26.7 C
Medan
Sunday, May 19, 2024

Bocah Meninggal Usai Divaksin, Kadis Kesehatan DS Sebut karena Tetanus

DELISERDANG, SUMUTPOS.CO – Ronald Purba bocah usia 10 tahun meninggal setelah mendapat vaksin Covid-19 dari sekolah. Duka masih terasa di rumah korban di Dusun VIII, Desa Limau Manis, Kecamatan Tanjungmorawa, Kabupaten Deliserdang, Kamis (27/1).

Ibu korban Sarma Simbolon menyatakan sebelum meninggal dunia, Ronal Purba (10) adalah siswa kelas tiga Sekolah Dasar (SD) di Gang Mardisan, Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjungmorawa. Korban mengalami demam tinggi dan sempat kejang sehari usai menjalani vaksin massal anak di sekolahnya, pada Rabu (19/1), dengan persetujuan dari abangnya.

“Saya kerja sebagai perawat orang jompo di salah satu yayasan di Kota Medan. Pada Kamis dinihari sekitar pukul 00.30 WIB anak saya demam dan kejang usai paginya mengikuti vaksin di sekolah. Lalu dibawa ke klinik. Pihak klinik meminta agar Ronal dirujuk ke RS Mitra Medika di Medan, tapi tidak ada dokter khusus anak dan keterbatasan peralatan, korban dibawa ke RS Mitra Sejati dan menjalani perawatan selama 4 hari tapi sakit Ronald tambah parah, pihak RS Mitra Sejati menganjurkan di rujuk lagi ke RS Adam Malik Medan dengan alasan disana peralatan lebih lengkap. Tapi saya kerja dan tidak ada yang menjaga Ronald selama menjalani perawatan, Ronald saya bawa pulang kerumah meski masih sakit,” ucap Sarma dengan wajah sedih.

Sempat terdiam menahan sedih, dikatakan Sarma kalau dokter mengatakan , Ronal terkena infeksi tetanus dan harus di rujuk ke RS Adam Malik. Tapi langsung saya bawa pulang karena tidak ada biaya selama menjaga di rumah sakit menjalani perawatan.

“Sehari setelah dirawat di rumah, demam anak saya tambah parah, lalu di bawa ke Rumah Sakit Umum Amri Tambunan Lubukpakam, setelah di rawat selama 2 hari kondisi korban malah semakin parah, lalu pada Rabu malam anak saya meninggal,” ucapnya lirih.

Sarma mengaku sangat sedih dengan kematian putra bungsunya, tapi ia mengaku tidak ingin larut dalam kesedihan karena ia takut kondisi kesehatannya menjadi drop.

“Saya masih ada tanggungan satu anak lagi yang butuh biaya, kalau saya terus bersedih saya takut kesehatan saya menurun, meski bagaimanapun hati saya sangat sedih kehilangan anak, karena kebutuhan ekonomi saya harus bekerja dan dua bulan sekali terkadang baru pulang melihat anak anak,” kata Sarma.

Sarma juga mengaku, selama ini Ronald tidak pernah sakit dan anak yang periang, makanya ia heran yang di katakan dokter kalau ia kena tetatus diduga akibat pernah tertusuk paku atau kaca.

Sementara itu, terkait kasus ini, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Deliserdang, dr Ade Budi Krista saat dikonfirmasi awak media membantah kalau korban meninggal akibat vaksin, ia mengatakan bahwa pihaknya sudah melakukan tindak lanjut atas adanya informasi anak meninggal dunia karena vaksin.

“Berdasarkan hasil surveillance, Ronal meninggal bukan karena vaksin, tapi karena tetanus,” ucapnya.

Hal itu dikuatkan dari resume medis dan adanya pemeriksaan oleh dokter spesialis anak yang kompeten. Gejala-gejalanya jelas karena adanya trisnus dan opistotonus yang menunjukkan itu tetanus.

