26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Waspada Lahar Dingin Sinabung

AMINOER RASYID/SUMUT POS Warga menyelamatkan diri dari letusan Gunung Api Sinabung di Desa Namentren, Kabupaten Karo, Selasa (17/9).
AMINOER RASYID/SUMUT POS
Warga menyelamatkan diri dari letusan Gunung Api Sinabung di Desa Namentren, Kabupaten Karo, Selasa (17/9).

SUMUTPOS.CO-Letusan Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumut, beberapa waktu terakhir menimbulkan ancaman baru. Banjir lahar dingin kini mengancam sejumlah desa di lereng maupun kaki gunung tertinggi di Pulau Sumatera itu. Banjir tersebut sudah dua kali terjadi dalam skala kecil di Desa Sukameriah yang berdekatan dengan kawah.

Sejak 17 September lalu, Sinabung sudah meletus lebih dari lima kali. Kali terakhir, letusan terjadi pada Sabtu (26/10) sore dan abu vulkanik menyembur hingga lima kilometer. letusan itu diiringi gempa tremor beberapa kali.

Kepala PVMBG Hendrasto menyatakan, saat letusan terjadi sempat terjadi gelombang pengungsian. “Pengungsian itu sementara saja. Begitu Sinabung tenang, masyarakat langsung kembali ke rumah,” terangnya kemarin. Gelombang pengungsian terjadi hanya karena warga sekedar menghindari abu vulkanik.

Meski kemarin pagi gunung setinggi 2.460 meter itu sudah tenang, masyarakat diminta tetap waspada. Sebab, banjir lahar dingin berpotensi kembali terjadi. Sumbernya berasal dari guguran abu di yang menumpuk puncak gunung. Jika terjadi hujan, potensi banjir lahar dingin cukup besar.

Hendrasto menyebut ada empat desa yang potensial terkena dampak banjir lahar dingin. Yakni, Desa Sukameriah, Desa Bekerah, Desa Kutagugung dan Desa Sigarang-garang. “Desa-desa itu berdekatan dengan sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Sinabung,” lanjutnya.

Hingga semalam, belum ada tanda-tanda peningkatan aktivitas gunung tersebut. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyatakan, erupsi masih potensial terjadi dan abu letusannya bisa mengganggu kesehatan plus merusak tanaman. Pihaknya telah menyiapkan segala sesuatu untuk mengantisipasi keadaan buruk, termasuk jika ada gelombang pengungsian dalam jangka waktu lama.

Status gunung Sinabung sampai saat ini ada di level II atau waspada. Itu berarti, tidak boleh ada aktivitas manusia dalam radius dua kilometer dari puncak gunung. Jika terjadi peningkatan aktivitas terus menerus, dalam jangka panjang Pihak PVMBG merekomendasikan agar warga di kawasan sekitar gunung tersebut direlokasi. (byu)

AMINOER RASYID/SUMUT POS Warga menyelamatkan diri dari letusan Gunung Api Sinabung di Desa Namentren, Kabupaten Karo, Selasa (17/9).
AMINOER RASYID/SUMUT POS
Warga menyelamatkan diri dari letusan Gunung Api Sinabung di Desa Namentren, Kabupaten Karo, Selasa (17/9).

SUMUTPOS.CO-Letusan Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumut, beberapa waktu terakhir menimbulkan ancaman baru. Banjir lahar dingin kini mengancam sejumlah desa di lereng maupun kaki gunung tertinggi di Pulau Sumatera itu. Banjir tersebut sudah dua kali terjadi dalam skala kecil di Desa Sukameriah yang berdekatan dengan kawah.

Sejak 17 September lalu, Sinabung sudah meletus lebih dari lima kali. Kali terakhir, letusan terjadi pada Sabtu (26/10) sore dan abu vulkanik menyembur hingga lima kilometer. letusan itu diiringi gempa tremor beberapa kali.

Kepala PVMBG Hendrasto menyatakan, saat letusan terjadi sempat terjadi gelombang pengungsian. “Pengungsian itu sementara saja. Begitu Sinabung tenang, masyarakat langsung kembali ke rumah,” terangnya kemarin. Gelombang pengungsian terjadi hanya karena warga sekedar menghindari abu vulkanik.

Meski kemarin pagi gunung setinggi 2.460 meter itu sudah tenang, masyarakat diminta tetap waspada. Sebab, banjir lahar dingin berpotensi kembali terjadi. Sumbernya berasal dari guguran abu di yang menumpuk puncak gunung. Jika terjadi hujan, potensi banjir lahar dingin cukup besar.

Hendrasto menyebut ada empat desa yang potensial terkena dampak banjir lahar dingin. Yakni, Desa Sukameriah, Desa Bekerah, Desa Kutagugung dan Desa Sigarang-garang. “Desa-desa itu berdekatan dengan sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Sinabung,” lanjutnya.

Hingga semalam, belum ada tanda-tanda peningkatan aktivitas gunung tersebut. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyatakan, erupsi masih potensial terjadi dan abu letusannya bisa mengganggu kesehatan plus merusak tanaman. Pihaknya telah menyiapkan segala sesuatu untuk mengantisipasi keadaan buruk, termasuk jika ada gelombang pengungsian dalam jangka waktu lama.

Status gunung Sinabung sampai saat ini ada di level II atau waspada. Itu berarti, tidak boleh ada aktivitas manusia dalam radius dua kilometer dari puncak gunung. Jika terjadi peningkatan aktivitas terus menerus, dalam jangka panjang Pihak PVMBG merekomendasikan agar warga di kawasan sekitar gunung tersebut direlokasi. (byu)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/