31 C
Medan
Sunday, June 30, 2024

Potensi Banjir dan Badai Besar Jelang Tahun Baru 2023, Warga Diingatkan Berhati-hati

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Potensi banjir dan badai besar menjadi ancaman di akhir tahun 2022 dan awal tahun baru 2023. Atas hal itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau kepada warga yang hendak berlibur untuk berhati-hati dan sigap melihat potensi bencana.

“Dilihat, kalau memang sudah hujan, rapat gitu satu jam berturut-turut, kita lihat di depan jarak beberapa meter sudah enggak terlihat, itu sudah harus hati-hati,” ujar Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto kepada wartawan, Selasa (27/12).

Berkaca pada bencana yang terjadi lantaran cuaca ekstrem berupa longsor, banjir, hingga gempa bumi, Suharyanto mengatakan, durasi tersebut biasanya tidak lama, tapi dampak kerusakannya cukup parah. “Kalau kita lihat bencana Cianjur, itu kejadian gempa 7 detik, akibatnya sampai 60 ribu rumah lebih yang hancur, yang meninggal 600 lebih, itu menunjukkan bahwa memang kita tinggal di daerah rawan bencana,” ucapnya.

“Bencana itu bisa datang setiap saat dalam waktu yang singkat tetapi akibatnya sangat memprihatinkan,” sambungnya.

Oleh karena itu, dalam hal ketika warga akan berwisata, terutama wisata alam seperti halnya pantai maupun lainnya, warga diminta untuk tetap memiliki kewaspadaan terhadap bencana.

“Kepada masyarakat, dalam bergerak dari satu titik ke titik lain, atau berdiam di satu tempat, harus mempunyai sense terhadap bencana,” kata Suharyanto.

Jika berada di tempat yang rendah, ketika potensi ROB sudah terlihat, segera cari tempat tinggi. Adapun jika sedang beristirahat di rumah makan yang di belakangnya tebing, diusahakan pindah

“Karena pengalaman selama ini, itu yang terjadi. Kita lihat di Cianjur, Warung Sate Shinta, itu hanya hitungan detik, beberapa puluh orang kena (longsor),” tegasnya.

 

Hujan Deras Berpotensi Sampai Tahun Baru

Sementara, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan seluruh wilayah Indonesia berpotensi dilanda hujan lebat hingga sangat lebat, selama periode Natal dan Tahun Baru 2023. Potensi hujan dengan intensitas signifikan selama periode 25 Desember 2022 – 1 Januari 2023 perlu diwaspadai di beberapa wilayah.

Adapun wilayah yang terdampak hujan lebat hingga sangat lebat di antaranya Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jogjakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku. Sementara wilayah yang berpotensi mengalami hujan sedang hingga lebat terjadi pada daerah Aceh, Lampung, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, peningkatan curah hujan selama periode Natal dan Tahun Baru 2023 diakibatkan sejumlah dinamika atmosfer. Diantaranya, peningkatan aktivitas Monsun Asia yang dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan secara signifikan di wilayah Indonesia bagian barat, tengah dan selatan.

Selain itu, kata dia, meningkatnya intensitas seruakan dingin Asia yang dapat meningkatkan kecepatan angin permukaan di wilayah Indonesia bagian barat dan selatan, serta meningkatkan potensi awan hujan di sekitar Kalimantan, Sumatera, Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara.

Dinamika atmosfer lainnya yaitu adanya indikasi pembentukan pusat tekanan rendah di sekitar wilayah perairan selatan Indonesia, yang dapat memicu peningkatan pertumbuhan awan konvektif yang cukup masif dan berpotensi menyebabkan hujan dengan intensitas tinggi, peningkatan kecepatan angin permukaan, serta peningkatan tinggi gelombang di sekitarnya.

“Dan yang keempat, terpantaunya beberapa aktifitas gelombang atmosfer, yaitu fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) yang terbentuk bersamaan dengan gelombang Kelvin dan Rossby Ekuatorial, kondisi tersebut berkontribusi signifikan terhadap peningkatan curah hujan di beberapa wilayah Indonesia terutama di bagian tengah dan timur,” papar Dwikorita dalam keterangannya, Selasa (27/12).

Dwikorita menuturkan, selain hujan lebat kompleksnya dinamika atmosfer berpotensi mengakibatkan gelombang tinggi di wilayah perairan Indonesia, pada periode 21 – 27 Desember 2022. Adapun wilayah perairan Indonesia yang perlu diwaspadai, yakni kategori tinggi gelombang 2.5 – 4.0 m : Selat Malaka Bagian Utara, Perairan Utara Sabang, Perairan Barat Aceh, Perairan Barat Nias, Perairan Kep. Mentawai, Perairan Barat Enggano Hingga Lampung, Samudra Hindia Barat Sumatera, Selat Sunda, Perairan Selatan Jawa Hingga Ntb, Samudra Hindia Selatan Banten, Samudra Hindia Selatan Jawa Timur Hingga Ntb, Perairan Anambas – Natuna, Perairan Subi – Serasan, Laut Jawa Bagian Tengah Dan Timur, Laut Sulawesi Bagain Tengah Dan Timur, Perairan Utara Sulawesi, Perairan Kep. Sitaro Bagian Barat, Perairan Kep. Sangihe Dan Talaud, Samudra Pasifik Utara Halmahera Hingga Papua Barat.

Kemudian, kategori tinggi gelombang 4.0 – 6.0 m : Laut Natuna Utara, Samudra Hindia Selatan Jawa Barat Dan Tengah

Dengan adanya prakiraan cuaca tersebut, Dwikorita meminta masyarakat untuk terus memonitor informasi prakiraan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG. Menurutnya, risiko terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang, puting beliung dan gelombang tinggi sangat besar terjadi.

“Pemerintah dan masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan dan kesiap-siagaan dalam menghadapi risiko terjadinya bencana hidrometeorologi. Dahan dan ranting pohon yang rapuh harus dipangkas serta menguatkan tegakan/tiang agar tidak roboh tertiup angin kencang,” ujarnya.

Pemerintah Daerah, kata Dwikorita, perlu lebih mengintensifkan koordinasi, sinergi, dan komunikasi antar pihak terkait untuk kesiapsiagaan antisipasi bencana hidrometrorologi. Selain itu, Pemerintah Daerah juga harus memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan.

“Perlu juga digencarkan sosialisasi, edukasi, dan literasi secara lebih masif untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian Pemerintah Daerah, masyarakat serta pihak terkait dalam pencegahan/pengurangan risiko bencana hidrometeorologi,” pungkasnya. (jpc/adz)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Potensi banjir dan badai besar menjadi ancaman di akhir tahun 2022 dan awal tahun baru 2023. Atas hal itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau kepada warga yang hendak berlibur untuk berhati-hati dan sigap melihat potensi bencana.

“Dilihat, kalau memang sudah hujan, rapat gitu satu jam berturut-turut, kita lihat di depan jarak beberapa meter sudah enggak terlihat, itu sudah harus hati-hati,” ujar Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto kepada wartawan, Selasa (27/12).

Berkaca pada bencana yang terjadi lantaran cuaca ekstrem berupa longsor, banjir, hingga gempa bumi, Suharyanto mengatakan, durasi tersebut biasanya tidak lama, tapi dampak kerusakannya cukup parah. “Kalau kita lihat bencana Cianjur, itu kejadian gempa 7 detik, akibatnya sampai 60 ribu rumah lebih yang hancur, yang meninggal 600 lebih, itu menunjukkan bahwa memang kita tinggal di daerah rawan bencana,” ucapnya.

“Bencana itu bisa datang setiap saat dalam waktu yang singkat tetapi akibatnya sangat memprihatinkan,” sambungnya.

Oleh karena itu, dalam hal ketika warga akan berwisata, terutama wisata alam seperti halnya pantai maupun lainnya, warga diminta untuk tetap memiliki kewaspadaan terhadap bencana.

“Kepada masyarakat, dalam bergerak dari satu titik ke titik lain, atau berdiam di satu tempat, harus mempunyai sense terhadap bencana,” kata Suharyanto.

Jika berada di tempat yang rendah, ketika potensi ROB sudah terlihat, segera cari tempat tinggi. Adapun jika sedang beristirahat di rumah makan yang di belakangnya tebing, diusahakan pindah

“Karena pengalaman selama ini, itu yang terjadi. Kita lihat di Cianjur, Warung Sate Shinta, itu hanya hitungan detik, beberapa puluh orang kena (longsor),” tegasnya.