“Karena tetanus itu masa inkubasinya lebih dari dua minggu. Artinya secara analisa medis korban sudah terpapar bakteri tetanus pada saat divaksin. Dan gejala timbul sesudah divaksin,” terangnya. (btr/ram)

DELISERDANG, SUMUTPOS.CO – Ronald Purba bocah usia 10 tahun meninggal setelah mendapat vaksin Covid-19 dari sekolah. Duka masih terasa di rumah korban di Dusun VIII, Desa Limau Manis, Kecamatan Tanjungmorawa, Kabupaten Deliserdang, Kamis (27/1).

Ibu korban Sarma Simbolon menyatakan sebelum meninggal dunia, Ronal Purba (10) adalah siswa kelas tiga Sekolah Dasar (SD) di Gang Mardisan, Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjungmorawa. Korban mengalami demam tinggi dan sempat kejang sehari usai menjalani vaksin massal anak di sekolahnya, pada Rabu (19/1), dengan persetujuan dari abangnya.

“Saya kerja sebagai perawat orang jompo di salah satu yayasan di Kota Medan. Pada Kamis dinihari sekitar pukul 00.30 WIB anak saya demam dan kejang usai paginya mengikuti vaksin di sekolah. Lalu dibawa ke klinik. Pihak klinik meminta agar Ronal dirujuk ke RS Mitra Medika di Medan, tapi tidak ada dokter khusus anak dan keterbatasan peralatan, korban dibawa ke RS Mitra Sejati dan menjalani perawatan selama 4 hari tapi sakit Ronald tambah parah, pihak RS Mitra Sejati menganjurkan di rujuk lagi ke RS Adam Malik Medan dengan alasan disana peralatan lebih lengkap. Tapi saya kerja dan tidak ada yang menjaga Ronald selama menjalani perawatan, Ronald saya bawa pulang kerumah meski masih sakit,” ucap Sarma dengan wajah sedih.

Sempat terdiam menahan sedih, dikatakan Sarma kalau dokter mengatakan , Ronal terkena infeksi tetanus dan harus di rujuk ke RS Adam Malik. Tapi langsung saya bawa pulang karena tidak ada biaya selama menjaga di rumah sakit menjalani perawatan.

“Sehari setelah dirawat di rumah, demam anak saya tambah parah, lalu di bawa ke Rumah Sakit Umum Amri Tambunan Lubukpakam, setelah di rawat selama 2 hari kondisi korban malah semakin parah, lalu pada Rabu malam anak saya meninggal,” ucapnya lirih.

Sarma mengaku sangat sedih dengan kematian putra bungsunya, tapi ia mengaku tidak ingin larut dalam kesedihan karena ia takut kondisi kesehatannya menjadi drop.

“Saya masih ada tanggungan satu anak lagi yang butuh biaya, kalau saya terus bersedih saya takut kesehatan saya menurun, meski bagaimanapun hati saya sangat sedih kehilangan anak, karena kebutuhan ekonomi saya harus bekerja dan dua bulan sekali terkadang baru pulang melihat anak anak,” kata Sarma.

Sarma juga mengaku, selama ini Ronald tidak pernah sakit dan anak yang periang, makanya ia heran yang di katakan dokter kalau ia kena tetatus diduga akibat pernah tertusuk paku atau kaca.

Sementara itu, terkait kasus ini, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Deliserdang, dr Ade Budi Krista saat dikonfirmasi awak media membantah kalau korban meninggal akibat vaksin, ia mengatakan bahwa pihaknya sudah melakukan tindak lanjut atas adanya informasi anak meninggal dunia karena vaksin.

“Berdasarkan hasil surveillance, Ronal meninggal bukan karena vaksin, tapi karena tetanus,” ucapnya.

Hal itu dikuatkan dari resume medis dan adanya pemeriksaan oleh dokter spesialis anak yang kompeten. Gejala-gejalanya jelas karena adanya trisnus dan opistotonus yang menunjukkan itu tetanus.

“Karena tetanus itu masa inkubasinya lebih dari dua minggu. Artinya secara analisa medis korban sudah terpapar bakteri tetanus pada saat divaksin. Dan gejala timbul sesudah divaksin,” terangnya. (btr/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/