim Satlak PBP Labuhanbatu mencari ayah, istri dan anak yang hilang dibawa arus Sungai Bilah.//joko/sumut pos

LABUHANBATU-Mansor Rambe (55) beserta istri, Ninik (50) dan anak, Salmah Rambe (17) warga Lingkungan Perlayuan, Kelurahan Pulopadang, Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhanbatu tenggelam di perairan Sungai Bilah, Rantauprapat, Labuhanbatu, Senin (24/12) sekitar pukul 10.05 WIB. Musibah yang menimpa satu keluarga itu terjadi saat mereka hendak menyeberangkan hasil kebun yang akan mereka jual.

Informasi yang diperoleh Sumut Pos di lokasi, Selasa (25/12) menyebutkan, saat itu korban, sekeluarga itu hendak menjual sayuran yang mereka tanam di seberang sungai tepatnya di Lingkungan Sibuaya, Kelurahan Sioldengan, Kecamatan Rantau Utara dengan menggunakan sampan kecil. Namun baru berlalu sekitar 10 meter dari pinggiran sungai, ujung sampan yang mereka tumpangi menabrak tunggul. Akibatnya, sampan berukuran panjang berkisar 2,5 meter dan lebar kurang dari semester itu terbalik. Sayur-sayuran yang dibungkus kain serta seluruh penumpangnya ikut kejebur ke dalam Sungai Bilah. Arus sungai yang deras kemudian membawa siswi SMK Kharisma, Kelas III, Jurusan Akuntansi itu beserta kedua orangtuanya.

Lurah Sioldengan H Aidi Sahmir Hasibuan dan Lurah Pulopadang Idrus di lokasi menuturkan, korban saat itu hendak menyeberangkan sayurnya dari pinggiran Sungai Bilah untuk diseberangkan ke tempat lain. Namun naas, sampan menabrak tunggul lalu karam. “Sebenarnya keluarga korban banyak tinggal di Kelurahan Sioldengan ini, hanya saja mereka memilih tinggal di Kelurahan Pulopadang. Kabarnya sampan mereka menabrak tunggul dan terbalik saat baru saja mereka menyeberang,” ujar Aidi Sahmir.

Lurah Pulopadang Idrus serta Kepala SMK Kharisma Pulopadang H Harun Hasibuan membenarkan ucapan Aidi Sahmir itu. Menurut mereka, seseorang sempat menolong satu dari tiga korban yang terseret arus Sungai Bilah. Namun gagal, karena tidak mampu menahan derasnya arus sungai, sehingga korban terlepas dari cengkraman tangan warga yang mencoba menolongnya itu. Hingga kini, Mansor Rambe (55) dan istrinya Ninik (50) serta Salmah Rambe (17) anak ke empat dari lima bersaudara itu belum juga ditemukan. Namun sampan yang sempat membawa mereka menyeberang ditemukan warga dari dasar sungai.

Amatan Sumut Pos di lokasi kejadian hingga pukul 16.40 WIB, tiga unit perahu karet milik Satuan Pelaksanaan Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (Satlak PBP) dilengkapi dengan petugas serta dua perahu bermotor milik warga masih mencari ketiga korban yang belum ditemukan di antara alur Sungai Bilah. Selain itu, masyarakat dan pemerintah mendirikan tiga posko untuk menunggu dan peristirahatan keluarga korban. (mag-16)

Enam Paranormal Dikerahkan

Sesaat setelah hilangnya Mansor Rambe (55) beserta istri, Ninik (50) dan anak, Salmah Rambe (17) yang terbawa arus Sungai Bilah Rantauprapat, sedikitnya enam paranormal diturunkan ke lokasi untuk mencari jasad ketga korban tersebut.
Menurut mereka, ketiganya menjadi tumbal dua ekor buaya yang berada di lubuk sungai yang tidak jauh dari lokasi terbaliknya sampan yang ditumpangi korban. Dugaan itu disebutkan seorang para normal yang meminta bantuan kepada seorang ibu untuk menjadi perantara guna menembus alam lain. Tiba-tiba saja ibu tersebut kemasukan dan bertanya ada apa memanggilnya serta memberitahukan bahwa seluruh warga yang ada kala itu akan takut jika dirinya muncul dalam bentuk asli. Negosiasi antara para normal dengan ibu yang kemasukan berjalan lama. Pasalnya, sosok yang telah merasuki ibu tersebut mengaku bernama Nyai Kesumah dan mengaku menyandera ketiga warga itu untuk dijadikan tumbal yang sudah dijaga oleh suaminya, yang disebutnya sebagai siluman buaya. Seekor ayam coba dilepas ke tengah sungai yang diyakini paranormal sebagai pengganti ketiga jasad yang hanyut. Hanya saja ayam yang dilepas itu tidak lah hanyut melainkan menepi dan malah naik ke daratan.
Pembicaraan kembali dilakukan dengan harapan jasad muncul kepermukaan. Namun ibu yang mengaku dirasuki arwah siluman buaya itu malah mengaku tidak mampu dan meminta agar hal itu tidak dilakukan lagi. Saat ditanya mengapa ketiga warga itu dijadikan tumbal, siluman buaya itu mengaku bahwa mereka sudah tidak menemukan makanan lainnya.
Sementara, tim yang menaiki perahu karet bermotor terdiri dari Lurah Sioldengan H Aidi Sahmir Hasibuan, Lurah Pulopadang Idrus, Wakil Bupati Pemkab Labuhanbatu Suhari Pane serta sejumlah petugas Satlak PBP dan juga sejumlah wartawan nyaris terbalik saat melintasi alur sungai Bilah tepatnya di sekitaran Lingkungan Pangkalian.
Pasalnya, posisi melawan arus serta derasnya air sungai Bilah saat melintas di sekitaran Pangkalian membuat perahu karet tidak mampu bergerak  dan landasan perahu berbenturan dengan batu. Itu akibat derasnya air. Rombongan sempat kalut, bahkan sempat ingin melompat ke air. (mag-16)

Previous article
Next article

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/