MEDAN, SUMUTPOS.CO – Hari ini (27/1) adalah hari terakhir Tahun Monyet Api 2567. Besok, Sabtu (28/1), warga Tionghoa merayakan Tahun Baru Imlek (Sincia) 2568 yang disimbolkan dengan Shio Ayam Api.
Menurut Ketua DPD Perwakilan Umat Budha Indonesia (Walubi) Sumut, Indra Wahidin, dia lebih memaknai pergantian Tahun Baru Imlek tak sebatas tentang peruntungan sesuai ramalan.
“Sebenarnya setiap Tahun Baru Imlek itu hal yang sama saja bagi kami etnis Tionghoa. Kalau saya, memaknai Tahun Baru Imlek lebih kepada introspeksi diri,” kata Indra Wahidin yang ditemui Sumut Pos di Lapangan Merdeka Medan, pada acara Apel Liong Toba, Kamis (26/1).
Bicara soal ramalan peruntungan, dia mengatakan, hal itu berbeda bagi tiap-tiap orang. Namun menurutnya, rejeki itu datang dari upaya, doa, dan usaha.
“Sebenarnya makna itu sama, jangan terlalu percaya bahwa rejeki itu tergantung ramalan, kalau shio binatang ini rejekinya bagus di Tahun Ayam Api ini. Jadi itu tak boleh dijadikan patokan, intinya berusaha,” sebut Indra.
Diterangkan Indra, yang terpenting bagi etnis Tionghoa untuk bisa maju dalam kehidupannya adalah usaha dan yang paling penting hemat. “Karena saat ini kehidupan itu sulit, jadi yang paling penting itu adalah berhemat. Kita etnis Tionghoa paling utama dilakukan untuk sukses menjalani kehidupan dan dengan hemat,” tuturnya.
Di Sumut, dia berharap agar etnis Tionghoa memaknai perayaan Imlek tahun 2017 ini dengan menjaga kerukunan umat beragama dan bernegara. “Harapan saya momen perayaan Tahun Baru Imlek ini lebih kepada makin terjalinnya persaudaraan antar umat beragama dan tidak mudah dipecah belah dengan isu SARA,” kata Indra.
Tak ayal dalam kesempatan itu, Indra Wahidin menjelaskan sedikit soal Kalender Imlek. Siklus kalender imlek itu terjadi 60 tahun sekali. Jadi ada 12 shio dalam Kalender Imlek yaitu shio tikus, kerbau, macan, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, kera, ayam, anjing, babi dan itu bergulir terus menerus sebagai siklus dengan lima unsur bumi di dalamnya yaitu api, tanah, air, logam dan kayu. (mag-1)