30 C
Medan
Sunday, October 20, 2024
spot_img

Urus Danau Toba, Baiknya Belajar dari Malaysia

ANDRI GINTING/SUMUT POS Rombongan karnaval Sigale-gale yang ikut memeriahkan Festival Danau Toba 2013 di Bukit Beta, Samosir, Sumut, Senin (9/9).
ANDRI GINTING/SUMUT POS
Rombongan karnaval Sigale-gale yang ikut memeriahkan Festival Danau Toba 2013 di Bukit Beta, Samosir, Sumut, Senin (9/9).

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Sumut sebenarnya mengalami peningkatan. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, tahun 2013 jumlah wisman yang datang di Bandara Kualanamu sebanyak 225.550 orang. Sementara, pada 2014 sebanyak 234.724, atau mengalami kenaikan 4,27 persen.

Jumlah tersebut berada di urutan ketiga. Dimana wisman yang mendarat di Bandara Ngurah Rai, Bali sebanyak 3.241.889 orang pada 2013, dan 3.731.735 pada 2014, atau naik 15,11 persen.

Sedang di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, pada 2013 sebanyak 2.240.502 orang dan pada 2014 naik menjadi 2.246.437 orang, atau mengalami peningkatan 0,266 persen.

Mantan Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Faried Moertolo menjelaskan, jumlah wisatawan global memang selalu menunjukan peningkatan. Jumlah penduduk dunia kini mencapai ± 7,5 miliar jiwa, telah menghasilkan 1,2 miliar wisatawan dunia, belum termasuk wisatawan domestik/ dalam negeri/ nusantara, dengan nilai transaksi atau jumlah pengeluaran sebesar US$ 1,5 triliun.

Jika digabung transaksi wisatawan dunia dengan transaksi Wisatawan Domestik di dunia, diperkirakan nilainya luarbiasa yakni mencapai US$5 triliun.Kondisi ini dipicu oleh Teknologi Informasi dan Teknologi Transportasi, serta strategi dan teknik pemasaran pariwisata yang semakin canggih, menjadikan “status berwisata” bagi masyarakat diberbagai negara,naik menjadi tidak sekedar kebutuhan tapi juga prestise sebagai gambaran “kualitas hidup”.

“Kemampuan suatu negara dalam memperoleh manfaat pariwisata tentunya tidak semata dipengaruhi oleh luas dan besarnya wilayah, akan tetapi sangat dipengaruhi oleh kualitas negara tersebut dalam mendesain pariwisatanya termasuk rekayasa atraksi wisatanya,” terang Faried di Jakarta, Minggu (29/11).

Dia memberi contoh, Singapura, sebuah negara kecil tapi bisa mendatangkan 24 juta wisman per tahun. Sedang Indonesia yang besar ini, tahun 2015 menargetkan bisa dikunjungi 10 juta wisman.

“Oleh karena itu dalam konteks pariwisata mancanegara, Singapura adalah raksasa dan Indonesia adalah kecil, karena saat ini kapasitas penerbangan internasional ke Indonesia hanya 22 juta kursi, tetapi Singapura memiliki kapasitas sebanyak 41 juta kursi penerbangan internasional. Adapun Malaysia kapasitasnya kursi penerbangan internasionalnya mencapai 46 juta kursi, dilayani oleh 52 maskapai,” terangnya.

Disebutkan, selama ini kunjungan wisman ke Indonesia lebih banyak menggunakan angkutan udara yang mencapai 70 persen, selanjutnya dengan angkutan laut hampir 30 persen, dan melalui darat kurang dari 1 persen.

ANDRI GINTING/SUMUT POS Rombongan karnaval Sigale-gale yang ikut memeriahkan Festival Danau Toba 2013 di Bukit Beta, Samosir, Sumut, Senin (9/9).
ANDRI GINTING/SUMUT POS
Rombongan karnaval Sigale-gale yang ikut memeriahkan Festival Danau Toba 2013 di Bukit Beta, Samosir, Sumut, Senin (9/9).

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Sumut sebenarnya mengalami peningkatan. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, tahun 2013 jumlah wisman yang datang di Bandara Kualanamu sebanyak 225.550 orang. Sementara, pada 2014 sebanyak 234.724, atau mengalami kenaikan 4,27 persen.

Jumlah tersebut berada di urutan ketiga. Dimana wisman yang mendarat di Bandara Ngurah Rai, Bali sebanyak 3.241.889 orang pada 2013, dan 3.731.735 pada 2014, atau naik 15,11 persen.

Sedang di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, pada 2013 sebanyak 2.240.502 orang dan pada 2014 naik menjadi 2.246.437 orang, atau mengalami peningkatan 0,266 persen.

Mantan Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Faried Moertolo menjelaskan, jumlah wisatawan global memang selalu menunjukan peningkatan. Jumlah penduduk dunia kini mencapai ± 7,5 miliar jiwa, telah menghasilkan 1,2 miliar wisatawan dunia, belum termasuk wisatawan domestik/ dalam negeri/ nusantara, dengan nilai transaksi atau jumlah pengeluaran sebesar US$ 1,5 triliun.

Jika digabung transaksi wisatawan dunia dengan transaksi Wisatawan Domestik di dunia, diperkirakan nilainya luarbiasa yakni mencapai US$5 triliun.Kondisi ini dipicu oleh Teknologi Informasi dan Teknologi Transportasi, serta strategi dan teknik pemasaran pariwisata yang semakin canggih, menjadikan “status berwisata” bagi masyarakat diberbagai negara,naik menjadi tidak sekedar kebutuhan tapi juga prestise sebagai gambaran “kualitas hidup”.

“Kemampuan suatu negara dalam memperoleh manfaat pariwisata tentunya tidak semata dipengaruhi oleh luas dan besarnya wilayah, akan tetapi sangat dipengaruhi oleh kualitas negara tersebut dalam mendesain pariwisatanya termasuk rekayasa atraksi wisatanya,” terang Faried di Jakarta, Minggu (29/11).

Dia memberi contoh, Singapura, sebuah negara kecil tapi bisa mendatangkan 24 juta wisman per tahun. Sedang Indonesia yang besar ini, tahun 2015 menargetkan bisa dikunjungi 10 juta wisman.

“Oleh karena itu dalam konteks pariwisata mancanegara, Singapura adalah raksasa dan Indonesia adalah kecil, karena saat ini kapasitas penerbangan internasional ke Indonesia hanya 22 juta kursi, tetapi Singapura memiliki kapasitas sebanyak 41 juta kursi penerbangan internasional. Adapun Malaysia kapasitasnya kursi penerbangan internasionalnya mencapai 46 juta kursi, dilayani oleh 52 maskapai,” terangnya.

Disebutkan, selama ini kunjungan wisman ke Indonesia lebih banyak menggunakan angkutan udara yang mencapai 70 persen, selanjutnya dengan angkutan laut hampir 30 persen, dan melalui darat kurang dari 1 persen.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru