25 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Sumut Bakal Lebih Kering

JAKARTA-Masyarakat Indonesai, khususnya di Sumatera dan Kalimantan belum bisa bernapas lega meski kebakaran lahan dan hutan di Riau mulai teratasi. Kebakaran yang terjadi belakangan ini baru permulaan. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) memperingatkan adanya ancaman kebakaran hutan yang lebih parah pertengahan tahun ini.

Dampak Kemarau dan Kebakaran Hutan
Dampak Kemarau dan Kebakaran Hutan

Penyebabnya tidak lain adalah musim kemarau tahun ini yang bakal sangat kering. “Tahun ini el nino melemah, sehingga curah hujannya akan lebih kecil dari normalnya,” terang Kepala UPT Hujan Buatan BPPT Heru Widodo dalam paparannya kemarin. Akibatnya, iklim di khatulistiwa, khususnya Indonesia bagian barat akan makin kering.

Untuk itu, pihaknya memberikan warning terutama bagi sembilan provinsi di Sumatera dan Kalimantan. Yakni, Aceh, Sumatera Utara (Sumut), Riau, Jambi, Sumsel, Kalbar, Kalteng, Kaltim, dan Kalsel.BPPT memprediksi persoalan asap bakal timbul lagi pada pertengahan tahun ini di provinsi-provinsi tersebut.

Titik-titik panas akan bermunculan lagi di sejumlah daerah. “Dibandingkan tahun lalu, masalah asap tahun ini akan lebih parah,” lanjutnya. Tentu saja, pembakaran lahan secara sengaja masih menjadi sebab utama. Pembakaran itu dilakukan oleh pihak-pihak yang ingin membuika lahan dengan cara gampang.

Menurut Heru, sangat kecil peluang kebakaran terjadi akibat faktor alam. Yang ada, kondisi kering tersebut dimanfaatkan pihak-pihak tidak bertanggung jawab untuk membakar lahan dan hutan. Api kecil saja sudah mampu memicu kebakaran hebat karena faktor kekeringan itu.

Warning dari BPPT cukup menmdapat respons dari daerah. Polda Kalbar misalnya, mengklaim telah melakukan langkah pencegahan untuk meminimalisir bencana asap di wilayah hukumnya. “Februari lalu, kami undang gabungan pengusaha perkebunan dan kelapa sawit untuk sosialisasi kebakaran lahan dan hutan,” ujar Kabidhumas Polda Kalbar AKBP Mukson Munandar saat dihubungi kemarin.

Dalam pertemuan tersebut, para pengusaha berikrar tidak akan membuka lahan dengan cara membakar. Selain itu, mereka tidak akan membiarkan warga untuk melakukan pembakaran dan menjaga jangan sampai kebun masing-masing terbakar.

Kemudian, Kapolda KAlbar telah mengeluarkan maklumat kepada masyarakat, yang isinya larangan membakar lahan dan hutan secara sengaja atau karena lalai. Maklumat itu disertai dengan ancaman hukuman bagi para pelakunya, yakni UU Perkebunan, Kehutanan, dan Lingkungan Hidup. “Maklumat itu sudah disebarkan ke seluruh Polres di Kalimantan Barat,” lanjutnya.

Upaya ketiga, pihaknya telah melakukan apel kesiapan bencana kebakaran dengan berbagai instansiu pemadam kebakaran pemerintah maupun swasta. “Kalau ternyata mereka masih membakar, ya kami tindak,” ucapnya.

Di tempat terpisah, BNPB melaporkan jika hujan sudah turun lagi di Riau setelah siklon Gilian mengakibatkan kekeringan beberapa hari. akibat kekeringan tersebut, jarak pandang di Riau kini berkisar 3-7 kilometer setelah sebelumnya mencapai 10 kilometer. (byu/jpnn/azw)

JAKARTA-Masyarakat Indonesai, khususnya di Sumatera dan Kalimantan belum bisa bernapas lega meski kebakaran lahan dan hutan di Riau mulai teratasi. Kebakaran yang terjadi belakangan ini baru permulaan. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) memperingatkan adanya ancaman kebakaran hutan yang lebih parah pertengahan tahun ini.

Dampak Kemarau dan Kebakaran Hutan
Dampak Kemarau dan Kebakaran Hutan

Penyebabnya tidak lain adalah musim kemarau tahun ini yang bakal sangat kering. “Tahun ini el nino melemah, sehingga curah hujannya akan lebih kecil dari normalnya,” terang Kepala UPT Hujan Buatan BPPT Heru Widodo dalam paparannya kemarin. Akibatnya, iklim di khatulistiwa, khususnya Indonesia bagian barat akan makin kering.

Untuk itu, pihaknya memberikan warning terutama bagi sembilan provinsi di Sumatera dan Kalimantan. Yakni, Aceh, Sumatera Utara (Sumut), Riau, Jambi, Sumsel, Kalbar, Kalteng, Kaltim, dan Kalsel.BPPT memprediksi persoalan asap bakal timbul lagi pada pertengahan tahun ini di provinsi-provinsi tersebut.

Titik-titik panas akan bermunculan lagi di sejumlah daerah. “Dibandingkan tahun lalu, masalah asap tahun ini akan lebih parah,” lanjutnya. Tentu saja, pembakaran lahan secara sengaja masih menjadi sebab utama. Pembakaran itu dilakukan oleh pihak-pihak yang ingin membuika lahan dengan cara gampang.

Menurut Heru, sangat kecil peluang kebakaran terjadi akibat faktor alam. Yang ada, kondisi kering tersebut dimanfaatkan pihak-pihak tidak bertanggung jawab untuk membakar lahan dan hutan. Api kecil saja sudah mampu memicu kebakaran hebat karena faktor kekeringan itu.

Warning dari BPPT cukup menmdapat respons dari daerah. Polda Kalbar misalnya, mengklaim telah melakukan langkah pencegahan untuk meminimalisir bencana asap di wilayah hukumnya. “Februari lalu, kami undang gabungan pengusaha perkebunan dan kelapa sawit untuk sosialisasi kebakaran lahan dan hutan,” ujar Kabidhumas Polda Kalbar AKBP Mukson Munandar saat dihubungi kemarin.

Dalam pertemuan tersebut, para pengusaha berikrar tidak akan membuka lahan dengan cara membakar. Selain itu, mereka tidak akan membiarkan warga untuk melakukan pembakaran dan menjaga jangan sampai kebun masing-masing terbakar.

Kemudian, Kapolda KAlbar telah mengeluarkan maklumat kepada masyarakat, yang isinya larangan membakar lahan dan hutan secara sengaja atau karena lalai. Maklumat itu disertai dengan ancaman hukuman bagi para pelakunya, yakni UU Perkebunan, Kehutanan, dan Lingkungan Hidup. “Maklumat itu sudah disebarkan ke seluruh Polres di Kalimantan Barat,” lanjutnya.

Upaya ketiga, pihaknya telah melakukan apel kesiapan bencana kebakaran dengan berbagai instansiu pemadam kebakaran pemerintah maupun swasta. “Kalau ternyata mereka masih membakar, ya kami tindak,” ucapnya.

Di tempat terpisah, BNPB melaporkan jika hujan sudah turun lagi di Riau setelah siklon Gilian mengakibatkan kekeringan beberapa hari. akibat kekeringan tersebut, jarak pandang di Riau kini berkisar 3-7 kilometer setelah sebelumnya mencapai 10 kilometer. (byu/jpnn/azw)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/