Ratusan Rumah di Medan Utara Juga Terkena Banjir
TAPTENG- Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) sejak Selasa (25/6) malam pukul 20.00 Wib hingga tengah malam kemarin, menyebabkan ribuan rumah penduduk di delapan desa dan kelurahan di Kecamatan Barus, terendam banjir. Banjir melanda akibat meluapnya Sungai Aek Sirahar sekira pukul 04.00 Wib. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini, namun kerugian materil diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.
Camat Barus Drs Herman Suwito, MM didampingi Sekcam Usman Edi,SP dan Plt Kades Pasar Terandam M Taher Siregar kepada METRO TAPANULI (grup Sumut Pos) di lokasi banjir mengatakan, jumlah rumah yang terendam banjir berjumlah 1.033 rumah.
Yakni, di Desa Pasar Terandam ada 450 rumah, di Kelurahan Padang Masian ada 350 rumah, di Kelurahan Pasar Batu Gerigis ada 92 rumah, di Desa Kampung Mduik ada 25 unit, di Desa Kinali ada 45 rumah, di Desa Ujung Batu ada 36 unit, di Desa Bungo Tanjung ada 20 rumah, di Desa Sigambo-gambo Kecamatan Barus ada 15 rumah.
Selain itu, 20 unit kapal penangkap ikan milik nelayan ikut tenggelam. Sejumlah fasilitas pemerintah dan fasilitas umum maupun rumah warga mengalami kerusakan berat dan ringan. Seperti di Desa Kampung Mudik pagar MTsN sepanjang 30 meter dan bronjong penahan banjir sepanjang 10 meter ambruk. Kemudian fasilitas belajar SDN Pasar Terandam seperti buku perpustakaan, kursi hanyut terbawa arus.
Selain itu, fasilitas sekolah dan gedung pemerintah turut terendam seperti Asrama Koramil 01 Barus, TPI (Tempat Pelelangan ikan), Asrama Polsek barus, POS AL Barus, rumah Dinas Camat barus, Perum Pegadaian unit Barus, Musala MAN Barus.
Juga gedung sekolah yaitu SMAN Barus dan MAN Barus, MTsN Barus, MIN Barus, SDN Pasar Terandam, perguruan MIS dan MTs NU Barus, SD, SMP Muhammadiyah Barus ikut terendam, sehingga aktifitas belajar-mengajar terpaksa diliburkan. Sedangkan aktivitas perkantoran sebagian besar terpaksa ditutup karena kantor-kantor banyak yang terendam banjir.
“Kejadian ini langsung kita laporkan kepada Bapak Bupati Tapanuli Tengah Raja Bonaran Situmeang, SH, MHum. Kita berharap agar pemerintah pusat dapat membangun tanggul penahan banjir yang terbuat dari beton. Sehingga kalau terjadi banjir, air sungai tidak meluap hingga ke rumah-rumah penduduk, “ kata Camat Barus.Pantauan di lapangan, meluapnya sungai Aek Sirahar pada pukul 04. 00 Wib dinihari menyebabkan tanggul penahan banjir di Desa Pasar Terandam, Kampung Mudik, Padang Masiang, Ujung Batu menjadi jebol. Ditambah lagi, pintu air yang terdapat di Lorong Pasar Baru Kelurahan Padang Masiang ikut jebol, sehingga arus sungai yang deras mengalir dari rumah-rumah penduduk dengan ketinggian 50 cm hingga 1,50 meter seperti di Desa Pasar Terandam.
Warga yang rumahnya terendam air terpaksa mengungsi ke tempat-tempat yang lebih tinggi. Sedangkan jalan menuju desa TPI tidak bisa dilalui karena terendam air hingga 1,5 meter. Namun pada Rabu siang (26/9), sekitar pukul 14.00 Wib, air mulai surut. Warga pun terlhat mulai membersihkan rumah masing-masing.
Warga yang terkena banjir, Dosma Simanjuntak mengatakan, banjir terjadi hampir setiap tahun. “Tapi baru kali ini yang terbesar sejak sepuluh tahun terakhir ini,” ujarnya.
Sementara itu, dari Jakarta, Kepala Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho meriliskan data banjir di Tapteng. Hanya saja, data jumlah rumah yang terendam banjir yang diriliskan berbeda dari data yang ada di lokasi banjir. “Sebanyak 621 rumah rumah warga yang terendam banjir di Tapteng,” kata dia, Rabu (26/9).
Dijelaskan rumah-rumah warga yang terendam banjir itu, berada di Desa Pasar Terandam. Ini meliputi 300 kepala keluarga. Begitu juga di Desa Pasar Batu Gerigis, 52 KK rumahnya terendam banjir. Di Desa Kenari sebanyak 20 KK, Desa Kampung Mudik 17 KK dan Desa Aek Dakka 15 KK serta Desa Padang Masing 217 KK. “Banjir dipicu meluapnya Sungai Aek Sirahar yang hulunya berada di Kabupaten Humbang Hasundutan,” kata Sutopo.