 

Hujan Deras Berpotensi Sampai Tahun Baru

Sementara, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan seluruh wilayah Indonesia berpotensi dilanda hujan lebat hingga sangat lebat, selama periode Natal dan Tahun Baru 2023. Potensi hujan dengan intensitas signifikan selama periode 25 Desember 2022 – 1 Januari 2023 perlu diwaspadai di beberapa wilayah.

Adapun wilayah yang terdampak hujan lebat hingga sangat lebat di antaranya Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jogjakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku. Sementara wilayah yang berpotensi mengalami hujan sedang hingga lebat terjadi pada daerah Aceh, Lampung, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, peningkatan curah hujan selama periode Natal dan Tahun Baru 2023 diakibatkan sejumlah dinamika atmosfer. Diantaranya, peningkatan aktivitas Monsun Asia yang dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan secara signifikan di wilayah Indonesia bagian barat, tengah dan selatan.

Selain itu, kata dia, meningkatnya intensitas seruakan dingin Asia yang dapat meningkatkan kecepatan angin permukaan di wilayah Indonesia bagian barat dan selatan, serta meningkatkan potensi awan hujan di sekitar Kalimantan, Sumatera, Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara.

Dinamika atmosfer lainnya yaitu adanya indikasi pembentukan pusat tekanan rendah di sekitar wilayah perairan selatan Indonesia, yang dapat memicu peningkatan pertumbuhan awan konvektif yang cukup masif dan berpotensi menyebabkan hujan dengan intensitas tinggi, peningkatan kecepatan angin permukaan, serta peningkatan tinggi gelombang di sekitarnya.

“Dan yang keempat, terpantaunya beberapa aktifitas gelombang atmosfer, yaitu fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) yang terbentuk bersamaan dengan gelombang Kelvin dan Rossby Ekuatorial, kondisi tersebut berkontribusi signifikan terhadap peningkatan curah hujan di beberapa wilayah Indonesia terutama di bagian tengah dan timur,” papar Dwikorita dalam keterangannya, Selasa (27/12).

Dwikorita menuturkan, selain hujan lebat kompleksnya dinamika atmosfer berpotensi mengakibatkan gelombang tinggi di wilayah perairan Indonesia, pada periode 21 – 27 Desember 2022. Adapun wilayah perairan Indonesia yang perlu diwaspadai, yakni kategori tinggi gelombang 2.5 – 4.0 m : Selat Malaka Bagian Utara, Perairan Utara Sabang, Perairan Barat Aceh, Perairan Barat Nias, Perairan Kep. Mentawai, Perairan Barat Enggano Hingga Lampung, Samudra Hindia Barat Sumatera, Selat Sunda, Perairan Selatan Jawa Hingga Ntb, Samudra Hindia Selatan Banten, Samudra Hindia Selatan Jawa Timur Hingga Ntb, Perairan Anambas – Natuna, Perairan Subi – Serasan, Laut Jawa Bagian Tengah Dan Timur, Laut Sulawesi Bagain Tengah Dan Timur, Perairan Utara Sulawesi, Perairan Kep. Sitaro Bagian Barat, Perairan Kep. Sangihe Dan Talaud, Samudra Pasifik Utara Halmahera Hingga Papua Barat.

Kemudian, kategori tinggi gelombang 4.0 – 6.0 m : Laut Natuna Utara, Samudra Hindia Selatan Jawa Barat Dan Tengah

Dengan adanya prakiraan cuaca tersebut, Dwikorita meminta masyarakat untuk terus memonitor informasi prakiraan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG. Menurutnya, risiko terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang, puting beliung dan gelombang tinggi sangat besar terjadi.

“Pemerintah dan masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan dan kesiap-siagaan dalam menghadapi risiko terjadinya bencana hidrometeorologi. Dahan dan ranting pohon yang rapuh harus dipangkas serta menguatkan tegakan/tiang agar tidak roboh tertiup angin kencang,” ujarnya.

Pemerintah Daerah, kata Dwikorita, perlu lebih mengintensifkan koordinasi, sinergi, dan komunikasi antar pihak terkait untuk kesiapsiagaan antisipasi bencana hidrometrorologi. Selain itu, Pemerintah Daerah juga harus memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan.

“Perlu juga digencarkan sosialisasi, edukasi, dan literasi secara lebih masif untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian Pemerintah Daerah, masyarakat serta pihak terkait dalam pencegahan/pengurangan risiko bencana hidrometeorologi,” pungkasnya. (jpc/adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/