30 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Belum Diresmikan Plafon Ruangan Ambruk

Gedung Sekretariat DPRD Labuhanbatu Telan Dana Rp11 Miliar

LABUHANBATU-Plafon di sejumlah ruangan gedung baru Sekretariat DPRD Labuhanbatu ambruk, Minggu (26/8) sekitar pukul 20.15 WIB. Bangun yang dibangun dengan proyek Rp11 miliar itu hingga kini belum bisa ditempati anggota DPRD Labuhanbatu.

Ambruk : Seorang warga sedang memperhatikan lubang  plafon  Gedung Sekretariat DPRD Labuhanbatu ambruk. //Joko/Sumut Pos
Ambruk : Seorang warga sedang memperhatikan lubang pada plafon di Gedung Sekretariat DPRD Labuhanbatu ambruk. //Joko/Sumut Pos

Amatan Sumut Pos, Senin (27/8) plafon terbuat dari material gipsun yang baru selesai dikerjakan ambruk dan berserak di lantai. Seperti halnya di ruang panitia rapat anggaran plafon yang ambruk berukuran berkisar 1X1.5 meter.

Selanjutnya ruang Komisi A berukuran sekitar 1X1.5 meter, ruang Komisi C sekitar 1X1 meter, kipas angin di kamar mandi yang bersebelahan dengan ruang Komisi C lepas dan terjatuh dari atap. Kondisi yang lebih parah terlihat di ruang rapat Badan Musyawarah (Banmus) dengan ukuran sekitar 2X2.5 meter.

Dalam amatan hingga sekitar pukul 11.00 WIB, sejumlah anak sekolah yang sedang praktik siswa ganda (PSG) di sana masih terlihat membersihkan serpihan gipsun yang masih berserakan di lantai. Sedangkan lantai meja dari kaca di ruangan Banmus juga pecah berserakan ke lantai.

Hingga menjelang siang hari, siswa-siswi yang PSG masih membersihkan ruangan yang sedang berantakan. Saat ditanya kapan ambruknya, mereka mengatakan ketidaktahuannya.“Tapi tadi cerita ibu-ibu itu mungkin tadi malam waktu hujan. Kami hanya disuruh membersihkan sajanya,” ujar mereka.
Selain itu, genangan air juga terlihat di sejumlah ruangan maupun kamar mandi. Itu diduga berasal dari air hujan yang masuk melalui cela-cela atap yang bocor. Karena pemasangan atap disinyalir tidak kuat dan terlalu berjarak sehingga menyisakan ruang kosong dan berlubang.

Informasi yang diperoleh gedung Sekretariat yang belum diresmikan tersebut sudah menelan dana murni dari APBD Labuhanbatu mencapai Rp11 miliar dengan rincian, tahun 2008-2009 sebesar Rp4,8 miliar, 2010 Rp3,4 miliar, 2011 Rp2,3 miliar serta tambahan pengadaan moubiler serta pembuatan taman dan lainnya ditahun 2012.

Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Labuhanbatu Saiful Usdek menegaskan pihaknya akan segera memanggil dinas terkait, konsultan, pengawas hingga rekanan yang mengerjakannya.

“Dalam waktu dekat akan kita panggil terkait apa sebabnya hingga rubuh dan harus dipertanggungjawabkan,” tegasnya yang mengaku baru terpilih menjadi Ketua Komisi D beberapa waktu lalu.

Sementara Sekretaris DPRD H Fuad Siregar berulangkali ingin ditemui dikantornya tidak berhasil. Panggilan yang dilayangkan Sumut Pos berkali-kali juga tidak diterimannya, walau handphone milik Fuad sedang aktif.