Selain menggenangi rumah warga, 27 kapal berukuran kecil milik masyarakat hanyut terbawa air. “Banjir juga telah merusak bronjong Sungai Aek Sirahar dengan panjang sekitar 400 meter,” tegasnya.
Menurut Sutopo, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Tapanuli Tengah, masih mendata kerusakan yang timbul serta memberikan bantuan lainnya. “Tim BPBD Sumut tengah menuju lokasi mengingat jarak tempuh kurang 400 kilometer ke lokasi bencana dari kota Medan,” tuntasnya.
Cuaca Ekstrim
Terkait cuaca ekstrim, BMKG Stasiun Polonia Medan memprediksi, intensitas hujan akan makin tinggi dalam sepekan ini. Selain pengaruh musim penghujan, juga dipengaruhi gangguan cuaca dan tekanan rendah di Samudera Hindia.
Untuk daerah dengan cuaca paling ekstrim, Kepala Data dan Informasi BMKG Stasiun Polonia Medan, Mega Sirait menuturkan, terjadi di wilayah Pantai Barat. “Khususnya Sibolga dengan kondisi ekstrimnya 229 milimeter curah hujan. Untuk Medan masih tergolong aman-aman saja,” bebernya.
Adapun daerah yang berpotensi hujan disertai dengan angin kencang yakni Langkat, Medan, Deliserdang, Sergai, Simalungun, Asahan, dan Tapteng. Sedangkan daerah yang berpotensi longsor, yakni Langkat, Dairi, Karo, Tapteng, Tapsel dan Tobasa sekitarnya. “Untuk jarak pandang saat tak ada hujan yakni 5 hingga 10 KM untuk Medan sekitar. Saat hujan turun, jarak pandang berada dikisaran 3 KM,” tambahnya.
Untuk suhu pada malam harinya, Mega menegaskan, pada malam hari 25 sampai 29 derajat Celsius. “Cuaca seperti ini terjadi di mana saat ini memang sudah memasuki musim penghujan dan lebih sering malam hari,” pungkasnya.
Hal senada juga diucapkan Kepala Data dan Informasi BMKG Wilayah I Medan, Hendra Swarta. “Saat ini memang cuaca banyak mendung dan hujan karena adanya gangguan cuaca tekanan rendah di Samudera Hindia sebelah Barat pantai Sumut, dan juga terbentuknya arus udara masuk dibagian Timur Sumut,” tambahnya.
Ratusan Rumah di Medan Utara Ikut Terendam
Banjir juga melanda kawasan di Medan Utara dan merendam ratusan unit rumah di Kecamatan Medan Marelan, Medan Labuhan dan Medan Deli.
Lurah Terjun Kecamatan Medan Marelan H Azwar kepada Sumut Pos mengatakan, 165 unit rumah dari tiga lingkungan terendam banjir. “Genangan air terparah terjadi di Lingkungan VI, XI, dan XIII. Banjir terjadi karena drainase yang ada tidak mampu menampung debit air hujan hingga meluber dan menggenangi rumah warga dan badan jalan,” terang Azwar.
Lurah Tangkahan Kecamatan Medan Labuhan, Nirmaluddin Hasibuan mengatakan, banjir melanda delapan lingkungan tak jauh dari areal Kawasan Industri Medan (KIM).
“Jumlah rumah yang terendam sudah tak terhitung, pastinya banyak terjadi dari Lingkungan I hingga VIII yang berada di Jalan Rawe atau disekitaran KIM,” ungkapnya.
Menurutnya, selain kondisi drainase, banjir disebabkan hilangnya daerah resapan air akibat pembangunan di KIM.
Lurah Titi Papan Kecamatan Medan Deli, Thamrin Lubis, SH mengaku, titik terparah dan rawan banjir terjadi di sekitar Jalan Platina VII A dan di Perumahan Komplek Bank Kecamatan Medan Deli. Ukuran fisik drainase yang cuma selebar 25 centimeter, menjadi pemicu meluapnya air.”Permasalahan drainase ini sudah kita laporkan ke Dinas Bina Marga kota Medan, tapi belum ada realisasi pembangunannya,” terangnya.
Amatan Sumut Pos, titik terparah banjir terlihat di Kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli, Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan, dan Kelurahan Tangkahan Kecamatan Medan Labuhan. Warga yang rumahnya terendam terlihat sibuk membersihkan rumahnya. Sementara beberapa warga lainnya berupaya mengeruk lebih dalam drainase (parit) yang sudah tidak mampu lagi menampung debit air.
Banjir juga merendam Jalan KL Yos Sudarso Medan Labuhan, Jalan Marelan Raya Pasar III dan IV Kelurahan Rengas Pulau dan Jalan Kapten Rahmad Buddin Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan serta Jalan Platina Raya Kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli, mencapai ketinggian 30 cm. Akibatnya, terjadi kemacetan panjang karena sejumlah kendaraan roda dua mogok.(boy/ari/smg/mag17/jon/jpnn)