29.3 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Pedagang Tanjungbalai Menilai Pemerintah Diskriminatif Soal Larangan Penjualan Barang Bekas Impor

TANJUNGBALAI, SUMUTPOS.CO – Maklumat Presiden Joko Widodo soal pelarangan penjualan barang pakaian atau sepatu bekas asal luar negeri (Thrifting), disikapi dengan tegas pihak berwenang khususnya Kepolisian dan Bea Cukai dengan melakukan penindakan secara masif.

Apalagi pelarangan itu dinilai mampu, menyelamatkan produk serupa asal Dalam Negeri, dengan dalih menyelamatkan UMKM dan perekonomian bangsa.

Tapi disisi lain, kebijakan itu justru menuai pertentangan dari para pedagang berang bekas impor yang selama ini menggantungkan nasibnya pada produk tersebut.

Hal itu ditunjukkan seorang pria di Kota Tanjungbalai, Sumatera Utara yang selama ini menjadi pedagang Thrifting.

Sebagai bentuk protes, pedagang bernama Arjuna Winata tersebut, nekad melakukan membakar sepatu bekas impor miliknya.

Tak hanya menentang pemerintah atas kebijakan larangan impor barang bekas, ia juga menantang Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan untuk menggelar debat publik secara terbuka .

“Kebijakan larangan impor pakaian dan sepatu bekas yang sekarang dikenal dengan istilah thrifting, kami nilai kebijakan tersebut diskriminatif dan tanpa data yang jelas serta menyudutkan satu pihak,” ungkap Arjuna kepada wartawan, Senin (27/3/2023).

Karena itu, lanjut Arjuna, pemerintah khususnya Menteri Perdagangan harus menggelar debat secara terbuka guna mencari solusi akan nasib pedagang thrifting khususnya di Tanjungbalai yang jumlahnya mencapai ribuan orang, yang selama mata pencahariannya bergantung dari berjualan pakaian atau sepatu bekas.

“Wajar rata-rata penduduk disini menggantungkan hidupnya dari berjualan barang impor karena Kota Tanjungbalai merupakan kawasan pelabuhan yang tidak memiliki lahan pertanian ataupun perkebunan,” kecamnya.

Arjuna juga membantah pendapat pemerintah dengan mengatakan impor pakaian atau sepatu bekas mengganggu UMKM.

Karena menurutnya, pangsa pasarnya beda, target pembelinya juga beda. Karenanya, ia meminta pemerintah untuk meninjau kembali kebijakan yang dapat membunuh mata pencaharian rakyat kecil.

“Akibat dari larangan menjual pakaian dan sepatu bekas impor, berpengaruh terhadap aktivitas jual beli di pasar TPO tanjungbalai yang merupakan Central pakaian bekas di Sumut sejak puluhan tahun yang lalu dengan berdirinya 480 kios. Karena kebijakan itu bergulir, sejak beberapa hari terakhir, gudang-gudang penyimpanan barang thrifting tutup , takut dirazia petugas,” pungkasnya.(rel/tri)

TANJUNGBALAI, SUMUTPOS.CO – Maklumat Presiden Joko Widodo soal pelarangan penjualan barang pakaian atau sepatu bekas asal luar negeri (Thrifting), disikapi dengan tegas pihak berwenang khususnya Kepolisian dan Bea Cukai dengan melakukan penindakan secara masif.

Apalagi pelarangan itu dinilai mampu, menyelamatkan produk serupa asal Dalam Negeri, dengan dalih menyelamatkan UMKM dan perekonomian bangsa.

Tapi disisi lain, kebijakan itu justru menuai pertentangan dari para pedagang berang bekas impor yang selama ini menggantungkan nasibnya pada produk tersebut.

Hal itu ditunjukkan seorang pria di Kota Tanjungbalai, Sumatera Utara yang selama ini menjadi pedagang Thrifting.

Sebagai bentuk protes, pedagang bernama Arjuna Winata tersebut, nekad melakukan membakar sepatu bekas impor miliknya.

Tak hanya menentang pemerintah atas kebijakan larangan impor barang bekas, ia juga menantang Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan untuk menggelar debat publik secara terbuka .

“Kebijakan larangan impor pakaian dan sepatu bekas yang sekarang dikenal dengan istilah thrifting, kami nilai kebijakan tersebut diskriminatif dan tanpa data yang jelas serta menyudutkan satu pihak,” ungkap Arjuna kepada wartawan, Senin (27/3/2023).

Karena itu, lanjut Arjuna, pemerintah khususnya Menteri Perdagangan harus menggelar debat secara terbuka guna mencari solusi akan nasib pedagang thrifting khususnya di Tanjungbalai yang jumlahnya mencapai ribuan orang, yang selama mata pencahariannya bergantung dari berjualan pakaian atau sepatu bekas.

“Wajar rata-rata penduduk disini menggantungkan hidupnya dari berjualan barang impor karena Kota Tanjungbalai merupakan kawasan pelabuhan yang tidak memiliki lahan pertanian ataupun perkebunan,” kecamnya.

Arjuna juga membantah pendapat pemerintah dengan mengatakan impor pakaian atau sepatu bekas mengganggu UMKM.

Karena menurutnya, pangsa pasarnya beda, target pembelinya juga beda. Karenanya, ia meminta pemerintah untuk meninjau kembali kebijakan yang dapat membunuh mata pencaharian rakyat kecil.

“Akibat dari larangan menjual pakaian dan sepatu bekas impor, berpengaruh terhadap aktivitas jual beli di pasar TPO tanjungbalai yang merupakan Central pakaian bekas di Sumut sejak puluhan tahun yang lalu dengan berdirinya 480 kios. Karena kebijakan itu bergulir, sejak beberapa hari terakhir, gudang-gudang penyimpanan barang thrifting tutup , takut dirazia petugas,” pungkasnya.(rel/tri)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/