Menanggapi hal itu, Kabid Investigasi Labuhanbatu Corruption Watch Indonesia (LCWI) Kamal Ritonga menjelaskan, ambruknya plafon diduga rekanan sengaja mengirit material serta ketidaksesuaian merek material yang dipakai, sehingga rangka baja tidak mampu menahan gipsun yang dipasangkan.
“Dugaannya, ukuran rangka baja dan jarak pasangnya dalam menahan rangka plafon dengan beban berat gipsun tidak sesuai, sehingga ambruk gipsunnya, ya ada kemungkinan bahannya diirit atau tidak sesuai dokumen kontrak. Apalagi ada air yang menggenanginya, kan aneh,” jelas Ritonga.

Disinggung apakah hal itu akibat datangnya hujan deras, Ritonga terkesan membantahnya. Apalagi tidak terjadi gempa yang memungkinkan membuat getaran yang berpengaruh.

“Memang hujannya deras, tapi tidak disertai angin kencang, jadi sangat tidak mungkin karena itu dan gempapun tidak ada. Ini mengindikasikan pekerjaan sembarangan, itu yang lebih memungkinkan,” tegas Kamal Ritonga.

Data yang dimiliki Sumut Pos sebelumnya, bahagian posisi kanan kiri kanopi atau lepel gedung Sekretariat yang berada diatas lantai II, tepatnya yang mengarah ke gedung kantor wakil rakyat lama, pada 21 April 2012 lalu sekira pukul 01.00 WIB dinihari juga ambruk.

Saat itu, reruntuhan semen yang belum dilakukan plasteran dengan semen halus tersebut terlihat berserakan di depan lantai bawah. Sementara bahagian kanan kiri kanopi masih tergantung bongkahan semen dengan gumpalan yang besar. Jika tidak memakai tulang besi, diyakini pasti ambruk kedasar gedung.
Ketua Komisi D DPRD H Ali Akbar Hasibuan (masa tahun 2010) menerangkan, rubuhnya sebagian lepel/kanopi gedung Sekretariat tersebut diketahui mereka saat menggelar rapat pembahasan laporan keterangan pertanggungjawaban (LKPj) Bupati Pemkab Labuhanbatu HT Milwan tahun 2009. “Kami saja terkejut malam itu, kami kira gedungnya yang ambruk,” jawab Ali. (mag-16)

Gedung Sekretariat DPRD Labuhanbatu Telan Dana Rp11 Miliar

LABUHANBATU-Plafon di sejumlah ruangan gedung baru Sekretariat DPRD Labuhanbatu ambruk, Minggu (26/8) sekitar pukul 20.15 WIB. Bangun yang dibangun dengan proyek Rp11 miliar itu hingga kini belum bisa ditempati anggota DPRD Labuhanbatu.

Ambruk : Seorang warga sedang memperhatikan lubang  plafon  Gedung Sekretariat DPRD Labuhanbatu ambruk. //Joko/Sumut Pos
Ambruk : Seorang warga sedang memperhatikan lubang pada plafon di Gedung Sekretariat DPRD Labuhanbatu ambruk. //Joko/Sumut Pos

Amatan Sumut Pos, Senin (27/8) plafon terbuat dari material gipsun yang baru selesai dikerjakan ambruk dan berserak di lantai. Seperti halnya di ruang panitia rapat anggaran plafon yang ambruk berukuran berkisar 1X1.5 meter.

Selanjutnya ruang Komisi A berukuran sekitar 1X1.5 meter, ruang Komisi C sekitar 1X1 meter, kipas angin di kamar mandi yang bersebelahan dengan ruang Komisi C lepas dan terjatuh dari atap. Kondisi yang lebih parah terlihat di ruang rapat Badan Musyawarah (Banmus) dengan ukuran sekitar 2X2.5 meter.

Dalam amatan hingga sekitar pukul 11.00 WIB, sejumlah anak sekolah yang sedang praktik siswa ganda (PSG) di sana masih terlihat membersihkan serpihan gipsun yang masih berserakan di lantai. Sedangkan lantai meja dari kaca di ruangan Banmus juga pecah berserakan ke lantai.

