27 C
Medan
Friday, February 28, 2025
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_img

Cuci Darah Kedua, R Boru Ketaren Meninggal di RSUD Djoelham Binjai

BINJAI, SUMUTPOS.CO – Pasien cuci darah, R br Ketaren meningga dunia saat menjalani cuci darah kedua di Rumah Sakit Umum Daerah Djoelham Binjai. Wanita 75 tahun itu meninggal dunia ketika menjalani cuci darah kedua di RSUD Djoelham.

Anak korban, Tiopan Tarigan menjelaskan, almarhumah ibundanya masuk ke RSUD Djoelham pada Sabtu (8/2/2025) lalu. Kemudian menjalani cuci darah pertama pada Rabu (12/5/2024).

Lalu, lanjut cuci darah kedua pada Sabtu (15/2/2025). Cuci darah kedua ini terjadi peristiwa yang diduga akibat kelalaian dan berujung dugaan malapraktik.

Saat cuci kedua yang berujung nyawa ibunya melayang, Tiopan sedang di luar. “Saya lagi di luar memang untuk membeli perbekalan ibu saya di Pasar Kaget Kota Binjai. Karena kata dokter ibu saya sudah bisa pulang, tiba-tiba kakak saya menelepon sambil menangis histeris. Di bilangnya ibu saya sudah meninggal,” ujar Tiopan, Jumat (28/2/2025).

Kabar itu direspon cepat Tiopan dengan balik kanan ke RSUD Djoelham. Setibanya di sana, ia melihat 1 mobil pemadam kebakaran yang mengulurkan selang ke dalam rumah sakit.

Tiopan melihat petugas pemadam saat itu memasukkan selang ke dalam ruangan Hemodialisa (HD). “Sedangkan ibu saya, dadanya lagi ditekan-tekan. Dan saya mendengar perkataan tim medis waktu itu, menyatakan ibu saya meninggal dunia. Spontan saya terkejut, saya tanya juga kenapa mesinnya ada tulisan “no water”, ada alarm berbunyi dan kedipan lampu berwarna merah,” ujar Tiopan.

“Ada petugas medis yang menyahuti pertanyaan saya, katanya kan sudah ada pemadam kebakaran lagi di isi pak. Langsung saya berpikir jika ibu saya meninggal karena tidak ada air di mesin HD itu,” sambungnya.

Karena merasa janggal dan ada yang tak beres atas kematian ibunya, pria yang juga seorang advokat ini mencari tau kebenarannya. “Informasi yang saya dapatkan dari aplikasi Meta AI, apakah kekurangan air dalam proses cuci darah bisa mengakibatkan kematian? Dan dijawab jika benar, kekurangan air dalam proses cuci darah dapat mengakibatkan kematian,” kata Tiopan.

Bahkan menurut Tiopan dari informasi aplikasi Meta AI, kekurangan air saat cuci darah dapat mengakibatkan komplikasi serius.

“Dan sampai saat ini apa karena kekurangan air membuat ibu saya meninggal dunia. Ini yang terus menghantui saya. Pada tanggal 15 Februari 2025 sewaktu ibu saya meninggal, saya sudah meminta pihak RSUD Djoelham untuk diklarifikasi, untuk bertemu dengan humas atau direktur. Tapi sampai dengan sekarang tidak ada kepuasan bagi saya belum mendapat klarifikasi atas meninggal ibu tercinta saya,” tambahnya.

Tiopan juga menyampaikan pesan tertulis kepada pejabat di RSUD Djoelham terkait pelayanan publik di rumah sakit milik pemerintah itu.

“Di mana poin-poin pelayanan publik yang saya amati, akses lift untuk keluarga pasien tidak diberikan 1×24 jam. Lift itu hanya sampai pukul 18.00 WIB saja. Beberapa bagian bangunan lampunya remang tak layak. Air di kamar mandi rumah sakit ini juga kuning dan bau,” kata Tiopan.