Hingga menjelang siang hari, siswa-siswi yang PSG masih membersihkan ruangan yang sedang berantakan. Saat ditanya kapan ambruknya, mereka mengatakan ketidaktahuannya.“Tapi tadi cerita ibu-ibu itu mungkin tadi malam waktu hujan. Kami hanya disuruh membersihkan sajanya,” ujar mereka.
Selain itu, genangan air juga terlihat di sejumlah ruangan maupun kamar mandi. Itu diduga berasal dari air hujan yang masuk melalui cela-cela atap yang bocor. Karena pemasangan atap disinyalir tidak kuat dan terlalu berjarak sehingga menyisakan ruang kosong dan berlubang.

Informasi yang diperoleh gedung Sekretariat yang belum diresmikan tersebut sudah menelan dana murni dari APBD Labuhanbatu mencapai Rp11 miliar dengan rincian, tahun 2008-2009 sebesar Rp4,8 miliar, 2010 Rp3,4 miliar, 2011 Rp2,3 miliar serta tambahan pengadaan moubiler serta pembuatan taman dan lainnya ditahun 2012.

Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Labuhanbatu Saiful Usdek menegaskan pihaknya akan segera memanggil dinas terkait, konsultan, pengawas hingga rekanan yang mengerjakannya.

“Dalam waktu dekat akan kita panggil terkait apa sebabnya hingga rubuh dan harus dipertanggungjawabkan,” tegasnya yang mengaku baru terpilih menjadi Ketua Komisi D beberapa waktu lalu.

Sementara Sekretaris DPRD H Fuad Siregar berulangkali ingin ditemui dikantornya tidak berhasil. Panggilan yang dilayangkan Sumut Pos berkali-kali juga tidak diterimannya, walau handphone milik Fuad sedang aktif.

Menanggapi hal itu, Kabid Investigasi Labuhanbatu Corruption Watch Indonesia (LCWI) Kamal Ritonga menjelaskan, ambruknya plafon diduga rekanan sengaja mengirit material serta ketidaksesuaian merek material yang dipakai, sehingga rangka baja tidak mampu menahan gipsun yang dipasangkan.
“Dugaannya, ukuran rangka baja dan jarak pasangnya dalam menahan rangka plafon dengan beban berat gipsun tidak sesuai, sehingga ambruk gipsunnya, ya ada kemungkinan bahannya diirit atau tidak sesuai dokumen kontrak. Apalagi ada air yang menggenanginya, kan aneh,” jelas Ritonga.

Disinggung apakah hal itu akibat datangnya hujan deras, Ritonga terkesan membantahnya. Apalagi tidak terjadi gempa yang memungkinkan membuat getaran yang berpengaruh.

“Memang hujannya deras, tapi tidak disertai angin kencang, jadi sangat tidak mungkin karena itu dan gempapun tidak ada. Ini mengindikasikan pekerjaan sembarangan, itu yang lebih memungkinkan,” tegas Kamal Ritonga.

Data yang dimiliki Sumut Pos sebelumnya, bahagian posisi kanan kiri kanopi atau lepel gedung Sekretariat yang berada diatas lantai II, tepatnya yang mengarah ke gedung kantor wakil rakyat lama, pada 21 April 2012 lalu sekira pukul 01.00 WIB dinihari juga ambruk.

Saat itu, reruntuhan semen yang belum dilakukan plasteran dengan semen halus tersebut terlihat berserakan di depan lantai bawah. Sementara bahagian kanan kiri kanopi masih tergantung bongkahan semen dengan gumpalan yang besar. Jika tidak memakai tulang besi, diyakini pasti ambruk kedasar gedung.
Ketua Komisi D DPRD H Ali Akbar Hasibuan (masa tahun 2010) menerangkan, rubuhnya sebagian lepel/kanopi gedung Sekretariat tersebut diketahui mereka saat menggelar rapat pembahasan laporan keterangan pertanggungjawaban (LKPj) Bupati Pemkab Labuhanbatu HT Milwan tahun 2009. “Kami saja terkejut malam itu, kami kira gedungnya yang ambruk,” jawab Ali. (mag-16)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/