Disinggung apakah kejadian ini akan dibawa ke ranah hukum, Tiopan menjelaskan akan menunggu terlebih dahulu itikat rumah sakit 2-3 hari mendatang. Terpisah, pejabat di RSUD Djoelham Binjai tidak memberi respon ketika dikonfirmasi. (ted/han)

BINJAI, SUMUTPOS.CO – Pasien cuci darah, R br Ketaren meningga dunia saat menjalani cuci darah kedua di Rumah Sakit Umum Daerah Djoelham Binjai. Wanita 75 tahun itu meninggal dunia ketika menjalani cuci darah kedua di RSUD Djoelham.

Anak korban, Tiopan Tarigan menjelaskan, almarhumah ibundanya masuk ke RSUD Djoelham pada Sabtu (8/2/2025) lalu. Kemudian menjalani cuci darah pertama pada Rabu (12/5/2024).

Lalu, lanjut cuci darah kedua pada Sabtu (15/2/2025). Cuci darah kedua ini terjadi peristiwa yang diduga akibat kelalaian dan berujung dugaan malapraktik.

Saat cuci kedua yang berujung nyawa ibunya melayang, Tiopan sedang di luar. “Saya lagi di luar memang untuk membeli perbekalan ibu saya di Pasar Kaget Kota Binjai. Karena kata dokter ibu saya sudah bisa pulang, tiba-tiba kakak saya menelepon sambil menangis histeris. Di bilangnya ibu saya sudah meninggal,” ujar Tiopan, Jumat (28/2/2025).

Kabar itu direspon cepat Tiopan dengan balik kanan ke RSUD Djoelham. Setibanya di sana, ia melihat 1 mobil pemadam kebakaran yang mengulurkan selang ke dalam rumah sakit.

Tiopan melihat petugas pemadam saat itu memasukkan selang ke dalam ruangan Hemodialisa (HD). “Sedangkan ibu saya, dadanya lagi ditekan-tekan. Dan saya mendengar perkataan tim medis waktu itu, menyatakan ibu saya meninggal dunia. Spontan saya terkejut, saya tanya juga kenapa mesinnya ada tulisan “no water”, ada alarm berbunyi dan kedipan lampu berwarna merah,” ujar Tiopan.

“Ada petugas medis yang menyahuti pertanyaan saya, katanya kan sudah ada pemadam kebakaran lagi di isi pak. Langsung saya berpikir jika ibu saya meninggal karena tidak ada air di mesin HD itu,” sambungnya.

Karena merasa janggal dan ada yang tak beres atas kematian ibunya, pria yang juga seorang advokat ini mencari tau kebenarannya. “Informasi yang saya dapatkan dari aplikasi Meta AI, apakah kekurangan air dalam proses cuci darah bisa mengakibatkan kematian? Dan dijawab jika benar, kekurangan air dalam proses cuci darah dapat mengakibatkan kematian,” kata Tiopan.

Bahkan menurut Tiopan dari informasi aplikasi Meta AI, kekurangan air saat cuci darah dapat mengakibatkan komplikasi serius.

“Dan sampai saat ini apa karena kekurangan air membuat ibu saya meninggal dunia. Ini yang terus menghantui saya. Pada tanggal 15 Februari 2025 sewaktu ibu saya meninggal, saya sudah meminta pihak RSUD Djoelham untuk diklarifikasi, untuk bertemu dengan humas atau direktur. Tapi sampai dengan sekarang tidak ada kepuasan bagi saya belum mendapat klarifikasi atas meninggal ibu tercinta saya,” tambahnya.

Tiopan juga menyampaikan pesan tertulis kepada pejabat di RSUD Djoelham terkait pelayanan publik di rumah sakit milik pemerintah itu.

“Di mana poin-poin pelayanan publik yang saya amati, akses lift untuk keluarga pasien tidak diberikan 1×24 jam. Lift itu hanya sampai pukul 18.00 WIB saja. Beberapa bagian bangunan lampunya remang tak layak. Air di kamar mandi rumah sakit ini juga kuning dan bau,” kata Tiopan.

Disinggung apakah kejadian ini akan dibawa ke ranah hukum, Tiopan menjelaskan akan menunggu terlebih dahulu itikat rumah sakit 2-3 hari mendatang. Terpisah, pejabat di RSUD Djoelham Binjai tidak memberi respon ketika dikonfirmasi. (ted/han)

spot_img

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

spot_imgspot_imgspot_img

Artikel Terbaru